Chereads / Crying And Begging In The Cage / Chapter 2 - Dia Melihatnya..

Chapter 2 - Dia Melihatnya..

Uap kereta api mengelilingi sekitar stasiun kereta api dengan begitu banyaknya orang-orang disana menyambut kedatangan orang yang mereka tunggu-tunggu.

Matthias menyanggah pipinya di tangan lentiknya sementara matanya memerhatikan orang-orang di luar gerbong kereta api.

saat ini dia sedang menunggu jemputan dari kediaman rumahnya. Matthias kembali bukan karena mendapatkan libur melainkan ini permintaan ibunya—duchess Herlendt untuk perjodohannya.

Matthias menuruti apa yang ibunya minta, dia tidak banyak membekang kepada ibunya dan memilih menuruti apa yang ibunya inginkan seperti layaknya seorang putra kepadanya ibunya.

terus memandangi dalam diam akhirnya seseorang dari kediamannya datang. Edrick berlari menuju dekat gerbong bersama beberapa pelayan yang mengikutinya untuk menyambut kepulangan Matthias.

segera bangkit dari duduknya Matthias berjalan menuju pintu keluar gerbang kereta, sikap tubuhnya tegap sempurna dengan postur wajahnya yang begitu menawan. benar-benar mahakarya Herlendt.

kakinya mendarat di lantai stasiun juga beberapa pelayan membungkuk memberikan sambutan kepulangannya sementara Edrick menghampiri Matthias. walaupun Edrick sudah cukup berumur tidak bisa di pungkiri bahwa wajah dan tubuhnya masih begitu tegap dan tegas, dia adalah kepala pelayan di kediaman Herlendt dan salah satu pengikut setia Herlendt.

"maafkan saya duke, tadi ada beberapa hambatan di perjalanan,""tidak apa Edrick. mari segera pergi ke kediaman, duchess pasti sudah menunggu."

Matthias menjawab dengan sopan, dia masih mempunyai rasa hormat pada yang lebih tua darinya, lagipula dia tidak keberatan jika harus menghormati yang lebih tua, itu termasuk adap.

Edrick menuntun jalan Matthias menuju ke mobil yang sedang menunggunya dengan sigap sementara beberapa pelayan mengikuti dari belakang.

diam, Matthias saat ini tidak ingin banyak berbicara walaupun dirinya memang tidak banyak berbicara, dia ingin berdiam tanpa sebuah hambatan. kalau boleh tahu saja, Matthias bosan untuk saat ini.

berfikir saat berjalan sebuah ide muncul di kepalanya, sepertinya Matthias akan melakukan hobi yang dia lakukan sejak kecil, berburu burung di hutan wilayahnya.

itu cukup menyenangkan bagi seorang Matthias, dia suka melihat burung yang menyedihkan di dalam sangkar, dia menanti.

tak selang lama Matthias berada di mobil bersama Edrick untuk menuju ke kediaman Herlendt.

***

claudine menghela nafas bosan, dia muak mendengar berbagai macam pembicaraan para wanita-wanita bangsawan.

mata biru keabu-abuan melirik countess Hradley—ibunya yang terus berbicara omong kosong dengan berbagai macam jenis lanturan untuk membanggakan claudine disana.

bagi claudine ibunya sangat berlebihan memujinya di hadapan para bangsawan dan juga banyak para bangsawan merendahkan countess karena omongan tingginya saat membahas putrinya yang sempurna dan bersikap seperti dewasa.

claudine menatap langit yang cerah sementara beberapa burung kenari berterbangan di langit.

sebuah lintasan pikiran terlewat lalu segera claudine bangkit dari duduknya menghampiri ibunya.

"ibu aku ingin berjalan di sekitar perkebunan."

countess menoleh, dia mengangkat alis sebentar dan sedikit tersenyum kecil kepada para bangsawan.

"claudine sebentar lagi Duke Herlendt akan datang, kau harus menyambutnya.""tapi bu-"

sebelum melanjutkan berbicara ibunya menatapnya, menatap lekat kepada claudine, itu adalah sebuah peringatan dari countess kepada claudine.

ini menjengkelkan bagi claudine, dia kesal melihat ibunya melarang segala hal untuknya.

duchess Herlendt yang memerhatikan sedari tadi tersenyum, wajahnya mengerti keadaan claudine saat ini karena mau bagaimanapun claudine tetaplah gadis remaja yang membutuhkan teman dan hiburan di usianya.

jari lentik duchess mengusap lembut bulu anjing di pangkuannya, jenis anjing itu adalah pomerania dan cukup populer di kalangan bangsawan karena dari negeri sebelah.

"pergilah aku tidak keberatan, nikmati bunga di perkebunan Herlendt.""terimakasih duchess!"

kali ini claudine memenangkan keinginannya, wajah puas terukir di wajah cerianya dengan sedikit melirik ibunya. countess melebarkan mata tajam, itu seperti berkata marah kepada claudine melihat sikap kekanak-kanakan nya.

itu tidak terlalu penting dan kini claudine melangkah cepat meninggalkan bangsawan dan ibunya disana, claudine ingin menulusuri perkebunan Herlendt.

***

Matthias tiba di kediamannya dengan selamat, sementara duchess Herlendt dan beberapa bangsawan mulai menghampiri untuk menyambut termasuk pelayan lainnya.

tidak banyak bicara tapi dia bertindak melalui tubuhnya. membungkuk memberikan salam kepada yang lainnya termasuk duchess Herlendt.

"selamat datang Matthias.."

sambut seorang wanita berambut pirang, dia bibi Matthias, Cassandra Van Adlyrant. Matthias tersenyum kecil dan mengangguk sementara duchess mulai mendekati dan memberikan pelukan hangat pada Matthias.

"apakah perjalanannya membuat mu lelah? kau bisa istirahat dulu."

Matthias menggeleng pelan dan melepaskan pelukan duchess Herlendt sembari memasang wajah tenang"aku tidak lelah itu hanya perjalanan biasa."

walaupun mulut Matthias berkata seperti itu di arti lain dia sebenarnya cukup lelah, tapi rasanya dia tidak ingin membuat duchess khawatir kepadanya.

saat terus berbincang countess Hardley menghampiri dengan wajah yang sedikit memerah tetapi matanya sedikit panik.

countess membungkuk memberikan sambutan kepada Matthias dan Matthias melakukan hal yang sama.

"maafkan saya karena telat menyambut anda, tadi ada sedikit urusan yang harus saya selesaikan.""tidak apa-apa countess Hardley."

Matthias tidak ingin bertanya lebih tapi melihat kehadiran countess Hardley bisa di simpulkan bahwa dia akan di jodohkan dengan putri semata wayangnya.

beberapa ingatan sedikit kembali di kepalanya, Claudine Van Hardley, gadis itu termasuk kerabat jauhnya mengingat marga di tengah yang sama persis di miliknya. kalau berkata jujur untuk saat ini Matthias tidak menyukai Claudine, ingatan buruk muncul ketika gadis itu saat kecil begitu angkuh dan sombong terutama lagaknya yang bersikap sempurna, Matthias benci hal itu.

Matthias menghela nafas pelan lalu menatap duchess Herlendt sebentar"ibu saya ingin berburu di hutan, saya izin pamit undur diri, permisi."

***

senapan mengarah ke arah burung kenari yang sedang bertengger di dahan pohon, tatapan fokus tidak bergeming saat mencoba menarik petikan senapan.

tetapi sepertinya kali ini Matthias kurang beruntung ketika terbunyi suara ranting pohon patah membuat burung berterbangan entah berantah.

desahan keluar dari bibirnya, matanya menyipit tajam saat mendengar seseorang menginjak ranting pohon.

menurunkan senapan dari udara Matthias berdiri perlahan-lahan dan mencoba untuk memeriksa siapa yang membuat kebisingan ketika dia mencoba berburu.

dengan gesit Matthias bersembunyi di balik semak-semak, lutut sebelahnya menempel pada rerumputan sementara mata birunya menatap lekat ke arah suara tersebut.

kilatan matanya tergambar oleh seorang gadis dalam keadaan berantakan, tidak, lebih terlihat konyol di matanya.

wajahnya tidak menampilkan ekspresi apapun tetapi sedikit garis halus terlampir di bibirnya, Matthias begitu memerhatikan gadis tersebut yang seperti seekor kenari coklat yang bergerak kesana-kemari.

gadis itu terlihat tersesat kebingungan.

Matthias tidak bergeming menolong gadis itu tetapi dia hanya memerhatikan dalam diam, matanya berkilat mengamati seperti elang. ini mulai terlihat menarik melihat bagaimana kondisi gadis itu.

setelah mengamati pergerakan Matthias bisa menebak, dia sangat bisa menebak rambut gadis tersebut yang berwarna coklat bergelombang walaupun berantakan disana.

gadis itu calon tunangannya, itu membuat gelombang sesuatu dalam dirinya.

"menarik.."

Matthias berbicara pada dirinya sendiri dengan suara berat yang dia miliki.

"jika ku tembak dan ku tangkap apakah dia memilih sangkar indah atau kebebasan...?"

sekali lagi Matthias berbicara pada dirinya sendiri, memikirkan pertanyaan yang baru saja dia ucapkan sepertinya Matthias akan memikirkan ide, sebuah ide yang menurutnya cukup menyenangkan.