Chereads / Di Balik Purnama Yang Sunyi / Chapter 16 - Bab 16 : Bayangan Di Bawah Purnama

Chapter 16 - Bab 16 : Bayangan Di Bawah Purnama

Kesunyian malam memeluk kafe kecil itu, tapi di dalamnya, ketegangan merayap seperti api di udara. Sellena, Arya, dan Dika tahu bahwa mereka hanya punya sedikit waktu lagi sebelum Adrian menemukan mereka.

"Apa lagi langkah kita selanjutnya?" tanya Sellena, suaranya bergetar. Meski ia ingin terdengar tenang, tapi ketakutannya mulai merambat ke permukaan.

Arya menatap Dika yang masih mengetik dengan cepat di laptopnya. "Apa kau punya akses untuk mengirim langsung ke media besar?"

Dika mengangguk pelan tanpa mengalihkan perhatian dari layar. "Beberapa jaringan sudah menerima datanya. Sisanya sedang diunggah. Tapi itu bukan masalah terbesar bagi kita."

Arya mendekat, alisnya mengerut. "Apa maksudmu?"

"Jejak digital kita," gumam Dika. "Aku mencoba untuk menyembunyikan beberapa lokasi kita, tapi Adrian pasti punya ahli yang lebih baik. Kita hanya punya beberapa jam, atau bahkan menit, sebelum mereka tahu persis kita ada di mana sekarang."

Arya mendengus marah. "Bagus sekali. Kita mengunggah semua ini untuk menghancurkan seorang Adrian, tapi malah membuka jalan bagi mereka untuk menghancurkan kita."

Sellena tiba-tiba berdiri. Ia menatap Arya dengan mata penuh tekad. "Kalau begitu, aku akan menyerahkan diriku saja. Aku ini target utama mereka. Kalau mereka mengejarku, kalian akan punya waktu untuk menyelesaikan semuanya."

"Tidak!" Arya berseru dengan keras. Ia mendekati Sellena dan menggenggam bahunya dengan erat. "Jangan pernah kau berpikir kau harus berkorban sendirian. Kita sudah sejauh ini, dan aku tidak akan membiarkan Adrian menang begitu saja."

Dika tiba-tiba berhenti untuk mengetik. "Semuanya sudah selesai," katanya pelan. "Semua dokumen itu kini tersebar ke lebih dari dua puluh jaringan media. Jika Adrian mencoba menyembunyikan ini, dia mungkin butuh keajaiban."

Senyap. Untuk sesaat, mereka bertiga hanya berdiri, mematung saling menatap. Pekerjaan mereka akhirnya selesai juga. Tapi perasaan lega itu tidak berlangsung lama.

Dari luar, suara deru mobil mulai terdengar, semakin lama semakin mendekat.

"Mereka datang," bisik Arya. Ia meraih tas kecil di pinggangnya, dan mengeluarkan pistol yang sudah usang.

Sellena menahan napas. "Arya… kita tidak bisa melawan mereka. Jumlah mereka pasti lebih banyak dari kita."

Arya tidak menjawab. Ia memandang Dika, yang masih terlihat panik. "Hapus semua data di laptopmu dan pergi sekarang juga. Jangan pernah kembali ke sini lagi."

"Aku… aku tidak bisa meninggalkan kalian begitu saja," kata Dika dengan suara kecil.

"Kau sudah melakukan cukup banyak hal yang luar biasa," ujar Arya tegas. "Sekarang pergi, cepat!"

Dika menatap Arya sejenak, lalu mengangguk dengan sangat berat hati. Ia mengemasi barang-barangnya dengan cepat dan menghilang melalui pintu belakang, meninggalkan Sellena dan Arya di tengah kegelapan malam itu.

-------

Adrian Mendekat

SUV hitam berhenti tepat di depan kafe itu. Sellena mengintip melalui celah jendela, melihat sekelompok pria bersenjata keluar dengan gerakan yang sangat terkoordinasi.

"Apa kau punya rencana?" bisik Sellena, suaranya penuh dengan ketegangan.

Arya mengangguk. "Kita tidak melawan mereka. Kita akan kabur."

Sebelum Sellena sempat bertanya, Arya menarik tangannya, memandu mereka menuju pintu samping. Namun baru beberapa langkah, pintu itu tiba-tiba terbuka dengan serentak, menampilkan dua pria dengan senjata terarah ke arah mereka.

"Jangan bergerak," salah satu dari mereka berkata dingin.

Arya mendengus pelan, seolah sudah memperkirakan hal bahaya ini. "Adrian benar-benar tidak membuang waktu lama, ya."

Sellena merasakan dunia di sekitarnya melambat saat pria itu mendekat, merampas dokumen yang tadi mereka pegang dengan susah payah.

"Kalian membuat kesalahan besar," ujar pria itu sambil menyeringai. "Bos ingin kalian bicara sendiri dengannya."

---

Di Hadapan Bahaya

Malam itu, Sellena dan Arya dibawa ke sebuah gudang kosong di pinggir kota. Sellena berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi bayangan Adrian selalu mengintimidasi pikirannya.

Pintu gudang terbuka, dan Adrian masuk dengan langkah percaya diri. Ia mengenakan setelan hitam sempurna, dengan senyum dingin yang membuat suasana semakin mencekam malam itu.

"Kalian benar-benar berani ya," katanya sambil menatap Sellena dan Arya bergantian. "Aku harus mengakui, kalian cukup pintar untuk hampir menjatuhkanku."

Arya tertawa kecil. "Bukan hampir, Adrian. Kau sudah sangat jatuh. Hanya soal waktu sebelum polisi dan media internasional menghancurkan semuanya."

Adrian berhenti, tatapannya berubah tajam. "Kalau begitu, kalian mungkin tidak tahu siapa yang kalian lawan."

Ia memberi isyarat kepada anak buahnya, yang mulai mengelilingi Arya dan Sellena dengan senjata terangkat.

Namun di saat Adrian berpikir dirinya telah menang, suara sirine polisi terdengar dari kejauhan. Wajahnya langsung berubah.

Arya tersenyum kecil. "Kami tidak bodoh, Adrian. Dokumen itu sudah cukup membawamu ke pengadilan. Dan polisi ada di sini, siap menangkapmu."

Dalam kekacauan yang terjadi, Sellena menyadari bahwa ini adalah pertarungan terakhir mereka melawan Adrian. Semua akan diputuskan dalam momen ini, di bawah cahaya purnama yang terus mengintai mereka.