Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hallo dek itu Crushku

acha_aziza
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
38
Views

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - First meet

"ka Andin jadi pulang hari ini??"tanya Vivi padanya

"iya vi jadi, tinggal nunggu jemputan, soalnya udh diizinin pulang dari kemarin sama ustadzah ", sembari memasukkan beberapa pakaian kedalam tas besar.

"Din,hati hati ya di jalan,salamain nanti sma orang di sana kalau sudah sampai"ujar Aura mengusap pundak Andin,Aura adalah sahabat dekat Andini dari awal masuk pesantren,yapss Andini Clarisa Wijaya ,sebut saja Andin si perempuan susah di tebak. Anak anak sekitar asrama pun berkumpul mengerumuni sosok Andini itu memberi salam dan pelukan hangat.

"Ka Andin hati hati ya,jangan lupa bawa oleh-oleh kalo pulang nanti,heheh"ucap salah satu santriwati d sana,dan d soraki oleh anak-anak santriwati yang lain.

"yeeuu kamu mah, oleh oleh aja d otaknya",sahut beberapa santri yang ada di sekitar kerumunan,

"iyaa nanti aku bawain ya kalo sempet,mana tau kan lupa."ujar Andin yang tengah bersiap membawa tas pakaian yang sudah disiapkan tadi ."Din,d panggil ustadzah, orangtua kamu sudah datang tuh.

"Ka Andiiiiinnnnn..."teriak Vivi sambil berlari menghampirinya,"kenapa Vi ??

", tanyanya singkat ."jangan lupa balik ya kak, takutnya kak Andin lupa pulang". mendengar ucapan Vivi ,Andin mencubit kecil lengan Vivi sambil tertawa kecil,"ah elah bisa bisanya kepikiran kesana lu,tadi sih emang niatnya gitu,tapi nanti kamu kehilangan penyemangat seperti aku,". ujarnya centil sambil mengedipkan sebelah matanya.Vivi adalah santriwati junior yang paling dekat dengan Andini, selain jarak rumahnya yang terbilang dekat dengan rumah Andini, mereka juga sering main keluar berdua tiap libur semester.

"Aku pulang duluan ya, orangtua aku udah nungguin, Assalamualaikum".ucap Andin

Sambil melambaikan tangannya dan berjalan menuju gerbang asrama.

"Waalaikumussalam",jawab anak asrama kompak,"hati hati ka Andin"lanjutnya dengan serentak, Andini pun tersenyum dan berlalu memasuki mobil yang dikemudi oleh ayahnya itu.

"aku pulang ya ra,kabar kabaran deh nanti "ujarnya sambil mengeluarkan kepalanya dari balik jendela mobil .

"jangan lupa call aku ya Din,,"teriak Aura yang hampir setengah menangis,di tinggal pulang oleh sahabat terdekatnya itu, Andini membalasnya dengan mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum.

******

"kamu jaga ibumu ya ndin,sma fahri"ujar ayah yang fokus pada setirnya.

"ko aku? kan ada Ayah!"tanyanya singkat,"ayah belum bisa ikut, belum dapat izin cuti, besok masih harus Dinas keluar "ujar ayah yang hanya dibalas anggukan olehnya, Andini memang terkenal tidak dekat dengan ayahnya, karena dari semenjak ia bayi, ayahnya sering meninggalkannya berdua dengan sang ibu.Andini terlahir sebagai anak tentara sedari kecil,ia terbiasa ditinggal hanya berdua, yang membuat dirinya merasa tak bisa dekat dengan sang ayah.dia adalah anak perempuan pertama dari 2 bersaudara.

Setibanya di bandara Andin langsung menyalami ayahnya dan pergi ke tempat ibunya yang sudah lebih dahulu di antar oleh ayahnya ke bandara.

"lama amat lu, ngapain aja elah"sahut fahri pada kakaknya yg hanya d balas dengan tatapan sinis,ia Fahri Albaar Wijaya,adik kandung Andin sekaligus penjaga Andin kemanapun Andin pergi.

"udah yuk kita nunggu di dalem aja,bentar lagi pesawatnya take off,"ujar ibu sambil merangkul Fahri dan berpamitan pada suaminya itu,dan Andin hanya mengikut sambil berjalan d belakang ibu dan adiknya itu.

BUGHHH

"ADUUUH....sapa sih nabrak nabrak"ujarnya dengan emosi,dan tanpa ia sadari di depannya terdapat rombongan pria berseragam loreng sedang memperhatikannya,karena memang suara jatuhnya cukup mengundang banyak mata"mati gue banyak banget yang liatin,malu banget Ya Allah, Andin lu bodoh banget sii, suara lu gede banget lagi tadi pas jatoh"batinnya sambil merutuki dirinya sendiri

"maaf tdi saya ngga sengaja"sahut salah satu pria berseragam loreng itu dengan singkat,sambil mengulurkan tangannya yang siap membantu Andini untuk berdiri

"lain kali kalo jalan liat liat dong om"ujarnya yang menerima uluran tangan pria itu,

"saya bukan om om"sahut pria itu dengan pandangan tegas nya,namun Andini tak membalas ucapan pria itu sambil membulatkan matanya malas dan pergi meninggalkan rombongan loreng Loreng.

,"eh kok sisa aku disini?"batinnya dengan panik melihat sekeliling bandara sudah tidak didapati sosok ibu dan adiknya itu,hanya ada dirinya dan rombongan pria hallo dek.

****

"Lho ma,,Ka Andin kok ngga ada!!"tanya Fahri dengan wajah panik, pandangannya mencari dimana keberadaan kakaknya itu

"yaudah Coba di call dek cepetan bentar lagi pesawatnya take off,, perintah sang ibu dengan wajah campur aduk

"aduuh kakak kamu Kmana sih dek?"tanya sang ibu panik sambil menggerak gerakkan bahu Fahri"ngga aktif ma nomornya ka Andin,kita tunggu aja deh bentar,sapa tau ka Andin nyusul kita"ujarnya menenangkan sang mama dan berjalan ketempat duduk masing masing yang sudah di sediakan.umur Andin dan Fahri terbilang cukup dekat,namun perbedaan mereka berdua sangatlah jauh, bahkan panggilan untuk sang ibu sudah jelas berbeda, dikarenakan Andini sendirilah yang lahir dan besar sebagai orang Jawa, tak heran banyak yang tidak percaya jika Andin dan Fahri saudara kandung,Fahri yang sedari kecilnya tinggal di Jakarta jelas gaya hidupnya sangat berbeda jauh dengan sang kaka.

Andini memang terlahir sebagai orang Jawa sedari kecil bahkan sampai dirinya dewasa ia di besarkan dilingkungan Jawa,dirinya berpisah dengan sang adik sejak ia memutuskan masuk pesantren ternama di Bandung, sedangkan sang adik memilih bersekolah di Jakarta bersama kakek dan neneknya, tapi bukan berarti dengan terpisahnya dirinya dengan sang adik membuat Fahri lengah dari pengawasannya menjaga sang kakak itu,walau terbilang acuh tak acuh,dirinya sering memperhatikan gerak gerik kakaknya itu secara diam diam.Fahri selalu pulang kerumahnya setiap libur semester,dan disitulah dirinya menghabiskan waktunya dengan Kakaknya.

Andini besar bersama orangtuanya sedari kecil, maka dari itu sang ibu sangat dekat dengan anak perempuan kesayangannya itu, karena sedari Andini kecil,hanya dialah yang menemani sang ibu setiap Ayahnya berangkat tugas keluar pulau,itu sebabnya ia lebih dekat dengan sang ibu daripada Ayahnya.

Sesampainya di dalam pesawat ia mendapati ibu dan adiknya sudah ada di dalam pesawat,dengan wajah bingung ibunya sontak berdiri dan mengelus pundak Andini

"Ya Allah nak,kakak kemana aja,ibu sma Fahri panik liat kakak ngga ada,ayo sini duduk di kursi kamu"ujar sang ibu sambil memberi kode kepada sang anak bujangnya untuk menyimpan tas kakaknya itu di cabin,dan menepuk kursi yang ada di sebelahnya seolah memberi tau anak perempuan nya itu tempat duduknya bersebelahan dengan sang ibu,Andini pun menurut dan langsung duduk dan menceritakan kejadian barusan kepada ibunya itu

"tadi Andin ketabrak bu sama rombongan om om loreng, kesel banget,terus pas Andin liat ibu sma Fahri sudah ngga ada di depan Andin,makanya Andin buru buru lari ke pesawat"jelasnya sambil memasang sabuk pengaman yang sudah disediakan,sang ibu pun mengangguk tanda faham dengan apa yang di ceritakan anak perempuannya barusan

"jangan sampai deh aku ketemu sama cowo kayak gtu lagi,udah salah sok ganteng lagi,iih"ujarnya dalam hati dan membiarkan dirinya tertidur selama perjalanan.

, . , , .....

"kak, bangun woyy kebo banget siii"tegur Fahri yang berusaha menggoyang goyangkan pundak kakaknya itu yang sedari tadi tidak memberi respon apapun

"Ka Andin bangun, pesawatnya udah landing nii,mau di tinggal lagi emang??"sahutnya lagi tak menyerah membangunkan kakaknya dan berhasil , Andini pun terbangun dengan muka bantalnya berusaha mengumpulkan moodnya dari tidur pulasnya.

"udh dimna ini??"tanyanya masih belum terkoneksi dengan nyawanya

"lah kan tadi aku bilang udah landing,mass gatau kita kemana"jelas sang adik dengan sedikit emosi karena sang kakak

"berapa jam emang tadi aku tidur,kok cepet banget sii sampainya, perasaan tadi masih di Bandung"tanyanya namun tak diberi respon oleh sang adik, sepertinya Fahri memang tidak bisa sabar menghadapi kakak perempuannya itu yang penuh dengan pertanyaan.

"mama langsung turun aja nanti Fahri sma ka Andin nyusul,keburu sempit sempitan,barang mama biar Fahri yang bawa"jelasnya dan bergegas mengambil beberapa tas di cabin pesawat

"ka,masih ada satu tas lagi,bawain ya,3 tas gede sudah aku ambil,sisa barang ka Andin doang "jelasnya sambil berjalan meninggalkan sang kaka lebih dulu

"rame banget siii,ini kapan selesainya coba,gimna mau ngambil tas kalo penumpangnya masih desak desakan gini mau turun,"batinnya yang masih bermalas malasan untuk turun"nanti aja deh tunggu sepi turunnya"batinnya lagi yang masih berusaha mengumpulkan setengah moodnya itu.

tanpa ia sadari pria yang menabraknya tadi di bandara tengah duduk di sebelahnya "apa apaan ini, kenapa aku bisa satu pesawat sama om-om sok ganteng ini sih,males banget sumpah"batinnya membulatkan matanya malas dan membalikkan badan menghadap jendela

"heh.. tas kamu yang mana?"tegur pria itu yang sekarang posisinya tengah berdiri berusaha membantu wanita yang ia tabrak dibandara tadi, namun lagi dan lagi,Andin

tidak menjawabnya

"bisa jawab dulu ngga, saya disini mau tolong ambilin barang kamu"namun nihil, seorang Andini tetap tidak menggubrisnya

"Ngga perlu om, saya bisa bawa barang saya sendiri"jawabnya dengan tatapan penuh dendam,dan berdiri mengambil tasnya di cabin , mendengar sebutan om pria itu menatap Andini dengan tatapan kesal seperti tidak terima dengan sebutan itu.

"Saya cuma mau nolongin kamu"jawab pria itu dengan tegas dan sedikit menjauhkan jaraknya dari Andini yang terbilang sangat dekat.

"Kamu sebenernya mau nolongin saya atau mau ngajak ribut ??"jawab Andini dengan kesal dan berlalu meninggalkan pria berseragam loreng itu tanpa peduli pria itu akan mengatakan apa lagi.