_Prolog - Kekasih Cantik Tuan Besar_
Hidup Elina Putri Deyseon dulunya sempurna di kelilingi kasih sayang ibunya, tinggal di rumah megah, dan menikmati kehidupan yang damai. Namun, segalanya berubah ketika sang ibu menikah dengan pria yang salah. Ayah tirinya, seorang pengusaha sukses, tidak hanya mengambil alih rumah dan perusahaan keluarga, tetapi juga menghancurkan kehidupan mereka.
Elina dan ibunya di jadikan tahanan di ruang bawah tanah rumah mereka sendiri.
Mereka di siksa dengan cara perlahan namun menyakitkan: tanpa makanan, tanpa cahaya, tanpa harapan. Hari demi hari tubuh ibunya melemah. Hingga pada akhirnya, di pelukan Elina yang kecil, wanita itu menghembuskan nafas terakhir.
Hari itu, dalam kelamnya ruang bawah tanah, Elina bersumpah: " _Aku akan mengambil kembali segalanya, aku akan membuat mereka merasakan penderitaan yang sama seperti yang mereka berikan padaku dan ibu._ "
Dengan sisa kekuatannya, Elina memohon kepada neneknya untuk membawanya keluar dari neraka itu. Hidup di luar negeri Elina tumbuh menjadi wanita kuat, cerdas, dan penuh ambisi. Namun, di balik senyumannya yang manis, hatinya beku terisi penuh oleh dendam yang tak pernah padam.
*Bab 1 Kembali ke tanah Air*
Kini, sepuluh tahun telah berlalu. Elina kembali ke tanah airnya dengan satu tujuan: Menghancurkan orang yang telah merenggut segalanya darinya. Tapi untuk itu, ia butuh alat yang kuat. Dan alat itu datang dalam wujud seorang pria. Alex windows, CEO dingin dan kejam yang memegang kekuatan besar di dunia bisnis.
Elina tau, untuk menang, ia harus bermain dengan api. Dan ia siap membakar semuanya.
Elina menatap dengan penuh perhatian ke luar jendela pesawat yang tengah melaju dengan tenang. Langit malam yang gelap memantulkan cahaya lampu kota yang berkilauan seperti bintang-bintang. Tanah air yang selama sepuluh tahun ia tinggalkan, kini kembali menyambutnya dengan bayang-bayang masa lalu yang masih menghantui. Setiap detik yang berlalu seolah mengingatkan akan penderitaan yang ia alami saat masih tinggal di sini, rumah yang dulu dipenuhi dengan kebahagiaan dan keluarga, kini hanya menyisakan rasa sakit.
Sepuluh tahun yang lalu, di saat usianya baru menginjak sepuluh tahun, hidup Elina hancur berantakan. Rumahnya, keluarganya, bahkan ibunya dirampas oleh ayah tiri yang kejam. Semuanya berubah hanya dalam sekejap mata. Elina masih ingat bagaimana wajah ibunya yang penuh harapan saat mereka dibawa ke penjara bawah tanah yang gelap, yang tak pernah memberi mereka makanan. Ibunya akhirnya meninggal karena kelaparan di tempat itu, sementara ayah tiri dan dua adik tirinya malah merayakan kemenangan mereka atas kekayaan yang mereka ambil dari keluarga Elina. Waktu itu, Elina berjanji, suatu saat ia akan membalaskan semua ini.
Satu-satunya orang yang bisa ia andalkan untuk bertahan hidup adalah neneknya, yang tinggal jauh di luar negeri. Neneknya membawa Elina pergi, menjauh dari segala kenangan pahit, namun di dalam hatinya, kebencian dan dendam tetap tumbuh subur. Neneknya memberi Elina kesempatan untuk meraih pendidikan dan hidup lebih baik, jauh dari bayang-bayang masa lalu yang kelam. Namun Elina tahu, ia tidak akan bisa melupakan apa yang telah terjadi. Dendam itu, seperti api yang membara, terus menyala, siap untuk dibalaskan.
Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang jauh dari keluarga dan segala kenangan buruk, Elina akhirnya kembali ke tanah air. Kini, ia bukan lagi gadis kecil yang rapuh. Usianya telah menginjak dua puluh tahun, dan ia datang dengan penuh tekad untuk merebut kembali apa yang dulu menjadi milik ibunya. Rumah, perusahaan, bahkan semua yang telah dirampas akan dikembalikan ke tempat yang semestinya. Elina sudah merencanakan semuanya, dan tak ada yang bisa menghentikannya.
Saat pesawat mendarat di bandara, Elina menghela napas panjang, seolah merasakan getaran yang luar biasa di dadanya. Ia tahu ini bukan perjalanan biasa. Ini adalah awal dari sebuah perang yang akan mengubah hidupnya dan kehidupan keluarganya selamanya. Ia menatap ke luar jendela, melihat kota yang dulu ia tinggalkan. Kini kota itu terlihat sangat berbeda, tetapi ia tahu persis siapa yang menguasai segalanya di balik gemerlapnya.
Begitu turun dari pesawat, Elina segera menuju rumah yang dulu menjadi tempat tinggal keluarganya. Rumah itu besar, megah, dengan taman yang indah. Namun, bagi Elina, semua itu tidak lagi berarti. Semua kenangan indah yang ia miliki bersama ibunya sudah terkubur jauh di dalam hati. Apa yang tersisa kini hanya kebencian dan tekad untuk menghancurkan mereka yang telah merusak hidupnya.
Di dalam rumah, ayah tirinya, yang kini sudah semakin tua, tampak sedang duduk di ruang tamu dengan wajah yang terlihat lelah. Dia tampak jauh lebih tua dan lemah dibandingkan ketika Elina terakhir kali melihatnya. Namun, di mata Elina, pria itu tetap tampak seperti musuh yang harus dihancurkan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pria itu dengan suara lemah. Elina bisa melihat bahwa ayah tirinya tidak mengenali wajahnya yang kini telah berubah. Wajah yang dulu rapuh kini dipenuhi dengan ketegasan.
Elina melangkah masuk ke ruang tamu dengan penuh percaya diri. Ia memandang ayah tirinya dengan tatapan yang tajam dan dingin. "Aku di sini untuk mengambil kembali apa yang dulu milikku," jawab Elina dengan suara yang penuh kebencian.
Ayah tirinya terkejut. "Apa maksudmu? Kau tidak punya hak atas apapun lagi di sini."
"Tentu saja aku punya hak!" jawab Elina dengan tegas. "Semua yang ada di sini adalah milik ibuku, dan aku akan mengambilnya kembali. Kau telah merampas semuanya dari kami, dan kini saatnya kau membayar."
Pria itu terdiam, mencoba menyusun kata-kata untuk menjawab, namun ia tak bisa menyembunyikan ketakutan di matanya. "Kau tidak bisa melakukan itu, Elina. Semuanya sudah terlambat."
"Tunggu saja," jawab Elina dengan senyum dingin yang mengerikan. "Ini baru permulaan."
Dia berbalik, meninggalkan ruangan itu dengan langkah mantap. Elina tahu ini hanyalah permulaan dari apa yang akan ia lakukan. Ia akan mengambil kembali segala yang telah dirampas darinya, dan tak ada yang bisa menghalangi jalan pembalasan dendamnya.
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan ayah tirinya, Elina mulai melancarkan serangannya dengan hati-hati. Ia mengetahui bahwa untuk merebut kembali apa yang dulunya miliknya, ia membutuhkan seseorang yang memiliki pengaruh besar dan kekuatan yang tak terbatas. Seseorang yang bisa membantunya melawan musuh yang jauh lebih kuat dan berpengaruh. Dan satu nama yang terlintas di benaknya adalah Alex Windows.
Alex Windows, CEO muda yang sangat terkenal, memiliki perusahaan yang sangat sukses di pasar internasional. Dikenal sebagai pria yang dingin, tegas, dan sangat kejam, Alex adalah sosok yang tepat untuk membantunya menghancurkan ayah tirinya. Elina tahu jika ia ingin sukses, ia harus bekerja sama dengan pria itu.
Dengan penuh perhitungan, Elina menghubungi pengacara Alex dan berhasil membuat janji untuk bertemu dengan CEO tersebut. Malam itu, ia tiba di gedung perkantoran Alex. Gedung tinggi dengan arsitektur modern dan mewah, mencerminkan kekuatan dan pengaruh yang dimiliki Alex di dunia bisnis.
Di dalam ruangan yang terletak di lantai atas, Elina akhirnya bertemu dengan Alex Windows. Sosok yang tinggi, dengan wajah tampan dan ekspresi yang dingin, duduk di belakang meja kerjanya yang besar dan elegan. Elina merasakan getaran aneh di dalam dirinya, namun ia tahu ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.
"Selamat datang, Nona Elina," kata Alex dengan suara datar, matanya tidak menunjukkan emosi apapun. "Ada yang bisa saya bantu?"
Elina menatap pria itu dengan tatapan yang tajam. "Saya butuh bantuan Anda, Tuan Windows. Saya ingin menghancurkan keluarga saya, dan saya tahu Anda bisa membantu saya."
Alex hanya diam, mengamati Elina dengan seksama. Ada sesuatu yang menarik perhatian di matanya, meskipun ia tetap terlihat tidak peduli. "Apa yang Anda tawarkan sebagai imbalan?" tanya Alex tanpa ragu.
Elina menyeringai tipis, menyadari bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. "Saya akan menjadi kekasih Anda, hanya untuk sementara waktu," jawabnya. "Bantu saya mencapai tujuan saya, dan saya akan melakukan apa yang Anda inginkan."
Alex terdiam sejenak, memandang Elina dengan tatapan penuh perhitungan. "Tawaran yang menarik," katanya akhirnya. "Baiklah, kita akan bekerja sama. Tapi ingat, ini bukan hubungan yang biasa. Ada aturan yang harus diikuti."
Elina mengangguk dengan tegas. "Saya mengerti."
Dengan itu, dimulailah sebuah permainan antara Elina dan Alex. Dendam yang sudah lama tertanam di hati Elina akan segera terlaksana, dan ia tahu bahwa untuk mencapainya, ia harus siap bermain dengan api.