Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

THE TREE OF KALPATARU

🇮🇩FEBURIZU_YOSHIOKA
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.6k
Views
Synopsis
Sinopsis : "Dari abad ke abad, jiwa Minak Jinggo kembali dalam wujud Maya Aksarawati dengan misteri yang menantang. Gadis muda ini harus menghadapi kekuatan supernatural, mengungkap rahasianya, dan menemukan takdirnya. Apakah Maya akan berhasil menghadapi tantangan tersebut dan mengungkap kebenaran tentang Pohon Kalpataru?"
VIEW MORE

Chapter 1 - ANTARA CAHAYA DAN BAYANGAN

Antara Cahaya Dan Bayangan

Prolog

Di sebuah hutan terlarang yang disebut Alas Kadawangan di daerah Mojokerto, pulau Jawa. Tumbuh sebatang pohon yang dinamai Pohon Kalpataru, sebuah pohon yang menyimbolkan kekuatan besar dan kehidupan lestari. Namun begitu, pohon itu juga menyimpan rahasia yang sangat kelam, gelap dan mengerikan. Kekuatannya seringkali disalahgunakan oleh manusia, dan itu harus dibayar dengan harga yang tak ternilai.

Sekte Widyamukti

Kalpataru menarik perhatian banyak orang yang berambisi mengambil sari kekuatan dahsyatnya. Membentuk sebuah sekte yang bernama Widyamukti, mereka memuja Kalpataru bak Dewa, bahkan mereka seringkali mengadakan ritual pengorbanan jiwa manusia sebagai bentuk persembahan dan tumbal. Pemimpin Sekte Widyamukti itu adalah seorang pria yang sangat misterius, bernama Arkan.

Akhirnya seiring berjalannya waktu Sekte Widyamukti pun berkembang dengan pesat, menyebar ke seluruh pulau Jawa dengan iming-iming kharisma kekuatan dahsyat Kalpataru, jika bersedia tunduk dan melayani Kalpataru.

Sekte Widyamukti melakukan hal yang semakin meresahkan masyarakat dan pihak kerajaan. Kabar penculikan merebak dan sering terjadi di berbagai tempat.

Hal itu dilakukan Sekte Widyamukti semata-mata untuk mempersembahkan tumbal pada Sang Kalpataru, untuk mendapatkan kekuatan dahsyat sekaligus membuat Kalpataru tumbuh semakin besar.

Di kerajaan Majapahit, Minak Jinggo, seorang maha patih, mendapat tugas dari raja untuk membinasakan Sekte Widyamukti.

"Minak Jinggo, apa kau sudah mendengar kabar dari Rakyan Mahamantri?"

"Sudah, Yang Mulia. Sepertinya para pengikut sekte itu mengambil kekuatan Kalpataru untuk menambah kekuatan mereka."

"Baiklah jika demikian, aku akan segera bertindak. Kita sudah tidak mempunyai banyak waktu, mereka terlalu banyak melakukan kekejian!"

"Hancurkan Sekte itu! Bawa semua prajurit Bhayangkara beserta panglimanya sebanyak yang kau butuhkan. Kejahatan Sekte itu sudah tak dapat diampuni."

""Sesuai perintah Anda, Yang Mulia!"

Mahapatih Minak Jinggo, bersama kedua sahabatnya Aryo dan Lestari diikuti selaksa prajurit Bhayangkara, mereka pun berangkat menuju Hutan Alas Kadawangan.

Setelah sehari perjalanan, rombongan pasukan Mahapatih Minak Jinggo pun tiba di pinggiran Hutan Alas Kadawangan. Minak Jinggo turun dari kudanya dan berjalan ke barisan terdepan membuka gulungan lontar dan berseru dengan lantang, seruan yang disertai kanuragan sehingga suaranya membahana.

"AKU MAHAPATIH MINAK JINGGO MENJALANKAN PERINTAH YANG MULIA PRABU BRAWIJAYA, MAHARAJA MAJAPAHIT.

DENGAN INI MENYATAKAN PERANG TERHADAP SEKTE WIDYAMUKTI.

DENGAN SEGALA KEKEJIAN YANG TELAH KALIAN TEBARKAN MAKA HUKUMAN MATI DI TEMPAT UNTUK MEMBAYAR DOSA-DOSA KALIAN!

WAHAI PRAJURIT BHAYANGKARA, SUDAH SAATNYA KITA MENUMPAS MEREKA, MAJUUUUU!!!"

Para prajurit Bhayangkara pun menerjang ke dalam hutan dimana wilayah Sekte terlarang itu membangun candi-candi tempat penyembahan dan pengorbanan manusia.

Perang hebat pun tak terelakkan. Mahapatih Minak Jinggo dan pasukan Bhayangkara bertempur melawan para pengikut Sekte Widyamukti.

Pertempuran sengit berlangsung selama berhari-hari. Sampai pada akhirnya, Mahapatih Minak Jinggo semakin mendekati pohon Kalpataru.

"Aku rasa itu pohon yang dimaksud Rakyan Mahamantri," dalam batin Minak Jinggo merasa bergidik dengan semburat aura Kalpataru yang begitu suram dan berat.

"Kakangmas, aku akan maju terlebih dahulu sesuai strategi yang telah kita susun." tukas Aryo pada Minak Jinggo, yang di jawab dengan anggukan Minak Jinggo.

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar dari pria misterius yang adalah pemimpin Sekte terlarang tersebut, Arkan!

"HENTIKAN PARA PRAJURIT KERAJAAN ITU!"

GUNAKANLAH KEKUATAN YANG MULIA KALPATARU YANG SUDAH KALIAN TERIMA! LINDUNGI YANG MULIA KALPATARU!"

Arkan kemudian memulai rapalan kuno yang ia kuasai, " OM SAHNAH PRASAHNAH!"

Mantra itu ternyata sebuah pesan khusus yang dipahami Kalpataru untuk mengeluarkan asap gelap bersemu ungu. Sebuah pertahanan diri yang tidak mempengaruhi para pengikut Sekte Widyamukti tapi menyerang semua pihak di luar sekte terlarang itu.

Para pengikut Sekte Widyamukti, lantang memekik, "DEMI YANG MULIA KALPATARU!!!"

Banyak sekali prajurit Bhayangkara yang berjatuhan dikarenakan menghirup asap itu.

Lastari yang menyaksikan hal itu lantas bergegas bertindak, "Jangan takut! Akan kubereskan asap beracun itu!"

Dengan kujang sakti miliknya Lastari pun menghalau asap gelap itu sembari berseru mengeluarkan mantranya, "SAVARTHA NIVARTYA!"

Kujang saktinya bersinar begitu benderang menghalau kekelaman asap gelap bernuansa ungu itu. Angin berhembus kencang menguakkan ketebalan kabut gelap.

Sementara Aryo dan beberapa panglima Bhayangkara mencoba membuat celah untuk Mahapatih Minak Jinggo.

"Bukakan jalan untuk Mahapatih Minak Jinggo, jangan sisa-kan satu pun dari mereka... Tunjukkan kekuatan pasukan Bhayangkara yang sesungguhnya, SERAAANG!!"

Pertempuran berlangsung semakin sengit , Lestari menerjang Arkhan dan keduanya terlihat baku hantam, berlaga dengan dahsyat, menggetarkan tanah yang disertai ledakan-ledakkan kecil di sekitar mereka. Arkhan terlihat kewalahan menghadapi kekuatan Lestari yang diselimuti cahaya terang penuh ancaman. Dan kelengahan membuat jantungnya tertusuk kujang sakti milik Lestari. Namun sebelum meregang nyawa, Arkhan sempat mengucapkan mantra, "Om, Sapam Krtva..."

Dan itu luput dari perhatian Lestari yang segera beralih menggabungkan diri bersama pasukan Bhayangkara dan rekannya Aryo bergegas mendekati pohon Kalpataru. Mahapatih Minak Jinggo terpana menyaksikan kemegahan pohon Kalpataru ketika ia sudah mendekatinya. Sesaat ia memperhatikan pohon itu menggeletarkan dahan yang Berdaun keemasan, mengeluarkan asap gelap keunguannya, ternyata pohon itu menyerang Aryo dan Lestari yang masih sibuk berlaga di bawah pohon itu.

Aryo dan Lestari yang tak bersiap dan mengetahui akan serangan mendadak itu, tanpa sengaja menghirup asap tersebut dengan napas yang tersengal-sengal.

Yang terjadi selanjutnya adalah kedua ksatria itu mengalami perubahan fisik, bola mata mereka berangsur-angsur menjadi hitam sepenuhnya, kesadaran keduanya telah di manipulasi kekuatan gelap Sang Kalpataru. Sikap keduanya pun menjadi aneh, mereka seperti mencari-cari seseorang dan tertuju pada Mahapatih Minak Jinggo.

Keduanya tanpa sadar mulai menyerang Mahapatih Minak Jinggo yang sudah sangat mendekati pohon Kalpataru.

Mahapatih yang menyadari hal itu dengan sigap membendung serangan kedua rekannya yang telah dikendalikan kekuatan kelam.

"Dhimas Aryo, Nimas Lestari, sadarlah!"

Namun keduanya tak berhenti terus mendesak Mahapatih Minak Jinggo agar menjauh dari Kalpataru.

"Celaka, pengaruh asap hitam pohon ini sungguh mengerikan, mereka bahkan tak bisa mengatasinya," dalam hati Mahapatih Minak Jinggo bersungut-sungut sembari menangkis dan menghindari serangan-serangan kedua rekannya itu.

Mahapatih Minak Jinggo berkali-kali berusaha menyadarkan keduanya, namun dia tak mempunyai kesempatan membaca mantra untuk membebaskan pengaruh asap hitam yang telah sepenuhnya menguasai Aryo dan Lestari.

Mahapatih Minak Jinggo mengalami dilema, saat dia melihat gelagat Sang Kalpataru yang mulai menggeletarkan dahan-dahannya dia paham pohon itu hendak melepaskan serangan terhebat terakhirnya. Minak Jinggo bergidik melihat Kalpataru yang terlihat seperti bergerak.

Krrrskk... Krrrskk..Krrrssskk..

Gemerisik dedaunan keemasan terdengar riuh menambah suasana kengerian yang diselingi teriakan, jeritan, pekikan jiwa-jiwa yang melayang.

Dilema hebat yang dialami Minak Jinggo, membuatnya tertegun dan memutuskan melakukan hal terberat untuk mengatasi situasi tersebut.

"Haruskah ku lakukan ini, tidak! Dhimas Aryo! Nimas Lestari sadarlah kalian!"

Namun keduanya semakin menggila, menggempur Mahapatih Minak Jinggo habis-habisan.

Mahapatih Minak Jinggo akhirnya menguatkan hatinya, matanya tergenang menyadari keputusan tegas yang harus ia jalankan. Pilihan sulit itu menyakitkan perasaannya.

Sementara para prajurit Bhayangkara bertarung mati-matian. Mahapatih Minak Jinggo berteriak pada dua panglima Bhayangkara untuk sementara menahan serangan Aryo dan Lestari.

Sementara Aryo dan Lestari disibukkan oleh dua panglima Bhayangkara, Mahapatih Minak Jinggo pun mulai memusatkan pikiran, memasang kuda-kuda dan memekikkan sebuah mantra dengan suara yang menggelegar; "OM BRAMASTUTI KSATRA, KALAGNI!!!!"

Dengan hati yang penuh kesedihan Mahapatih Minak Jinggo bergumam lirih, "Maafkan aku, sahabat-sahabatku, kukenang selalu jasa, keberanian dan kesetiaan kalian yang mengharumkan negeri berkumandang di seluruh kerajaan."

Demi mengakhiri penderitaan Aryo dan Lestari, Mahapatih Minak Jinggo pun dengan kecepatan tinggi membunuh Aryo dan Lestari. Air mata bercucuran di matanya merasakan kepedihan yang teramat besar.

Kemudian, Mahapatih Minak Jinggo beralih menatap Sang Kalpataru, Ajian Brajamusti yang telah dia persiapkan dia lontarkan dengan cepat ke batang pohon Kalpataru, yang dahan rantingnya berkeriyut dan hendak mencapai wujud terakhirnya. Pohon Kalpataru itu memang berniat memusnahkan umat manusia demi kelangsungan keberadaannya. Dan calon benih-benihnya.

Ledakan dahsyat menggelegar, Ajian Brajamusti menghancurkan pohon yang mengerikan itu. Seluruh hutan bergoncang, bumi bergetar hebat. Medan pertumpahan darah semakin terlihat porak poranda.

Mayat kedua belah pihak bergelimpangan, Mahapatih Minak Jinggo berdiri tegak di atas puing-puing pohon yang berserakan, teringat dua rekan dan sahabatnya. Hati Mahapatih Minak Jinggo begitu remuk redam, dia meraih tubuh Aryo dan Lestari, mendekap mereka meraung penuh kesengsaraan.

Sementara itu, terlepas dari perhatian Mahapatih Minak Jinggo tak disangka, Arkhan ternyata masih bertahan hidup meski dadanya terlihat terluka parah namun dia tak juga menyerah.

Dengan tertatih-tatih dia berusaha bangkit berdiri, dengan nafas yang terengah-engah menahan rasa sakit, dia pun mengucapkan suatu mantra. "Krodhād dahanaṃ jvalati, mṛtyor mukhād rudraḥ sphuṭati, Ātmānaṃ vindate śatruḥ, nāśayanti mama śatravaḥ

." Dan seketika itu juga tubuhnya menguap terurai tanpa bekas, dan sekali lagi terjadi gempa hebat untuk sesaat.

Mahapatih Minak Jinggo merasakan getaran itu tersadar dari kepiluannya dan semakin terkaget melihat puing-puing pohon Kalpataru turut terurai dan menghilang bagaikan uap.

"A-a-apa...yang sebenarnya telah terjadi?"

Perang itu berakhir dengan kemenangan pihak Mahapatih Minak Jinggo. Sekte Widyamukti telah terbukti menjadi dalang dan penyebab rakyat yang menghilang tanpa sebab serta memicu peperangan itu.

Seiring berjalannya waktu, orang-orang menyebut perang itu dengan "PERANG BRAJAMUSTI ALAS KADAWANGAN (1279M)"

Dan diukir pada prasasti sebagai catatan tragedi Kerajaan Majapahit melawan sekte Widyamukti dalam sejarah.