Reza duduk di ruangannya yang sempit, dikelilingi oleh tumpukan berkas dan uang yang tampaknya tidak lagi memiliki nilai. Ruangan itu, yang dulunya penuh dengan kemewahan dan kesenangan, kini terasa begitu sunyi. Reza menatap keluar jendela, tetapi tidak ada yang menarik perhatiannya. Tidak ada lagi rasa bangga terhadap kekuasaannya di dunia bawah tanah yang telah memberinya begitu banyak kekayaan dan pengaruh. Semua yang ia miliki kini terasa hampa.
Hanya beberapa bulan yang lalu, hidupnya tampak sempurna. Melani, wanita yang pernah begitu menggoda dan penuh pesona, selalu ada di sisinya. Bersama Melani, ia merasa seperti berada di puncak dunia, tak ada yang bisa menghalangi jalan mereka. Namun, kenyataan dunia gelap yang ia jalani mulai runtuh. Bisnis narkobanya yang dulu berjalan lancar, kini terancam. Pasar yang dulunya stabil kini dipenuhi dengan persaingan yang ketat, dan banyak mitra yang mulai menarik diri. Semua masalah itu, ditambah dengan pengkhianatan Melani, membuat hidup Reza menjadi tak terkendali.
Melani meninggalkannya pada saat yang paling krisis. Ketika mengetahui bahwa bisnis narkoba Reza mulai runtuh, dia dengan cepat mencari pria lain yang bisa memberinya kenyamanan dan jaminan masa depan yang lebih pasti. Bagi Melani, Reza hanyalah sebuah batu loncatan, seorang pria yang bisa memberinya kemewahan dan kesenangan. Namun, begitu segalanya mulai goyah, dia tak ragu untuk meninggalkan Reza dan mencari pria lain yang lebih mampu memberi apa yang ia inginkan.
Reza merasa seperti sebuah batu yang terlempar jauh dari tujuannya. Kepergian Melani adalah pukulan telak yang sangat sulit diterima. Tidak hanya karena dia kehilangan wanita yang dulu begitu berarti baginya, tetapi juga karena dia merasa dikhianati. Di dunia yang keras seperti yang dia jalani, pengkhianatan adalah hal yang tak termaafkan. Namun, pada titik ini, Reza mulai sadar bahwa hidupnya yang penuh kebohongan dan kejahatan telah membawanya ke jurang kehancuran.
Reza sudah terbiasa dengan kesepian. Sejak kecil, dia tumbuh di lingkungan yang keras, di mana kepercayaan adalah barang yang langka. Namun, selama bertahun-tahun menjadi gembong narkoba, dia terbiasa dengan pengkhianatan. Orang-orang di sekitarnya sering kali hanya mendekat untuk mencari keuntungan pribadi, dan Reza sudah terbiasa dengan kenyataan bahwa setiap orang punya agenda masing-masing. Tapi, kehilangan Melani, wanita yang dulu ia anggap sebagai bagian dari hidupnya, adalah pukulan yang berbeda.
Dia memutar otaknya, mengingat segala hal yang telah ia lakukan untuk Melani. Berbagai hadiah mewah, perjalanan ke luar negeri, dan segala bentuk kemewahan yang dia berikan padanya. Reza tahu bahwa Melani tidak mencintainya—dia hanya mencintai apa yang bisa ia dapatkan dari Reza. Tapi, pada titik tertentu, Reza merasa seperti dia benar-benar mencintai Melani. Dan kini, semua itu telah hancur. Kepergian Melani bukan hanya sekadar kehilangan wanita, tetapi juga kehilangan sebuah harapan, sebuah alasan untuk terus bertahan dalam kehidupan yang penuh dengan kegelapan.
Hari-hari setelah kepergian Melani penuh dengan kebingungan dan kesedihan. Reza merasa seolah-olah dirinya terjebak dalam dunia yang penuh dengan bayangan. Bisnis narkobanya yang dulu menguntungkan kini mulai merosot. Banyak pelanggan yang meninggalkan produk mereka karena kualitas yang menurun dan persaingan yang semakin ketat. Beberapa mitra bisnisnya, yang dulunya setia, mulai menjauh, tidak ingin terlibat lebih jauh dalam bisnis yang tampaknya semakin berbahaya. Reza tidak tahu lagi siapa yang bisa dia percayai, dan semakin lama, dia merasa semakin terisolasi.
Namun, meskipun semua itu, satu hal yang tetap menghantuinya: Aisyah. Wanita yang selama ini ia abaikan, yang pernah ia sakiti, kini menjadi bayang-bayang yang tak bisa ia lepaskan. Reza merasakan penyesalan yang dalam, tetapi dia tahu bahwa penyesalan tidak akan mengubah apapun. Aisyah sudah pergi, dan dia tidak akan kembali. Semua yang dia lakukan untuk Melani, semua keputusan yang dia ambil, kini terasa seperti kebodohan besar yang hanya membawa kehancuran.
Setiap kali Reza mencoba menghubungi Melani, tidak ada jawaban. Dia tahu bahwa Melani telah pergi, mencari kehidupan yang lebih baik tanpa dirinya. Reza merasa seperti sebuah puing yang terbuang, sesuatu yang tidak lagi memiliki arti. Ia mulai mencari-cari alasan untuk tetap bertahan, namun tidak ada yang bisa mengembalikan hidupnya seperti semula.
Suatu malam, saat Reza berjalan pulang ke apartemennya, dia melihat beberapa wajah yang familiar di jalanan. Mereka adalah orang-orang yang dulunya pernah bekerja dengannya, namun kini tidak lagi berhubungan. Reza tahu, mereka semua tahu tentang kejatuhannya, tentang bisnis yang mulai runtuh dan dirinya yang tak lagi menjadi gembong narkoba yang dihormati. Wajah-wajah itu menunjukkan ekspresi sinis, seakan-akan mereka menikmati kehancuran Reza.
Reza berusaha mengabaikan mereka, tetapi perasaan malu dan keterasingan semakin menggerogoti dirinya. Dia merasa seperti orang yang kehilangan segalanya—cinta, harta, dan kekuasaan. Di dunia yang dulu dia pimpin, tidak ada tempat lagi untuknya. Dia tidak lagi dihormati, tidak lagi ditakuti. Semua yang dia bangun selama bertahun-tahun kini terancam hancur dalam sekejap. Reza menyadari bahwa dia hanya memiliki dirinya sendiri, dan bahkan itu pun terasa kosong.
Kehidupan Reza yang dulu penuh dengan gemerlap, kekayaan, dan kekuasaan kini terasa seperti kenangan yang semakin jauh dan buram. Dia tidak lagi mengenali dirinya sendiri. Tanpa Melani, tanpa kekuatan dan uang, dia hanyalah pria biasa yang terjebak dalam kehidupan yang penuh dengan penyesalan. Reza memutuskan untuk meninggalkan kota besar itu, mencari tempat di mana dia bisa mulai dari awal. Namun, bahkan di tempat yang baru, dia tahu bahwa dia tidak akan bisa melarikan diri dari dirinya sendiri.
Harga Pengkhianatan
Hari-hari berlalu, dan Reza merasakan semakin dalamnya keputusasaannya. Kehidupan yang penuh dengan pengkhianatan dan kegelapan akhirnya membawa harga yang harus dia bayar. Melani telah meninggalkannya, dan dengan itu, Reza kehilangan lebih dari sekadar wanita. Dia kehilangan dirinya sendiri. Kehancuran bisnisnya adalah gambaran dari kehancuran batinnya. Dunia yang dulu dia kuasai kini terasa jauh dan tak terjangkau.
Dalam kesendirian dan keputusasaannya, Reza merenung. Tidak ada lagi kebahagiaan yang bisa ia rasakan. Tidak ada lagi harapan untuk kembali ke kehidupan yang dulu. Semua yang pernah dia banggakan kini hanya tinggal puing-puing kehancuran. Reza sadar bahwa semua pilihan yang ia buat telah membawanya pada titik ini—sebuah titik tanpa harapan.
Tetapi, meskipun begitu, Reza tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Jika dia tidak bisa memperbaiki masa lalunya, maka setidaknya dia bisa mencoba untuk menemukan arti baru dalam hidupnya. Meskipun itu terasa mustahil, dia tahu bahwa inilah harga yang harus dia bayar atas semua pengkhianatan yang telah dia lakukan, kepada Aisyah, kepada dirinya sendiri, dan kepada semua orang yang pernah percaya padanya.
Reza berdiri, menatap pantulan dirinya di cermin. Untuk pertama kalinya, dia melihat seorang pria yang rapuh, yang penuh dengan penyesalan. Seorang pria yang pernah memiliki segalanya, tetapi kini kehilangan semuanya. Mungkin hidup tidak akan pernah sama lagi, tetapi Reza berjanji pada dirinya sendiri untuk mulai memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Dan meskipun itu mungkin tidak akan mengubah masa lalunya, setidaknya ia bisa berusaha untuk menemukan kedamaian dalam dunia yang penuh dengan pengkhianatan ini.