Hades~
Titik merah di GPS terus berkedip. Setiap otot di tubuhku terkunci seperti pegas yang siap terlepas. Jari-jariku bergerak mengetuk paha, darah mendidih semakin panas dengan berlalunya setiap detik.
"Kita hampir sampai," Kael memberitahuku.
Tapi aku sudah tahu bahwa kita tepat berada lima belas menit dari lokasinya. Memasang chip pelacak di kulit kepalanya terbukti berguna, seperti yang kuduga.
Saat kami mendekati rumah besar, kemegahannya menjulang di depan, melempar bayangan panjang melawan cahaya yang meredup. Fasadnya megah, perpaduan elegan dan intimidasi, dengan taman yang terawat membentang di kedua sisi pintu masuk. Tapi yang menarik perhatianku adalah para pria berjas yang mengawasi kedatangan kami seperti elang.
Aku bisa merasakan antisipasi Kael di sampingku, sebuah persetujuan diam bahwa waktu untuk halus sudah lewat. Saat kami tiba di pintu masuk, para pria itu segera tegak, matanya menyipit saat mereka mengenali siapa yang telah tiba.
