Ryuichi berjalan sendirian di pagi hari yang cerah ini, dia
terasa jauh lebih segar di bandingkan hari-hari sebelumnya.
"Hei kawan, kau menjadi lebih cerah hanya salam
semalam. Apa yang terjadi?"
Pemuda itu, Arata menyapanya.
"Oh Arata, pagi."
"Apa yang terjadi padamu, cobalah cerita padaku kawan.
Bukankah kita ini teman?"
Teman? Kau hanya ingin terlihat menonjol dengan berteman
dengan ku yang seorang siswa biasa saja. Pikir Ryuichi.
Aku sudah mengetahui itu sedari dulu.
"Hah, tidak ada yang terjadi. Hanya saja pagi ini
terlihat lebih cerah." Ryuichi kembali menunjukan wajah datar tanpa
ekspresi nya.
Mereka berjalan bersama hingga menuju gerbang sekolah. Dan
tanpa Ryuichi sadari, dia melihat Hana yang sedang berjalan dengan Kimura Eiji,
wakil ketua OSIS. Hana menatapnya, namun saat Ryuichi menatapnya kembali. Hana
mengalihkan pandangannya.
"Hmm, ada yang berbeda dengan ketua OSIS pagi ini. Apa
dia terlihat sakit? Juga, dia memancarkan aura yang berbeda di bandingkan
sebelumnya. Itu lebih dewasa. Apa dia sedang sakit?"
"Aku tidak tau."
"Hei, apa kau sadar kalau dia sempat menatapku
sebelumnya?" Arata bersemangat karena kesalahpahaman itu. Ryuichi hanya
tersenyum masam.
"Apa dia menyadari ketampanan ku? Mungkin dia menyesal
karena telah menolak ku saat itu, sayang sekali saat ini aku sudah mendapatkan
pacar."
Seberapa besar kepercayaan dirinya.
"Arata-kun!" Ryuichi dan Arata berbalik untuk
mendengar suara cempreng yang berteriak.
"Oh Aiko-chan, pagi."
Aiko menyambut Arata dengan senyum ramah, dia juga menatap
sesekali ke arah Ryuichi dengan penasaran.
Ryuichi mengangkat alis nya heran.
"Emm Yamaguchi-kun, apa hubungan mu dengan ketua
OSIS?"
Mereka bertiga berjalan bersama menuju kelas, pertanyaan itu
membuat Ryuichi tersentak. Sedangkan Arata menunjukkan wajah heran nya.
"Apa maksudmu?" Tanya Arata.
"Yah, aku melihatnya tadi pagi dia berjalan bersama
ketua OSIS sebelum berpisah di persimpangan jalan."
"Apa? Kau memiliki hubungan dengan ketua OSIS!?"
Arata terkejut menatap Ryuichi.
"Apa aku orang yang terlihat seperti bisa bersama
dengan ketua OSIS?" Tanya Ryuichi.
Arata menatap lama Ryuichi."Benar juga, tidak mungkin
kau bisa bersama dengan ketua OSIS."
Tawa Arata keluar. Ryuichi hanya memutar matanya malas dan
menjawab pertanyaan Aiko dengan datar.
"Aku tidak ada hubungan dengannya, kami hanya tidak
sengaja berpapasan dan kembali berpisah karena berbeda jalur."
"Oh seperti itu." Balas Aiko dengan menumpuk
tangannya sendiri seolah paham.
"Jadi itu alasan mu sangat cerah hari ini? Karena tidak
sengaja bersama ketua OSIS kan? Yah, kau memang beruntung." Lanjut Arata.
Setelah bel, mereka memulai pelajaran. Waktu istirahat,
Ryuichi pergi ke tempat dia biasanya berdiam. Itu adalah klub membaca miliknya.
Dia tidak suka membaca, dia membuat klub ini hanya karena ingin di berikan
tempat yang nyaman untuk menyendiri saja.
Klub ini hanya dia sendiri anggotnya, atau bisa di katakan
dua orang lainnya adalah hantu. Siswa yang mendaftar tapi tidak datang ke klub.
Itu adalah siswa yang tidak ingin bergabung dengan klub apapun, tapi karena
sekolah mewajibkan siswa-siswi nya memasuki minimal satu klub. Mereka setuju
untuk mendaftar di klub membaca, tapi mereka tidak pernah datang sekalipun ke
ruangan ini.
Smartphone miliknya berdering, di sana terlihat pesan yang
di berikan oleh Hana.
"Kenapa dia mengirim kan pesan?"
[Ryuichi, Dimana kau?]
Kenapa dia bertanya? Pikir Ryuichi.
[Aku ada di ruangan klub ku. Juga, kenapa kau memanggilku
dengan nama depanku?]
[Kenapa aku tidak boleh memanggil mu dengan nama mu
sedangkan kau memanggil ku Hana, bahkan saat aku tidak pernah menyetujui nya!]
[Oke, terserah. Kenapa kau menghubungi ku?]
[Tidak ada.]
Benar-benar tidak jelas. Mengabaikan itu, Ryuichi membuka
kotak bento yang di buat Hana tadi pagi. Dan mulai menyantap nya dengan nyaman.
Namun tak selang beberapa saat, pintu deret terbuka.
Menampilkan sosok gadis cantik yang tengah membawa sebuah bento di tangannya.
"Oh, Hana. Ada urusan apa kau datang kemari?"
Tadi dia memberikan pesan, dan sekarang dia malah datang ke
ruangan ku.
Hana berkerut kesal karena pertanyaan Ryuichi.
"Aku hanya ingin melihat klub 'Membaca'." Hana
melihat sekeliling hanya mendapati ruangan kosong yang tidak terurus. Dia
kemudian duduk di kursi samping Ryuichi.
"Sepertinya klub ini harus di tutup karena tidak
memiliki manfaat apapun di dalamnya."Hana menyeringai menatap Ryuichi.
Dia sedang kesal karena menunggu lama Ryuichi di atap untuk
makan bento bersama. Dia pikir Ryuichi akan kembali pergi ke atap seperti
kemarin. Dia tidak tau kalau lelaki di depannya ini mempunyai sebuah klub.
"Meskipun memiliki anggota yang cukup, jika klub tidak
beroperasi dengan baik. Itu hanya seonggok sampah yang layak di buang. Lebih
baik memberikan ruangan ini pada klub lain yang lebih membutuhkannya."
Lanjut Hana sembari membuka kotak bento miliknya.
"Jangan pernah melakukan itu. Ruangan ini adalah tempat
yang nyaman untuk ku." Ryuichi kembali memakan makanannya.
Hana menyeringai mendengar itu. Dia menyilang kan kaki nya
seperti seorang ratu yang mendominasi.
"Oh, aku lebih yakin lagi kalau ruangan ini tidak ada
gunanya di tangan mu."
Ryuichi mengerutkan alisnya."Apa kau tidak mendengar
perkataan ku sebelumnya?"
"Aku bisa saja membiarkan mu mempunyai klub ini, tapi
dengan satu syarat." Hana mengacungkan jari telunjuk nya dengan senyum
penuh kemenangan.
"Syarat? Apa itu?" Ryuichi mengerutkan alisnya.
Apa itu menghapus video yang di simpan nya? Dia tidak
keberatan jika seperti itu. Lagian Ryuichi sudah tidak membutuhkan lagi video
itu.
"Ya, lakukan dogeza dan memohon lah." Seringai
Hana semakin lebar saat dia mengeluarkan aura yang mendominasi.
Sebagian wajah Ryuichi tertutupi oleh rambutnya yang membuat
Hana tidak dapat melihat reaksi seperti apa yang di keluarkan oleh Ryuichi.
Yah, ketua OSIS kita ini benar-benar sesuatu. Pikirnya
Semakin dekat dia dengan Hana, semakin menarik pula
perempuan ini di matanya.
Ryuichi bangkit dan berjalan ke depan Hana. Hana semakin
melebarkan senyum nya ketika menyadari pria ini akan melakukan dogeza di
depannya. Perempuan di depannya ini benar-benar beracun jika tidak di urus
dengan baik.
Ryuichi, mengeluarkan penis nya melalui resleting nya yang
sudah dia buka.
"B-bodoh! Ku bilang dogeza! Bukan mengeluarkan penis
mu!" Hana terkejut dengan semburat merah.
"Sepertinya aku tidak mendidik mu dengan baik ya?"
"Tunggu, ini di sekolah. Jika orang lain melihatnya,
itu semua akan menjadi kekacauan." Balas Hana dengan teriakan kecil.
Ryuichi mendekatkan penis nya yang setengah tegak hingga
menyentuh ujung bibir dari Hana.
"Berikan aku blowjob."
Hana menatap pintu deret masuk sebelumnya dengan ragu,
kemudian kembali menatap penis yang ada di depannya. Bau penis itu benar-benar
memabukkan untuknya.
"Jangan sesekali berpikir untuk bersikap arogan kembali
di depan ku, karena di sini. Akulah tuan nya. Apa kau mengerti?" Ryuichi
mengangkat dagu Hana dengan kuat.
"Kuhh!" Hana menggeram kuat.
"Apa kau mengerti!?" Ulang Ryuichi.
"Kuhh, aku mengerti."
Hana, seekor kelinci yang hendak berevolusi menjadi seekor
serigala namun sayangnya itu semua di gagalkan oleh Ryuichi.
Perlahan gadis itu menjilati batang kemaluan Ryuichi. Dia
juga menggunakan tangannya untuk lebih merangsang Ryuichi.
Melakukan hal mesum seperti ini di sekolah benar-benar
menakjubkan bagi mereka berdua.
"Ya, gadis seperti mu hanya harus menggunakan mulutnya
untuk hal seperti ini." Ejek Ryuichi dengan seringai.
Hana menatap Ryuichi dengan kesal, namun tidak menghentikan
aktivitas nya. Dia kemudian memasukan penis Ryuichi masuk ke dalam mulutnya.
Berusaha sekuat mungkin untuk menelan seluruh batang kemaluan nya. Suara-suara
mesum terdengar di area klub itu.
Padahal awalnya dia hanya ingin menggoda Ryuichi, sepertinya
dia melangkah terlalu jauh. Dia hanya kesal karena Ryuichi tidak datang ke atap
seperti apa yang di harapkan nya.
"Aku akan keluar."
Air mani menyembur ke dalam mulut Hana, dia sudah terbiasa
membiarkan Ryuichi keluar di dalam mulutnya.
"Jangan di telan."
Hana sedikit terkejut ketika Ryuichi menarik penis itu dari
mulutnya. Biasanya dia akan menyuruh Hana untuk selalu menelan air mani nya
tanpa tertinggal setetes pun.
Ryuichi mengambil tutup bento dan menyodorkan nya ke arah
Hana. Mulut Hana sedikit mengembung karena air mani yang dia tahan.
"Tumpahkan di sini."
Sesuai instruksi Ryuichi, Hana memuntahkan semua air mani
itu di atas tutup bento milik Hana.
"Apa yang kau rencanakan kali ini."
"Bukankah kau menyukai air mani ku? Kalau begitu
celupkan makanan mu terlebih dahulu ke sana sebelum memasukannya ke dalam mulut
mu."
Ryuichi menggengan rambut Hana dan membersihkan penis nya
menggunakan rambut halus Hana.
Hana hanya menggeram ketika di perlakuan seperti itu, tidak
dapat menyembunyikan kesenangan nya.
Ryuichi kembali ke tempat duduknya dan kembali menikmati
bento miliknya.
Hana di sisi lain, seperti yang di perintahkan oleh Ryuichi.
Dia membawa sebuah sosis dan mencelupkan nya ke atas tutup bento yang memiliki
air mani, lalu mulai memakan nya.
"Puas?"
"Ya, bagaimana? Apa itu enak?"
"Mana mungkin sesuatu seperti ini enak!? Aku bahkan
mual hanya untuk melihatnya." Balas Hana sembari memakan sosis nya yang
tertutupi air mani.
Makan bento dengan erotis akhirnya terus di lakukan.
"Kau sepertinya menikmati nya bukan?" Ucap Ryuichi
melihat habis air mani yang berada di atas tutup bento Hana. Karena air mani
nya sudah habis, Hana kembali memakan makanan nya dengan normal dan
menghabiskan seluruh nya. Sementara Ryuichi telah selesai sedari tadi.
"Mana mungkin aku menikmati sesuatu yang menjijikan
seperti itu."
"Coba lihat di sini." Ryuichi menyentuh
selangkangan Hana yang basah.
"Itu ... Keringat." Balas Hana mengalihkan
pandangannya ke sisi lain.
"Kuhh, jangan menyentuh area sensitif seorang gadis
tanpa persetujuan mereka. Ahhh ..."
Ryuichi menarik tangannya, membuat gadis itu kecewa.
"Sepertinya kau tidak menginginkan nya, jadi aku tidak
akan memaksa." Ejek Ryuichi.
"Kalau begitu aku pergi dulu, lagian bel akan segera
bunyi. Sampai nanti." Ryuichi keluar tanpa berniat berbalik menatap Hana.
Meninggalkan perempuan itu seorang diri.
"Kau benar-benar brengsek." Gumam Hana. Setelah
membuat seorang perempuan terangsang, lalu membiarkan nya begitu saja. Tentu
saja Hana marah.