Benua Douluo
Desa Kaisar Jiwa
Di sebuah rumah, ada seorang anak berusia sekitar 5-6 tahun sedang terbaring di tempat tidur. matanya yang terpejam perlahan terbuka dan dia bangun dari tempat tidur dengan linglung sambil memegang kepalanya yang pusing.
anak itu melihat sekeliling dan bingung.
'di mana ini? bukannya aku sedang nonton naruto di kamar?.dan sepertinya aku melihat cahaya yang menyilaukan di HP nya saat sedang asik nonton naruto.' dia berkata dalam hati.
Tiba-tiba kepalanya seperti tersengat listrik, dia memegang kepalanya dengan kedua tangan dan mengerang lemah
'uhhh kepalaku'.
'apakah aku melakukan perjalanan waktu? atau reinkarnasi dan ingatannya baru terbuka?'. pikir anak itu.
setelah sekian lama, kepalanya udah baikan dan dia menerima ingatan dari sejak lahir sampai sekarang. dia duduk di tempat tidur sambil memilah ingatannya.
'ternyata aku bereinkarnasi saat masih bayi, karna fisik bayi lemah ingatanku jadi tersegel, dan baru terbuka saat ini. apakah aku melakukan perjalanan waktu di benua douluo?'
anak itu perlahan menerima kenyataan tersebut, dia bernama lin feng dan dia lahir dari keluarga biasa di desa Kaisar Jiwa.
"lin feng! cepat keluar dan makan".
panggilan itu membangunkan lin feng yang sedang ngelamun.
"ya bu, aku datang!"
lin feng dengan cepat turun dari tempat tidur dan keluar.
di dapur, lin feng melihat wanita paruh baya dengan sedang merapikan meja makan. wanita itu bernama lin yi ibu lin feng.
lin feng merasa terharu karna di kehidupan sebelumnya dia yatim piatu dan harus melakukan pekerjaan sendirian semuanya. matanya sedikit basah.
'apapun yang terjadi, aku akan melindungi orangtuaku'
lin feng berdiri di pintu dapur dengan bengong, membuat ibunya bingung.
"nak kenapa kamu bengong di situ? , cepat duduk"
"ah... oh... aku hanya memikirkan sesuatu buu~." lin feng berjalan ke meja makan dan duduk.
"ohhh.... apa yang kau pikiran anak kecil? apakah kau gugup karna besok akan membangunkan wuhun?"
lin yi menatap putranya, bertanya sambil tersenyum lembut.
"hehe~ aku hanya sedang memikirkan, kalau aku bisa jadi master jiwa. aku bisa mendapatkan uang yang banyak dan juga melindungi ayah dan ibu dari orang-orang jahat."
lin feng menjawab dengan semangat dan mengayunkan kepalan tangan kecilnya.
lin yi menatap putranya yang antusias, lin yi tersenyum dan khawatir, bagaimanapun putranya dari kecil sudah pintar dan mandiri, tak pernah menangis dan royal seperti anak-anak lain.
dia khawatir besok akan membuat si kecil ini yang dulunya ceria jadi tertutup karna dirinya, lin yi hanyalah orang biasa dengan wuhun kertas dan suaminya membangkitkan wuhun besi pendek mirip pisau, keduanya tidak memiliki kekuatan jiwa.
'semoga aja Tuhan memberkati putranya besok'
"oke oke ibu optimistis sama kamu nak" lin yi menjawab dengan senyuman yang lembut.
"oh ya bu, dimana ayah?"
"ayahmu sedang di jalan, kau makan aja dulu"
ayahnya lin feng hanyalah seorang petani, dan ibunya di rumah mengurus lin feng, kadang lin yi akan bekerja paruh waktu mencuci baju warga.
"aku pulang" seorang laki-laki paruh baya membuka pintu rumah. dia adalah ayah lin feng namanya lin dong.
"sayang kau udah pulang?" lin yi mentatap suaminya dengan senyuman lembut.
"ayah!!" lin feng turun dari kursi dan berlari dengan kaki kecilnya, menuju ayahnya dengan semangat. lin feng melompat ke pelukan ayahnya dengan senyuman.
"hei~ bukannya ini bayi kita yang lucu" lin dong tersenyum merentangkan tangannya untuk menangkap bocah kecil itu. semua kelelahan yang di alami lin dong selepas kerja langsung sirna melihat putranya.
"hei~ kalian berdua, cepat makan mumpung masih hangat makanannya" lin yi berkata kepada suaminya dan putranya.
lin dong menggendong putranya ke meja makan. menaruh lin feng di kursi sebelahnya. keluarga itu pun makan bersama.
selepas makan, lin feng kembali ke kamarnya. berbaring di kasur, lin feng memikirkan masa depan apa yang akan terjadi.
'besok adalah waktu membangkitkan wuhun, aku tak tau apa yang akan aku bangkitkan, wuhun ayahku besi pendek mirip pisau tapi punya dua sisi tajam dan wuhun ibu kertas biasa. keduanya tidak memiliki kekuatan jiwa'
lin feng mendesah tak berdaya.
'dan yang terpenting, waktu aku melakukan perjalanan waktu ini di tahun berapa. apakah si tang san baru lahir atau seumuran denganku.'
'sudahlah tak usah di pikirkan. semoga aja besok saat aku membangunkan wuhun, entah itu wuhun ayahku atau ibu yang penting ada kekuatan jiwa, walaupun itu cuma 0.5'
tidak terasa waktu sudah malam.
lin feng menutup mata, perlahan tertidur. tidak sabar untuk membangunkan wuhun besok.