Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Crying And Begging In The Cage

SLvran
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
42
Views
Synopsis
mati di usia muda, Claudine Van Hardley merasa tidak percaya atas apa yang dia lalui setelah dia terkapar di tengah-tengah hutan dengan gaun putih yang sederhana, tapi ini bukan tentang gaunnya melainkan ini tentang dirinya kembali ketika dia berusia 13 tahun. lintasan masalalu setelah apa yang dia perbuat menjadi landasan bahwa claudine harus mengubah nasibnya di kehidupan kali ini, dia ingin menjadi dirinya sendiri tanpa terperangkap di dalam sangkar. Duke Herlednt, penguasa di wilayah Gravis yang tampan, dia menyukai sangkar dengan kenari di dalamnya—juga seseorang. Duke Herlendt tidak menyukai Claudine bahkan seperti dia membencinya, tetapi di kehidupan yang claudine jalani Duke Herlendt merasa tertarik, dia tertarik pada sikap gadis itu di kehidupan kali ini, Duke Herlendt ingin claudine seperti kenari—di dalam sangkar indahnya. Duke Herlendt ingin membuat claudine menangis karenanya, dia suka hal memohon dan menyedihkan terutama saat berlutut padanya. (PERINGATAN BESAR!! Novel ini mengandung banyak adegan Kekerasan, Pelecehan terhadap anak kecil, Penyalahgunaan zat. dimohon untuk tidak menganggap cerita ini ke dunia nyata.)
VIEW MORE

Chapter 1 - Gadis Yang Tersesat

dedaunan bergerak mengikuti tiupan angin dan matahari menyinari terang di tengah-tengah hutan saat ini, menyejukkan untuk hari yang cerah ini.

saat ini sedang musim semi, wilayah Gravis kini hampir di penuhi sebagian bunga-bunga bermekaran, sangat cantik dan indah.

saat angin terus meniup lembut sekitar membuat udara semakin sejuk, tetapi di tengah hutan itu ada sesosok gadis kecil yang terkulai di rerumputan.

hening dan sunyi hanya ada suara gesekan dedaunan di sekitar, tidak bergeming, gadis itu sepertinya bukan tertidur melainkan seperti sedang tidak sadarkan diri.

begitu terkulai di rerumputan hingga matahari mulai menyinari lebih terang membuat kelopak mata gadis itu berkedut terusik. sebuah mata terbuka perlahan, mata itu berwarna biru sedikit keabu-abuan.

tidak banyak menimbulkan berbagai macam ekspresi tetapi wajahnya terlihat jelas sedang kebingungan, sekitarnya begitu asing di matanya.

telapak tangannya mulai menempel di rumput sebelum mulai berusaha untuk terduduk sembari memastikan lingkungan sekitar.

ini mulai memusingkan pikirannya, ini terlalu berat untuknya berfikir ketika dia baru saja bangun..

"eh..?"

pupil matanya melebar seiring waktu wajahnya bahkan terlihat tidak percaya. kepalanya bergerak memutari sekitar dalam ketidakpastian, sangat mustahil.

dalam pikirannya sangat kacau balau, semua tidak masuk akal baginya itu membuat perutnya terasa tertekan dan hampir mual, ini semua tidak bisa di takar oleh kepalanya.

wajahnya sedikit ketakutan dan kebingungan dengan semua pertanyaan yang mulai terbendung di kepalanya.

"aku seharusnya mati, kenapa aku bisa hidup lagi"dia kebingungan apa yang terjadi saat ini lalu melanjutkan lagi"aku butuh air, aku harus memastikannya!"

tanpa basa-basi gadis itu segera bangun dari duduknya dan memulai berlari menuju ke arah sumber air untuk memastikan sesuatu, dia harus melihat wajahnya.

kakinya melangkah terburu dalam sedikit kepanikan, ini membuat jantungnya tidak aman, begitu merepotkan walaupun semuanya saat ini sedang tidak terkondisikan.

ketika terus berlari akhirnya kini dia melihat danau besar yang... cantik, matanya menyipit sedikit saat melihat danau itu, rasa familiar mulai muncul di wajahnya saat menatap dalam diam danau di hadapannya.

segera menggeleng pelan, dia harus segera melihat dulu wajahnya.

tubuhnya bergerak lagi untuk mendekat ke danau sebelum akhirnya dia mencondongkan diri untuk melihat pantulan wajah di air tersebut.

detak jantung gadis itu seperti terhenti beberapa detik. wajahnya tidak bisa di pungkiri akan rasa takut dan bingung, ini situasi yang sangat di luar akal pikiran.

dia segera memegang wajahnya, tidak salah, itu wajahnya ketika kecil, Claudine Van

Hradley.

kilas ingatan kembali ketika di masa depan dia meninggal di usia muda, nasibnya hancur tak terbentuk lagi, claudine mengingat jelas bagaimana dia terlalu berambisi menjadi duchess saat itu, sosoknya yang begitu sempurna hingga menimbulkan percikan api pada takdir yang dia tata sedemikian rupa.

claudine memasang wajah lesu, dia terlalu bingung saat ini lebih tepatnya bagaimana bisa dia mengulang waktu, di waktu yang pas di umurnya berusia tiga belas tahun.

tetapi tiba-tiba sebuah ingatan muncul kembali hingga matanya segera menunduk melihat gaun yang dia kenakan, gaun putih dan kain pita besar yang terbentuk cantik di punggungnya.

tidak salah lagi, claudine mengingat sangat jelas, hari ini seharusnya adalah hari pertemuan dia dengan tunangannya, Duke pemilik wilayah Gravis ini.

tidak bisa dipungkiri bahwa kini badannya bergetar, wajahnya panik"bagaimana ini.."tanya claudine bingung dengan kondisinya saat ini.

rasa kesal mulai muncul di benaknya, dia mengulang waktu di saat ketika hari dimana dia seharusnya melakukan perjodohan dengan Duke di wilayah Gravis ini, tetapi dia tidak bisa marah, karena dia juga merasa bingung harus marah kepada siapa karena tiba-tiba saja dia mengulang waktu.

karena merasa pusing terlalu banyak yang menumpuk di kepalanya akhirnya claudine memutuskan untuk pergi dari hutan, tetapi dia tersesat, dia tidak mengenal hutan Gravis ini.

claudine menghela nafas pelan, dia akan memulai misinya untuk keluar dari hutan. gadis penjelajah, itu pikirnya.

***

di kediaman Herlendt seorang wanita bangsawan berkepala tiga puluh itu bermondar mandir kepanikan, tidak, lebih tepatnya wanita itu menahan amarah di dirinya.

anaknya saat ini menghilang entah kemana setelah dia mengatakan ingin berjalan-jalan di perkebunan milik kediaman Herlendt. wajah wanita itu bahkan sedikit merengut dalam diam.

"anak itu.. lihat saja nanti, akan ku beri hukuman ketika dia sampai."desis wanita itu, matanya berkilat tekad penuh emosional.

sesosok wanita lainnya menghampiri wanita itu, tetapi penampilannya lebih berbeda dan lebih mencolok, wanita bangsawan yang terlihat elegan itu adalah pemilik kediaman Herlendt.

tangannya yang anggun menepuk pelan wanita yang sedang panik itu, dia berujar lembut namun tegas"Nyonya Hradley tenanglah, para pelayan saat ini sedang mencarinya, lebih baik kita ke dalam saja sembari menunggu."ujarnya pelan menenangkan kecemasan wanita itu.

dia duchess Herlendt, istri dan duchess dari wilayah Gravis, tidak bisa di pungkiri bahwa duchess Herlendt sangat anggun dan begitu cantik, dia juga mempunyai segalanya dan juga kesempurnaan—putranya.

walaupun sosoknya begitu sempurna tetapi mulutnya berkata lain, dia wanita bangsawan dengan mulut sarkastik, duchess Herlendt tidak segan-segan menyindir sarkas seseorang yang menurutnya tidak bersikap sempurna, itu sangat menyebalkan bagi duchess Herlendt.

countess Hradley tetap cemas dengan wajahnya cukup memerah padam, dia benar-benar muak dengan sikap kekanak-kanakan putrinya.

walaupun saat ini countess Hradley sangat marah kepada claudine tidak bisa di pungkiri di sisi lainnya dia takut, takut kehilangan putri semata wayangnya.

countess Hradley mengalami infertilitas, dia mengidap susah hamil yang membuatnya hampir terbuang oleh suaminya, setelah bertahun-tahun tidak hamil akhirnya countess bisa mengandung claudine, penyelamat takdirnya yang mengenaskan.

tubuh countess rasanya ingin melayang pergi ke suatu tempat, rasanya sangat menguras tenaga pada putri semata wayangnya itu.

sementara duchess Herlendt masih setia menenangkan countess Hradley hirngga akhirnya countess menyerah dengan menuruti permintaan duchess untuk menunggu di dalam mansion.

***

claudine terus melangkah di setiap rumput yang dia pijak, nafasnya tidak beraturan hingga hampir membuat claudine mengumpat kasar. tangannya memegang pohon untuk sementara, dia lelah, rasanya seperti ingin pingsan bagi claudine.

sembari istirahat matanya menulusuri sekitar untuk mencari jalan"sebenarnya seberapa luas hutan ini.."dia berkata pada dirinya sendiri dengan suara terengah-engah.

keadaannya sangat berantakan, begitu lucu ketika bagaimana gaun putihnya kotor penuh tanah dan juga robek di berbagai tempat, rambutnya coklatnya bergelombang kusut dengan beberapa daun dan ranting bersinggah disana, kakinya tidak lagi menggunakan sepatu pantofel karena saat mencari jalan keluar sepatunya tenggelam dalam lumpur.

claudine menepuk pipinya pelan untuk membangkitkan rasa semangat di tubuhnya, claudine tidak ingin menyerah saat ini, dia harus segera keluar dari hutan, dan jujur saja claudine takut pada ibunya.

penuh semangat membara seperti api claudine sekali lagi menapakkan kakinya ke rumput dengan berjalan tegas, claudine ingin bebas dari hutan yang membuatnya sangat muak.

sementara di lain tempat mata biru indah memerhatikan dalam diam sosok claudine yang seperti burung kenari, orang itu tidak bergeming membantu claudine melainkan hanya memerhatikan dalam diam, tetapi sebuah kilatan di mata biru itu, sosok itu sedang mengamati mangsanya, dia merasa penasaran untuk kali ini. pada gadis berambut coklat itu.