Chereads / ketika takdir bertemu lagi / Chapter 1 - hari yang menyebalkan.

ketika takdir bertemu lagi

Aira_Ainurrahmah
  • 7
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 36
    Views
Synopsis

Chapter 1 - hari yang menyebalkan.

Hari ini adalah hari pertama masuk ke kampus tetapi pagi ini Aini belum bangun juga karena ngantuk karena habis nonton Drakor sampai tengah malam. Alarm sudah berbunyi menunjukan jam 07.00 pagi. Aini pun bangun dari tidur nya karena bunyi alarm yang mengganggu tidurnya diapun beranjak dari tempat tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi. Karna ia tidak mau terlambat menju kampusnya pagi ini karna hari pertama masuk kampus

Bugh...

Saking terburu-burunya menuju kelasnya dia tak sengaja menabrak salah satu pria yang sedang berbincang bersama 2 temannya yang ber paspasan dengannya di koridor. Buku dan hp cowok itu pun terjatuh di lantai karena di tabrak Aini tadi.

"Aduh maaf ya aku bener-bener gak sengaja menabrak kamu tadi maaf ya"ucap Aini yang membantu mengambil barang cowok yang di tabraknya.

Saat dia ingin membantu mengambil barang milik cowok tadi berjatuhan. Tangan nya di di tepis oleh cowok itu.

"Lo gak liat apa, sih?jalan tuh pakai mata!" gimana sih hp gw jadi pecah kan karena ulah Lo"

"Aku minta maaf ya sekali lagi aku tadi sedang buru-buru. gini aja deh aku bakalan ganti rugi karna hp lu rusak gara gara aku tadi gimana."

"Gak perlu makasih uang nya buat lu pergi ke dokter mata aja .Tuh kayak nya mata Lo buta deh sampai nabrak gw."

"Apaan sih kan aku udah minta maaf dan niat aku juga baik untuk ganti rugi. Aku sudah bilang maaf, kamu juga gak perlu nyakitin aku dengan kata-kata seperti itu" teriak Aini dengan cowok di tabraknya tadi.

"Gw gak butuh ganti rugi lo. Dan sorry kalau kata-kata gue nyakitin hati Lo"

" Ya udah sekali lagi maaf ya karna aku udah nabrak kamu tadi aku buru-buru karena aku sudah telat permisi."

Saat Aini pergi dari hadapan nya.Ibnu orang yang di tabrak Aini dia terdiam saat Aini pergi dari hadapannya ia seperti mengenali perempuan tersebut.

"Woi lu tuli apa gi mana sih" teriak Aris teman Ibnu yang dari tadi bicara sama Ibnu dan tidak di dengar oleh ibnu.

"Apasih gue masih dengar ya. Udah yuk ke kelas ntar telat lagi" ucap Ibnu

Sore harinya Aini duduk di taman dekat kampus. Banyak anak muda yang sedang berbincang menikmati angin dan pandangan yang menyejukkan mata karena banyak pohon hijau yang rindang. Aini duduk di rumput di tepi danau kampus dan menikmati angin sore yang menghembus mukanya di saat dia sedang duduk ia melihat ada dua anak kecil perempuan dan laki-laki yang sedang main bersama. Dia pun teringat dengan teman masa kecilnya yang dulu entah dimana dia tinggal karena karena sudah hilang kabar.

"Ibnu sekarang tinggal di mana ya padahal aku udah rindu banget sama dia kok sampai sekarang gak ada kabar ya. Dia tidak ingat aku lagi apa gi mana sih"batin Aini

Di saat yang bersamaan ternyata Ibnu juga sedang duduk sendirian di kursi taman. Dia juga melihat perempuan di depannya yang sedang duduk membelakanginya. Ibnu juga lihat anak kecil yang sedang main bersama di sebrang danau. Dia pun tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya yang selalu happy saat bermain di taman bersama dengan teman masakecilnya. Yang bernama Aini

"Aini sekarang gimana ya kabarnya udah lama gak ketemu pasti dia makin cantik sekarang. Ayah sih yang ajak pindah rumah kan gw jadi kehilangan teman masa kecil gw. Apa gue cari tau aja ya dia sekarang tinggal di mana tapi gimana caranya dia aja sudah pindah lama di rumah yang dulu dia tinggalli.batin Ibnu 

Ibnu melihat perempuan yang duduk di depannya yang sedang membelakangi nya "itukan perempuan yang menabrak aku di koridor tadi pagi " batin Ibnu dia pun melihat Aini yang sedang duduk melamun di depannya.

"Ekhem"dehem Ibnu untuk menyadari perempuan di depannya.

Aini pun menoleh ke belakang dan tatapan mereka pun bertemu sejenak dan kembali Aini menundukkan wajahnya dia pun mengingat kembali muka laki-laki yang di belakangnya.

"Duh itukan laki-laki yang aku tabrak tadi ngapain dia ada di belakang aku dia mau marahin aku lagi apa gimana ya tapi kan aku udah minta maaf tadi sama ganti rugi dia nya aja yang nolak."batin Aini

"Lo tadi yang nabrak gue kan" tanya Ibnu"

"Iya emang kenapa"

"Gak ada apa-apa sih ya gue kesal aja liat muka Lo.yang nabrak gue tadi eh malah ketemu lagi di sini."

"Ya udah sih kalau lu emang kesal sama aku. Kenapa enggak pergi aja kamu dari sini."

"Enak aja Lo aja yang pergi dari sini gue udah dari tadi ya duduk di sini."

"Ya udah aku juga mau pergi dari sini aura nya jadi panas perasaan tadi baik-baik aja deh. Bay"

Aini pun pergi dari taman kampusnya dan menunggu di halte dekat kampus dia pun memesan ojek dari aplikasi 20 menit yang dia sudah menunggu dari tadi karena kesal tidak ada yang mau mengambil penumpang karna sore ini jalanan macet karena ada perbaikan jalan

"Duh ini ojek kenapa pada batalin sih padahal aku udah tambah tips nya. Ih nyebelin deh"gumam Aini

Aini masih berdiri di halte sambil terus mencoba memesan ojek. Ia melirik jam tangannya, sudah hampir pukul setengah enam sore. Jalanan semakin padat, dan tidak ada satu pun ojek yang menerima pesanan.

"Duh, ini gimana sih... hari pertama kuliah udah seberat ini aja," gumamnya sambil menghela napas panjang.

Tiba-tiba sebuah suara memecah lamunannya.

"Lo nunggu ojek ya?"

Aini menoleh dan terkejut. Ibnu berdiri di dekatnya, memegang helm tambahan. "Kamu? Ngapain di sini?" tanyanya dengan nada kaget dan sedikit kesal.

Ibnu mengangkat bahu. "Kebetulan lewat. Lo kelihatan kayak orang yang hampir nangis di sini. Jadi... butuh tumpangan nggak?"

Aini mendengus. "Enggak usah deh. Aku nggak mau bikin hp kamu pecah lagi atau apalah."

Ibnu tertawa kecil, untuk pertama kalinya sejak pagi. "Santai aja. Gue nggak bakal nyalahin lo lagi. Lagian, anggap aja ini permintaan maaf gue karena tadi mungkin gue agak... nyebelin."

Aini ragu sejenak. Namun, ia menatap jalan yang semakin macet, dan menyadari kalau pesanan ojeknya tetap belum diterima. "Ya udah, tapi jangan ngomel-ngomel lagi ya."

"Deal," jawab Ibnu sambil menyerahkan helm tambahan. "Ayo, naik. Sebelum jalanan makin parah."

Dengan ragu-ragu, Aini naik ke motor Ibnu. Tanpa mereka sadari, perjalanan pulang itu pulang itu menjadi awal baru untuk kenangan lama mereka