Chereads / The Fractured Heart / Chapter 3 - Bab 2: Bayangan di Balik Kata-kata

Chapter 3 - Bab 2: Bayangan di Balik Kata-kata

Setelah pertemuan singkat dengan Raven, Adelia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ia mencoba untuk melupakan kejadian itu, namun setiap kali ia menutup mata, wajah Raven dan kata-katanya terngiang di kepalanya. Ada sesuatu dalam diri pemuda itu yang menarik sekaligus menakutkan—sebuah ketegangan yang seakan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Hari-harinya yang sebelumnya dipenuhi dengan rutinitas yang bisa diprediksi, kini terasa hampa. Pekerjaan di kantor, percakapan dengan teman-temannya, bahkan makan siang yang biasa ia nikmati, semuanya terasa seperti rutinitas kosong yang menanti perubahan besar. Namun, ia tidak tahu apa yang harus diubah, atau apa yang sebenarnya ia harapkan.

Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Adelia duduk dengan ponsel di tangannya, mencoba menulis email untuk pekerjaan yang harus diselesaikan. Namun, pikirannya terus menerawang, kembali pada pertemuan dengan Raven yang tak terduga itu. Ia bahkan tidak tahu mengapa pertemuan itu begitu mengganggu pikirannya.

Tiba-tiba, pintu kafe terbuka, dan sosok yang tak asing muncul di ambang pintu—Raven. Ia mengenakan jaket hitam sederhana, wajahnya tampak lebih serius dari sebelumnya. Pandangannya langsung tertuju pada Adelia, dan meskipun mereka baru bertemu sekali, ada semacam koneksi yang tak bisa dijelaskan di antara mereka.

Adelia merasa jantungnya berdebar, namun ia berusaha untuk tetap tenang. "Raven," sapa Adelia, sedikit terkejut.

Raven hanya mengangguk, melangkah menuju meja Adelia tanpa banyak bicara. "Kita perlu berbicara," katanya singkat.

Adelia memandangnya dengan bingung. "Tentang apa?"

Raven duduk di hadapannya, matanya menatap tajam. "Tentang apa yang akan datang," jawabnya, suaranya rendah dan penuh ketegangan. "Kamu tidak akan bisa menghindarinya."

Adelia merasa sedikit kesal. "Tidak ada yang harus saya hindari. Saya tidak tahu apa maksudmu."

Raven menarik napas dalam-dalam, seakan berpikir sejenak sebelum melanjutkan. "Ada banyak hal yang sedang terjadi di sekitar kita, Adelia. Hal-hal yang tak bisa kamu lihat, tapi yang akan mempengaruhi hidupmu. Kamu harus lebih waspada."

Adelia menatapnya, bingung dan sedikit cemas. "Apa maksudmu dengan itu? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Raven menggeser kursinya sedikit lebih dekat, suaranya semakin rendah. "Ada bayangan yang mengintai, Adelia. Seseorang atau sesuatu yang sedang mengamati. Mereka tahu lebih banyak dari yang kamu pikirkan. Kamu sedang berada di tengah-tengahnya."

Kata-kata itu membuat Adelia merinding. Apa yang dimaksud oleh Raven? Siapa yang sedang mengawasinya? Tidak ada tanda-tanda mencurigakan dalam hidupnya—setidaknya, itulah yang ia pikirkan.

"Saya tidak mengerti," jawabnya, suaranya bergetar sedikit.

Raven menatapnya dalam-dalam, seolah mencoba membaca setiap pikiran yang melintas di benaknya. "Kamu akan segera mengerti, Adelia. Tapi waktu tidak berpihak padamu. Semakin lama kamu menunggu, semakin sulit untuk melarikan diri."

Adelia merasa seperti berada di dalam sebuah teka-teki yang rumit, dan setiap petunjuk yang diberikan oleh Raven semakin membingungkannya. Apa yang dia bicarakan? Dan mengapa dia merasa seperti ini adalah peringatan yang jauh lebih besar dari yang dia sadari?

Sebelum Adelia bisa bertanya lebih jauh, Raven berdiri, matanya sekali lagi memberi tatapan tajam. "Jaga dirimu, Adelia. Ada hal-hal yang lebih berbahaya daripada yang kamu bayangkan." Dengan kata-kata itu, dia berbalik dan pergi begitu saja, meninggalkan Adelia yang masih kebingungan dengan semua yang baru saja didengarnya.

Adelia menatap kepergian Raven, perasaan tidak tenang dan penuh kekhawatiran terus menghantuinya. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi, dan ia tahu, entah suka atau tidak, ia terjebak di dalamnya.