Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

KEJEBAK CINTA

🇮🇩Penabiru
63
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 63 chs / week.
--
NOT RATINGS
190
Views
Synopsis
Datang tak di undang, pergi tak diminta. Begitulah, uniknya cinta.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

Gibran berhenti memetik senar gitar saat melihat kemunculan salah satu temannya yang paling kalem memasuki kelas.

"Sendirian aja Adara mana?" tanya Gibran.

"Lagi makan di kantin," jawab Rahsya.

"Bareng?"

"Kinan."

"Ayang gue ada di sana? Balik lagi ke situ, yuk? Kebetulan gue belum makan, laper," ajak Gibran.

Rahsya duduk di kursi kosong samping Gibran lalu menggelengkan kepala. "Malas."

"Tumben malas biasanya suka senang kalau tahu lokasi Adara berada, kalian berdua lagi berantem?" tembak Gibran.

"Kita enggak pacaran, Gib. Dan, lagi, gue sama Adara baik-baik aja," ralat Rahsya.

"Ngelak Lo, seluruh murid sekolah Nusa Bangsa pun, tahu kedekatan diantara kalian berdua," sahut Kevin dari ambang pintu.

Gibran meletakkan gitar hitam berukuran sedang di atas meja, beralih menatap cowok di seberangnya.

"Lo udah sarapan belum?" tanya Gibran.

"Ck, udah lah!" ketus Kevin seraya menghampiri bangku di pojok.

"Kirain belum, boro mau gue ajak ke kantin," ucap Gibran.

"Makan mulu yang Lo inget, emang dasar perut goni!" cibir Kevin.

"Orang laper malah diejek, cakep! Kayak Lo jagoan aja kalau laper nahan lapar," timpal Gibran.

"Emang gue kuat, lihat, perut gue bulat terisi enggak kayak perut kempes Lo!" sewot Kevin membalik tubuh menepuk-nepuk perut kenyangnya.

Gibran tersenyum sebal menghadapi kelakuan sombong ketua kelas.

"Warga sekolah cuma tahu gue dekat sama Adara, bukan berarti gue dan dia ada hubungan spesial," sanggahan Rahsya tertuju pada perkataan Kevin sesaat tadi.

Kevin menepis pengakuan dengan cara menghampiri cowok menyandang peringkat satu di kelasnya. "Terus gelang couple hitam berliontin sepotong hati di pergelangan tangan Lo sama di pergelangan tangan Adara apa? Semata bahan panas-panasin cewek-cewek di luar kelas biar Lo enggak di kejar-kejar mereka? Kalau tebakan gue benar, parah ... selama enam bulan Lo mainin perasaan Adara."

Rahsya refleks menyentuh gelang di pergelangan kirinya, tersenyum tipis kemudian bangkit berdiri.

"Lo penasaran dengan gelang ini?" Rahsya bertanya dingin sambil mengangkat tangan memperlihatkan gelang polosnya.

Kevin menggeram tertahan merasa kini diejek balik.

"Cari tahu sendiri," bisik Rahsya lantas melenggang meninggalkan ruangan.

*

Di kantin, Adara menyantap bakso ditemani oleh Kinan.

"Beruntung banget jadi Lo, bisa buka pintu hatinya Rahsya," puji Kinan.

"Usaha gue dapatin Rahsya enggak segampang Lo pikirin," gumam Adara.

"Betul, secara 'kan, Rahsya banyak pengagumnya," angguk Kinan.

"Lo mengagumi Rahsya juga?" lontar Adara.

"Gue pengecualian."

Adara mengangguk-angguk, mempercayai Kinan seratus persen.

"Btw, bagi caranya dapatin cowok ganteng mirip Rahsya, dong, gue juga pengen punya penyemangat hidup," keluh Kinan.

"Butuh penyemangat hidup, keluarga, Lo kurang support?" disela mengunyah, Adara menatap lawan bicara.

"Jawaban Lo bikin gue greget, perasaan Rahsya gimana ya, selama ngadepin cewek cantik modelan kayak Lo, jengkel enggak sih?" capek Kinan geleng-geleng kepala.

Adara mengedikan bahunya acuh dan menggumam, "Enggak tahu, orang gue enggak pernah nanya perasaan Rahsya. Hatinya aja tersembunyi di balik rongga paru-paru, sulit dijangkau apalagi buat diajak ngobrol."

"Gue salut lihat Lo dicintai baik oleh dia. Rahsya sabar banget jalani ujian seekstrem ini," lirih Kinan.

"Lo bicara sesuatu? Maaf, barusan gue enggak dengar, sekarang bisa ulang?" ucap Adara.

"Kata Kinan ijin ke belakang sebentar soalnya mendadak dapat panggilan alam."

Suara tenang berasal dari seseorang mendongakkan dua kepala siswi tersebut, kompak Kinan dan Adara mendapati Rahsya mematung tepat di dekat meja lain.

"Sejak kapan magang di situ?" sapa Kinan melempar penasaran.

"Belum lama," singkat Rahsya.

Adara tersenyum lebar, mendekat sembari memegang mangkuk. "Bakso aku belum habis," adunya.

"Ya udah habisin lagian bell kelas masih lama bunyinya," suruh Rahsya.

"Temenin," manja Adara mengaitkan sebelah tangan ke lengan remaja tinggi di depannya.

"Ayok."

Rahsya menggiring gadis berambut cokelat panjang agak bergelombang menuju meja, memperlakukan Adara layaknya seperti princess.

"Jangan lihatin gue setajam silet," sindir Kinan merasakan tatapan Rahsya terpaku ke arahnya.

Rahsya mengabaikan teguran, justru terang-terangan mengamati ekspresi wajah Kinan semula tidak bersahabat seketika berubah merah merona.