Chereads / Di Balik Purnama Yang Sunyi / Chapter 17 - Bab 17 : Jerat Tak Terlihat

Chapter 17 - Bab 17 : Jerat Tak Terlihat

Waktu berlalu sejak kejadian di gudang. Meskipun Adrian berhasil lolos, namun jaringan kejahatannya mulai retak akibat dokumen yang Arya dan Sellena sebar ke seluruh media. Berita tentang skandal Adrian sudah menguasai headline nasional, membuat namanya menjadi simbol korupsi dan kejahatan paling kejam.

Namun, semua ini hanya permulaan.

-------

Rencana di Balik Bayangan

Di sebuah vila terpencil di tepi pantai, Adrian duduk di ruang tamu mewah, memegang segelas anggur merah. Di depannya, sebuah layar menampilkan wajah seorang pria asing yang bersuara tenang namun berwibawa.

"Kehilangan dokumen itu adalah kecerobohan, Adrian," suara di layar bergema. "Tapi aku percaya kau bisa memutarbalikkan keadaan."

Adrian mendengus. "Kau meragukan kemampuanku?"

Pria itu tersenyum samar. "Bukan kemampuanmu yang kuragukan, tapi kesetiaan timmu. Bocornya dokumen itu pasti ada kaitannya dengan pengkhianatan internal. Cari mereka, dan selesaikan."

Adrian menatap layar dengan mata dingin. "Aku akan melakukannya. Tapi kau harus tahu, Arya dan Sellena adalah ancaman utama kita. Selama mereka masih bernapas, rencanaku tidak akan bisa berjalan."

"Lakukan apa yang perlu kau lakukan," ujar pria itu sebelum layar menjadi gelap.

Adrian mengepalkan tangan, kemarahannya tak tertahankan. Dia menoleh ke anak buahnya. "Temukan mereka dengan ceoat. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Jika mereka tidak bisa dihancurkan dengan ancaman, kita gunakan metode lain."

-------

Kedamaian yang Palsu

Arya dan Sellena kini tinggal sementara di rumah sederhana milik seorang kenalan. Mereka mencoba untuk tetap waspada, namun ritme hidup mereka berubah menjadi hari-hari yang penuh dengan ketegangan.

Di pagi yang tenang, Sellena duduk di balkon, menikmati secangkir teh hangat. Pikiran tentang Adrian selalu membayangi, tapi kali ini ia mencoba sejenak untuk melupakan.

"Arya, apa kau pernah memikirkan hidup setelah semua ini?" tanyanya ketika Arya muncul dari dalam rumah.

Arya mengangkat alis. "Hidup setelah ini?"

"Ya," jawab Sellena sambil menatap cakrawala. "Setelah Adrian ditangkap, setelah semua ini selesai. Apa yang kau ingin lakukan?"

Arya tersenyum kecil. "Mungkin aku akan kembali untuk menjadi wartawan. Dunia membutuhkan lebih banyak orang yang menyuarakan tentang kebenaran. Dan kau?"

Sellena terdiam sejenak. "Aku belum tahu. Mungkin aku hanya ingin hidup damai saja, jauh dari semua hal aneh dan berbahaya."

Namun, momen itu terputus ketika mereka mendengar suara ketukan keras di pintu. Arya langsung mengambil pistolnya yang tersimpan di atas meja. Sellena berdiri di belakangnya, napasnya tertahan.

Arya membuka pintu dengan perlahan, hanya untuk menemukan seorang anak kecil berdiri di sana, memegang sebuah amplop.

"Ini untuk kalian berdua," katanya sebelum berlari pergi.

Arya memeriksa amplop itu dengan sangat hati-hati. Tidak ada nama pengirim. Ia membuka isinya, menemukan sebuah foto yang membuat darahnya membeku seketika.

Foto itu menunjukkan ibu Sellena di rumahnya, dengan dua pria bersenjata berdiri di belakangnya.

"Oh Tuhan," bisik Sellena ketika ia melihat foto itu. Tangannya gemetar. "Mereka mengejar keluargaku."

Arya memeluk dan menenangkan Sellena, sambil mengusap wajahnya dan mencium kening Sellena, agar Sellena merasa aman, dan tidak takut.

-------

Pilihan yang Berat

Pesan di amplop hanya berisi satu kalimat: "Serahkan semua dokumen itu, atau keluargamu akan jadi taruhannya."

Sellena terisak pelan, mencoba memproses situasi itu. Arya menatapnya dengan mata penuh kecemasan. "Kita tidak bisa membiarkan mereka menang, Sellena. Kita harus menghadapi ini dengan strategi."

"Tapi itu ibuku, Arya!" seru Sellena. "Jika sesuatu terjadi padanya, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri."

Arya meletakkan tangannya di bahu Sellena. "Kita akan menyelamatkan ibumu. Tapi menyerahkan dokumen itu bukan pilihan. Itu satu-satunya senjata kita."

Sellena menghapus air matanya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia tahu Arya benar, tapi berat rasanya mempercayakan nyawa ibunya pada sesuatu yang tidak pasti.

---

Jerat yang Semakin Dekat

Malam itu, mereka mulai menyusun rencana. Dengan bantuan Dika, mereka melacak lokasi para penculik itu. Arya yakin bahwa Adrian tidak akan membiarkan mereka menghindar begitu saja, sehingga mereka harus bergerak dengan cepat.

"Kita hanya punya satu kesempatan lagi," ujar Arya. "Jika kali ini kita gagal, semuanya akan hancur."

Sellena mengangguk, tekadnya sudah bulat. Ia menggenggam liontin kecil milik ibunya, sebagai pengingat atas apa yang sedang ia perjuangkan saat ini. "Aku tidak akan membiarkan Adrian menang."

Di bawah langit yang penuh bintang, mereka meninggalkan persembunyian, siap untuk menghadapi babak baru dalam perjuangan mereka. Meski dengan rasa takut, hati mereka dipenuhi tekad untuk mengakhiri teror ini sekali dan untuk selamanya.