Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Reinkarnasi kegelapan

Arasi_Rei
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
0
Views

Table of contents

Latest Update1
Prolog6 hours ago
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Langit terasa abu-abu.

Aku benar-benar lelah dengan bermain peran pada saat ini.

Kurasa hanya sampai disinii saja aku bermain sebagai kapten didunia manusia biasa.

Suara letusan senjata saling menghujani.

Para pasukanku dan pasukan musuh saling tembak-menembak untuk ibu pertiwi.

Berkorban nyawa bukanlah sesuatu yang asing disini.

Lumpur bukanlah sebuah halangan.

Ataupun panasnya timah serpihan mortir, itu hanyalah bagaikan sebuah lemparan batu kecil.

Bau bubuk mesiu yang terbakar adalah hal yang normal.

Ini mungkin adalah front terakhir kami.

Mungkin, ini juga akan menjadi pertempuran terakhir kami.

Tempat ini adalah garis depan terakhir sebelum menuju ke ibu kota.

"Para pasukan!, tetap pertahankan garis depan!, untuk ibu pertiwi serang!"

"Serang!"

"Serang!"

Dor.

Dor.

Kami hanya bisa bertempur dengan rasa lelah kami dari rentetan tembakan yang menghujani kami.

Banyak orang yang tertembak.

Meledak karena mortir.

Ataupun terlindas oleh kendaraan tempur musuh.

"Tidak kakiku!"

"Tetap serang untuk ibu pertiwi!"

Aku hanya bisa mengobarkan semangat mereka.

Selagi juga ikut menerjang dengan seragam pangkat kapten yang ku kenakan.

Itu adalah tanggung jawab yang berat.

Seorang rakanku mencoba untuk melemparkan ke tank musuh.

Namun naas.

Bom molotov yang dia pegang malah meledak karena tembakan musuh dan malah membakar nya hidup-hidup.

"Untuk ibu pertiwi!"

Dor.

"Aghh!, tidak tolong aku tidak!"

Dia berguling-guling ditanah dan meminta tolong tanpa ada yang mempedulikannya.

Aku tidak bisa berbuat banyak karena banyak peluru yang menghujani posisiku pada saat ini.

"Aghhh"

Aku terus mendengar rekan-rekan regu yang ku pimpin meledak satu persatu karena mortir.

"Kapten awas mortir!"

Aku tidak dapat bereaksi pada saat itu.

Suara ledakan terdengar jelas di telingaku.

Aku terlempar karena ledakkan itu.

Banyak pasukan ku yang telah gugur untuk mempertahankan garis pertahanan terakhir menuju ibu kota.

Aku dapat membayangkan jeritan, tangisan, dan keputusasaan terdengar melalui telingaku.

Mental para prajurit telah turun drastis.

Kekalahan telah berada didepan mata.

Aku hanya bisa menatapi sambil berbaring disini.

Tubuhku sudah tidak dapat ku gerakkan lagi.

Pandanganku buram dan telingaku berdenging dengan keras.

Mulutku terasa asin dengan rasa darah.

"Mungkin ini adalah akhir bagiku hahahah".

Aku hanya bisa tertawa kecil dengan keadaanku.

Suara roda rantai tank terdengar samar-samar.

"Aghhh!"

Ada rekanku yang lain mencoba meledakkan diri.

"Untuk ibu Pertiwi!"

Door.

Tetapi itu adalah tindakan yang percuma.

Tolong maafkan aku.

Sepertinya, ini akan berakhir sebentar lagi.

Kurasa mati sebagai pahlawan tidak terlalu buruk.

"Hehehe"

Aku menatap kelangit yang berwarna abu-abu.

Pandanganku buram dan tidak begitu terlihat jelas.

Tetapi.

Aku tahu bahwa salju sedang turun.

Suara pertempuran berubah menjadi kesunyian.

Seseorang tiba-tiba berdiri didepanku sambil memegang senjata dengan posisi membidik.

Dia terlihat sangat waspada dari mataku yang buram.

"Hugh-hugh!"

Nafasnya terlihat terengah-engah karena lelah akan pertempuran ini.

"Cepat tembak aku!"

"Agghh!"

Dia terlihat menggigit giginya dengan ekspresi marah.

"Cepat tembak aku jangan ragu!"

Salju semakin lebat pada saat itu.

Dia memiliki ekspresi yang campur aduk.

Entah karena sedih.

Entah karena lelah.

"Cepat lakukan dasar keparat!"

Dor!.

Pandanganku menjadi gelap.

Dadaku terasa panas.

Aku tidak dapat lagi mendengar.

Itu hanya dengungan.

Kesadaranku mulai menghilang.

Akan tetapi.

Aku dapat melihat ekspresi wajah prajurit itu yang terengah-engah.

"Mungkin hanya sampai disini kah"

Aku hanya bisa mati dengan senyuman tipis.

Untuk selanjutnya apakah aku akan mati atau mengulangi siklus itu lagi.

Jika mungkin.

Aku ingin menjadi kekuatan dalam bayang-bayang.

Itu mungkin akan menarik.

Kita lihat saja.

Aku membuka mataku.

Sepertinya, ini berulang kembali.

Tubuh ini?.

Apa aku menjadi bayi.

Tunggu!.

Ini dimana?.

Aku mencoba untuk melihat-lihat sekitar.

Bangunan yang ada disini memiliki style abad pertengahan.

"Hoo itu sangat lucu sekali kucu-kucu"

Seorang maid kah?.

Dan juga dadanya sangat besar dan empuk.

"Oek oek oek"

"Nyonya selamat atas lahirannya"

"Lafina, tolong taruh dia disampingku"

"Baik nyonya ini"

"Oek oek oek"

Wanita itu memeluk tubuh bayiku.

Dia terlihat dalam keadaan tubuh yang lemas.

Tetapi.

Aku merasakan kehangatan terpancar dari dalam dirinya.

Apa mungkin dia ibuku didunia ini?.

Tangisanku perlahan berhenti.

Sebenarnya aku menangis agar terlihat seperti bayi normal.

Dan agar tidak mencolok aku mencoba menutup mata agar terlihat seperti sedang tidur.

Jadi, aku ingin menjadi seperti apa nanti didunia ini?.

Tunggu kenapa aku merasa hawa kehidupannya semakin melemah.

Maid itu menyadari ada sesuatu yang aneh.

"Nyonya apa anda baik-baik saja nyonya?, Yum cepat panggil tuan besar!"

"Baik aku akan segera memanggil tuan!"

Dia memelukku dengan lembut.

Tatapan matanya terasa jauh.

Dia seperti ingin menemaniku.

Tetapi dia tahu, itu tidak bisa dia lakukan.

Hawa kehidupannya semakin berkurang.

"Aku ingin memberikan nama kepadamu untuk sebagai hadiah pertama dan terakhirku sebagai seorang ibu"

"Nyonya tolong bertahanlah tuan akan segera datang"

Maid itu terlihat sangat panik dan meneteskan air mata.

"Lafina tolong dengarkan baik-baik"

Suaranya sangat lemah sekali.

"Namanya adalah Victor, Victor Khinzal tolong temani dia ketika aku tidak bisa menemaninya dan tolong sayangi dia seperti anakmu"

"Nyonya tapi aku"

Maid itu terdiam sebentar karena tahu apa yang akan terjadi.

"Baik, Lafina akan mengingat pesan nyonya hiks"

Maid itu berkata begitu sambil menangis.

"Kau tidak pernah berubah Lafina, tolong jaga Victor untuk di... ri..."

"Nyonya?"

Hawa kehidupan ibuku telah menghilang sepenuhnya.

Maid itu menyentuh tubuh ibuku dengan panik.

Ekspresinya tiba-tiba berubah.

Dia terdiam seribu bahasa dan tangisannya semakin kelam.

Pintu terbuka pada saat itu dan ada beberapa orang memasuki kamar.

"Sisilia apa dia baik-baik saja!"

Maid itu berbalik kearah belakang.

"Hiks hiks tuan"

"Nyonya Sisilia telah"

"Apa yang kau maksud Lafina!"

"Ibu apa kau tidak apa-apa ibu?, ayo bangun"

Ada seorang anak kecil pada saat itu yang menangis.

Apa mungkin dia adalah kakakku?.

Mungkin pada saat ini aku harus.

"Oek oek oek"

"Lafina apakah anakku baik-baik saja!?"

Orang itu berjalan mendekat kearah ku.

Dia mengangkat dan memelukku dengan hati-hati.

Dia terlihat meneteskan air mata.

"Tuan nyonya berpesan tadi?"

"Apa pesannya?"

Dengan raut wajah suram.

"Namanya adalah Victor, Victor Khinzal"

"Victor?, jadi namanya adalah Victor"

"Ayah kenapa ibu tidak bangun?"

"Tuan muda Askin, ibu tuan hanya pergi ketempat yang jauh, jadi janganlah menangis karena kau adalah lelaki"

Maid itu memeluknya dengan erat, seperti ia telah kehilangan seseorang yang paling penting bagi hidupnya.

Dia meneteskan air mata.

"Yum?, kenapa kau menangis tapi ibu?, dia pergi kemana?"

Suasana duka memenuhi ruangan dengan penuh tangisan.

Beberapa saat kemudian ada banyak orang yang datang keruangan.

Mereka turut menangis karena kematian nyonya mereka.

Apa mungkin ibu adalah orang yang penting bagi mereka?.

"Lafina tolong jaga Victor, aku ingin sendirian"

"Baik tuan"

Dia memberikanku kepada Lafina.

"Cup-cup tidak ada apa-apa, jangan menangis"

Dia mencoba menenangkan ku dengan raut wajah sedih yang tidak dapat dia sembunyikan.

"Yazed tolong urusi persiapan pemakan istriku, aku ingin sendirian untuk saat ini"

"Baik tuan akan saya segara persiapkan"

Sambil membungkuk dengan satu tangan didada sebagai bentuk hormat.

Aku dipindahkan ke kamar yang lain pada saat itu.

Entah mengapa tiba-tiba aku mengantuk.

Hari itu, seluruh penghuni yang ada di rumah ini.

Meneteskan air mata dalam kesedihan yang mendalam.

Sebenarnya aku tidak tahu pasti hubungan batin apa yang dimiliki setiap penghuni disini.

Aku juga bingung.

Karena biasanya saat aku bereinkarnasi tidak pernah mendapatkan situasi yang seperti ini.

Terlebih lagi aku mati dalam kondisi yang lebih parah pada saat itu.

Kurasa mungkin ini akan menjadi awal dari kehidupan beratku untuk kesekian kalinya.

Kuharap aku dapat cepat tumbuh dewasa dan tidak menjadi beban untuk keluarga ini.

Dan pada saat itulah kisah kehidupanku sebagai Victor Khinzal didunia baru ini dimulai.