Chereads / St. Velton Academy / Chapter 5 - BAB 5: Bayangan di Balik Cermin

Chapter 5 - BAB 5: Bayangan di Balik Cermin

Awal yang Gelap

Setelah kekalahan Pride, suasana di St. Velton semakin mencekam. Meskipun makhluk itu telah lenyap, pengaruhnya masih terasa. Cermin-cermin di aula kepala sekolah yang hancur memantulkan bayangan yang tampaknya terus mengawasi setiap langkah mereka.

Darius dan Lila berjalan meninggalkan ruangan itu dengan langkah berat. Pedang di tangan Darius kini terasa lebih berat dari sebelumnya, seperti membawa dosa yang tidak terlihat. Liontin peraknya bersinar samar, seolah memperingatkan bahaya yang akan datang.

"Kau baik-baik saja?" tanya Lila, menoleh ke arah Darius.

Darius hanya mengangguk, meski wajahnya menunjukkan sebaliknya. Ia tidak ingin membahas apa yang baru saja terjadi—bayangan dirinya di cermin, suara Pride yang terus bergema di kepalanya, dan keraguan yang mulai tumbuh di hatinya.

Tanda-Tanda Kegelapan

Mereka berdua tiba di ruang pertemuan siswa yang kini berubah menjadi tempat perlindungan bagi yang selamat. Beberapa siswa yang tersisa memandang mereka dengan harapan dan ketakutan, tapi Darius tidak bisa membalas tatapan itu.

"Kita harus segera menemukan dosa berikutnya," kata Lila sambil membuka peta yang mereka temukan sebelumnya.

Darius mengamati peta itu. Ada tujuh titik merah yang menunjukkan lokasi di mana dosa-dosa besar bersembunyi. Empat di antaranya sudah mereka lalui, tapi setiap pertempuran hanya membuat situasi semakin sulit.

"Apa selanjutnya?" tanya Darius.

Lila menunjuk sebuah area yang terletak di ruang bawah tanah sekolah. "Di sini. Tempat ini dulunya adalah ruang penyimpanan, tapi sekarang energi gelapnya begitu kuat hingga terasa dari lantai ini."

Menuju Ruang Bawah Tanah

Perjalanan menuju ruang bawah tanah tidaklah mudah. Tangga yang dulunya kokoh kini retak dan penuh dengan akar-akar gelap yang seolah hidup. Cahaya lentera Lila menjadi satu-satunya penerangan di lorong yang tampaknya semakin menekan setiap langkah mereka.

"Darius," kata Lila tiba-tiba, suaranya penuh kekhawatiran.

"Apa?"

"Kau sadar kalau kita semakin dekat dengan inti kekuatan mereka, bukan? Mereka akan semakin kuat, dan kita…"

"Kita akan bertahan," potong Darius. "Aku tidak peduli seberapa kuat mereka. Aku akan menghancurkan mereka semua."

Namun, di balik kata-katanya, Darius tahu ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Kekuatannya memang meningkat setelah setiap pertarungan, tetapi ia merasa semakin jauh dari dirinya sendiri.

Pertemuan dengan Envy

Saat mereka tiba di ruang bawah tanah, suhu udara menurun drastis. Ruangan itu dipenuhi dengan patung-patung yang tampak hidup, wajah mereka menunjukkan ekspresi iri yang mendalam.

"Ini pasti Envy (Iri Hati)," kata Lila sambil memperhatikan sekeliling.

Tiba-tiba, suara dingin menggema di ruangan itu. "Kau datang jauh-jauh hanya untuk mati? Betapa mengagumkan."

Sosok Envy muncul dari bayangan, tubuhnya ramping dan penuh dengan cabang-cabang hitam yang bergerak seperti tentakel. Matanya hijau menyala, memancarkan rasa iri yang begitu dalam hingga terasa menekan dada.

"Lihat dirimu, Darius Kane," katanya sambil berjalan mendekat. "Kau berpikir kau adalah pahlawan? Kau hanya manusia biasa yang mencoba melawan sesuatu yang jauh di luar kemampuanmu."

"Aku tidak butuh ceramah darimu," balas Darius, mengangkat pedangnya.

"Tapi bukankah kau iri?" lanjut Envy. "Iri pada kekuatan yang kau miliki sekarang, tapi juga takut pada apa yang kau korbankan untuk mendapatkannya?"

Pertarungan dengan Envy

Pertarungan dimulai dengan ledakan energi gelap yang hampir menghancurkan seluruh ruangan. Envy menyerang dengan manipulasi bayangan, menciptakan ilusi yang membuat Darius melihat hal-hal yang paling ia inginkan.

Salah satu ilusi itu adalah keluarganya, hidup kembali, tersenyum padanya seperti sebelum tragedi menghancurkan segalanya.

"Darius, ini semua palsu!" teriak Lila, mencoba membantunya fokus.

Darius mengayunkan pedangnya dengan marah, menghancurkan bayangan itu. Tapi semakin ia melawan, semakin banyak ilusi yang muncul, membingungkan pikirannya.

"Kau tidak bisa melawan keinginanmu sendiri," kata Envy, tertawa dingin.

Kemenangan yang Pahit

Akhirnya, dengan bantuan Lila, Darius menemukan kelemahan Envy—sebuah inti hijau terang yang bersembunyi di dalam tubuhnya. Dengan satu serangan terakhir, ia menghancurkan inti itu, dan tubuh Envy hancur menjadi debu.

Namun, kemenangan itu terasa pahit. Darius jatuh berlutut, kelelahan tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional.

"Kau berhasil," kata Lila sambil membantunya berdiri.

"Tapi untuk berapa lama?" jawab Darius, suaranya hampir berbisik.

Epilog Bab 5

Setelah pertarungan, Darius dan Lila menemukan sebuah artefak di tempat Envy lenyap—sebuah cermin kecil yang memancarkan energi gelap.

"Ini mungkin berguna nanti," kata Lila sambil menyimpannya.

Namun, saat mereka meninggalkan ruang bawah tanah, Darius tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa setiap langkah yang ia ambil semakin menjauhkannya dari siapa dirinya sebenarnya.

"Berapa dosa lagi yang harus kita lawan?" tanya Darius, hampir pada dirinya sendiri.

"Tiga," jawab Lila. "Dan mereka akan semakin kuat."

Bab ini berakhir dengan rasa ketegangan yang semakin memuncak, meninggalkan pembaca dengan pertanyaan tentang apakah Darius benar-benar bisa menyelesaikan misinya tanpa kehilangan segalanya.