Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Si Anak Pulau

taranowhere
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
65
Views
Synopsis
bagaimana jika sejarah berputar tidak seharusnya, hal yang akan terjadi melenceng jauh dengan sejarah yang kita kenali. inilah kisah Muhtar si anak pulau, satu orang yang mengubah takdir dunia

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Babi Melarat

-Pulau Lombok 6 Maret 1892

Tahun 1892 menjadi tahun tahun berdarah di pulau lombok, itu dimulai dari tahun 1891. Setahun yang lalu orang orang memulai pemberontakan yang dimulai dari kalangan petani di Praya bawah mulai melakukan pemberontakan pada kerajaan Mataram.

Banyakan yang menderita akibat pemberontakan itu dan penderitaan yang mungkin akan semakin menyedihkan ketika mereka tahu kenyataan dari pemberontakan itu. Ahmad Muhtar, adalah seorang anak berusia 12 tahun dan di tahun tahun ini anak yang berusia 12 tahun sudah dianggap dewasa dan bisa hidup mandiri.

Muhtar seorang yang istimewa karena memiliki kepintaran melebihi orang orang di lingkungannya dan dia tentu saja menyadari kepahitan dibalik pemberontakan ini.

"Pemberontakan? Peperangan antara kaum bawah dan bangsawan kerajaan, perlawanan ini sebenarnya tidaklah sia sia tapi dalam batas tertentu sampai si pemercik api kegaduhan antara dua sisi ini mulai memetik hasilnya" Di dalam kepalanya ada ribuan skema yang mungkin akan terjadi pada pemberontakan ini dan sampai pada kesimpulan, pilihan penting yang menjadi penentu kehidupan si Muhtar untuk seterusnya.

"Ini satu satunya cara...aku hanya bisa bergantung pada keberuntunganku sendiri untuk mendapat simpati dari orang orang itu" setelah menyusun rencana dengan matangnya, Muhtar mulai menuju ke pelabuhan Ampenan..disana banyak orang orang eropa berdatangan ke pulau lombok untuk mencari rempah rempah dan juga untuk menyebarkan agama mereka.

.

.

.

.

Muhtar adalah anak yatim piatu yang baru ditinggal meninggal oleh sang ayah 1 bulan lalu, dan walaupun ayah dan ibunya bukan dari keluarga kaya akan tetapi mereka meninggalkan 2 ekor kuda yang berhasil dia ternak selama sebulan penuh ini dan sekarang kuda nya yang betina sedang mengandung, jadi dia meninggalkan kudanya ke teman dari ayahnya yang sudah dia kenal dekat.

"Tuaq [1] aku butuh bantuanmu.. aku tidak bisa membawa kudaku yang sedang hamil, jadi aku memohon bantuanmu untuk menjaga jaran [2] selama kepergian tiang [3]" Muhtar dengan sangat tulus meminta bantuan dari sang paman.

"Santai saja Muhtar, tentu saja tuaq akan bantu Muhtar menjaga jaran Pelinggih [4], percayakan saja pada tuaq" balas sang paman dengan positif ke anak dari sahabat karibnya dulu yang sudah seperti saudara sendiri

"Kalau begitu tuaq, tiang pergi dulu" setelah mencium tangan pamannya[5], Muhtar memulai perjalanan ke pelabuhan Ampenan

.

.

.

.

Selama perjalanan si Muhtar selalu dihadang oleh pihak yang dikirim dari kerajaan Mataram untuk mengawasi situasi di praya, karena pemberontakan yang sedang terjadi membuat perjalanan menjadi tidak mulus dan harus melalui pemeriksaan ketat dari para pengawas.

"Yah walaupun aku tidak perlu khawatir diganggu dari pihak kerjaan Mataram, tapi aku tidak boleh melonggar penjagaanku dari bandit-bandit itu" dikarenakan situasi yang lagi kacau membuat para bandit memanfaatkan situasinya.

*Swish*

Tiba tiba ada anak panah meluncur dan menancap langsung ke batang pohon di depan Muhtar yang membuat dia merasakan bulu kudupnya mulai berdiri, keringatnya mulai mengalir deras dari badannya.

"Sialan!!!" dia yang baru saja memasuki area perbukitan mulai mendapatkan serangan dari bandit

"Serangan itu dari arah barat" setelah menilai arah serangan, Muhtar mulai melempar bom rakitan yang kebetulan dia buat setelah menemukan bubuk mesiu dari para penjelajah bangsa eropa

*Step* *step* suara langkah besar dari kudanya yang melaju kencang sampai akhirnya dia sudah meninggalkan area perbukitan

"Tadi hampir saja" dengan penuh lega dia mengelus elus kudanya

"Terimakasih atas kerja kerasnya, sobat" setelah dirasa aman, dia memutuskan untuk berhenti dan turun dari kudanya untuk beristirahat sembari memberi makan kudanya.

Saat ini dia masih berada di lombok tengah dan untuk ke Ampenan membutuhkan waktu yang cukup lama dengan menggunakan kuda, dia melihat ke arah kudanya yang saat ini mulai memakan rumput rumputan disekitarnya dan meminum air yang ada di sungai.

"Sebaiknya aku mengumpulkan jamur dan tanaman herbal lainnya" Karena dia mengetahui apa yang dicari oleh orang asing itu, Muhtar terus menerus mencari tanaman yang menurutnya akan membantu mereka.

Setelah waktu lama mengumpulkan semua herbal itu, dia memutuskan untuk berkemas lagi dan melanjutkan perjalanannya.

"Tidak baik berlama disini, sebaiknya aku segera meninggalkan tempat ini"

.

.

.

.

.

.

-Kota Ampenan

Bagi mereka para pendatang seperti Belanda dan bangsa Eropa lainnya, Ampenan itu bagai tempat singgah mereka, jadi mereka yang datang akan langsung membangun rumah dan mulai melakukan transaksi dengan penduduk lokal dan akibatnya Ampenan sekarang diduduki bangsa asing sisanya penduduk lokal akan bekerja dibawah mereka.

Hal ini tidak luput dari sejauh mata Muhtar memandang, dari awal dia memasuki perbatasan Ampenan sampe akhirnya memasuki area pesisir pantai banyak penduduk lokal melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat box kayu untuk orang orang Belanda itu.

"Terkadang aku merasa kasihan untuk orang orang Ampenan akan ketidak sasaran mereka, tapi aku tidak bisa membantu mereka yang ditambah aku tidak memiliki pengaruh disini..." Untuk pemandangan yang ada di depan matanya Muhtar hanya bisa menggeleng geleng kan kepalanya.

Setelah lama mengamati, Muhtar akhirnya melihat seorang yang dia cari. Dari yang Muhtar dengar, ada seorang yang bersedia mengajar orang orang penduduk lokal ilmu pengetahuan yang dia punya dan tentu saja hal itu membuat Muhtar bersemangat untuk belajar dibawah bimbingannya, dia ingin semua ilmu pengetahuan yang tidak dia ketahui.

"Selamat sore tuan" dengan bahasa seadanya dia menyapa pengajar itu

"Ah sore, nak" sedikit terkejut, tapi dia menyapa balik anak yang ada di depan matanya

"Maaf mengganggu anda, tuan cruif"

"Haha tidak, santai saja nak. Aku hanya sedikit terkejut melihat ada anak sebesar kamu bisa berbahasa Belanda" dengan antusias tuan cruif mengajak bicara anak di depannya yang bisa berbicara bahasa dari kampung halamannya

"Baiklah apa ada yang bisa kubantu, nak?" Tuan cruif

"Yah sebenarnya aku disini ingin belajar dibawah bimbinganmu, jika memungkinkan" Dengan pelan Muhtar berusaha berbicara sesopan mungkin

"Tentu saja sebagai gantinya aku akan memberikan hal hal yang ku punya" sekali lagi Muhtar dengan pelan menyerahkan semua bahan herbal yang dia bawa

"Ini..." Dengan sedikit ragu tuan cruif mengambil tas kulit yang berisi semua jenis herbal

"Ya anda benar, tuan cruif. Semua tanaman herbal itu dari pulau kami, disini banyak tanaman yang berkhasiat yang jarang diketahui semua orang dan bahkan penduduk lokal pulau ini tidak mengetahunya"

"Aku sendiri sudah menjamin khasiatnya, tanaman ini dari menyembuhkan amandel, flu, batuk, demam dan bahkan penyakit kulit" dengan sangat antusias dia memperkenalkan semua tanaman herbal yang dia bawa.

"Aku sungguh tidak percaya ini, tapi kau sangat membantuku, nak" dengan sedikit syok yang masih terlihat diwajahnya, tuan cruif sudah membuat keputusan bulat.

"Baiklah um..."

"Kau bisa memanggilku Muhtar, tuan cruif" tambah Muhtar

"Oh itu nama yang bagus, nak muhtara"kata tuan cruif sedikit memuji lalu dia sedikit berdehem *ahem* "baiklah nak, tapi apa kau yakin bisa meninggalkan kampung halamanmu? Kau mungkin tidak tahu, tapi dalam bulan ke depan aku akan melanjutkan eksplorasi ke Antartika" Jelas tuan cruif

"Antartika?" Bingung Muhtar

-BERSAMBUNG

[1]Tuaq: sebutan untuk paman

[2]jaran=kuda

[3] tiang=aku/saya

[4]Pelinggih=kamu/anda

[5] mencium tangan: tradisi dari Indonesia bersalaman/pamit ke orang yang lebih dewasa