Chereads / Di Balik Purnama Yang Sunyi / Chapter 15 - Bab 15 : Jejak Yang Membara

Chapter 15 - Bab 15 : Jejak Yang Membara

Hembusan angin malam itu sangat menusuk tulang, ketika Sellena dan Dika terus berjalan melewati sebuah jalan setapak yang sangat gelap. Suara serangga malam menggema di sekitar mereka, tetapi yang paling membuat Sellena takut adalah keheningan di belakang mereka. Apakah Arya berhasil mengelabui pengejaran Adrian?

"Berhenti sebentar," ucap Dika, nafasnya tersengal. Ia merunduk sambil menyandarkan diri pada dinding gudang tua di ujung lorong itu.

"Tidak! Kita tidak punya waktu lagi," balas Sellena dengan suara berbisik namun penuh ketegasan. "Jika mereka menemukan kita di sini, kita selesai!"

"Dengar, Sellena," Dika mencoba mengatur nafas, "Arya tidak akan mau kita bertindak gegabah. Kalau kita ketahuan karena panik, semua usaha ini akan sia-sia begitu saja."

Sellena terdiam sesaat, meski di dalam dirinya sangat bergejolak. Ia menggenggam ransel berisi dokumen yang kini terasa berat, ditubuh mungilnya, seolah ia memikul semua rahasia dunia.

"Ke mana kita sekarang?" tanya Dika, matanya menatap gelisah ke arah ujung lorong yang remang-remang.

Sellena berpikir cepat. "Kita butuh tempat untuk menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik," katanya akhirnya. "Kamu bisa akses jaringan di tempat lain? Lebih aman?"

Dika mengangguk ragu dan pelan. "Ada kafe kecil di distrik timur. Internetnya tidak terlacak, tapi kita juga harus hati-hati. Tempat itu mungkin saja sudah banyak dipantau mereka."

Tanpa bicara lebih lanjut, mereka bergerak menuju tempat tujuan berikutnya, berjalan di tengah bayangan gedung-gedung tua.

-------

Sementara Itu, Arya

Di sisi lain kota, Arya memacu mobilnya dengan cepat di jalanan yang sepi. Ia sesekali melirik ke spion, memastikan bahwa dua SUV hitam masih membuntutinya atau tidak.

"Kalau begini terus, aku akan kehabisan waktu…" gumamnya dengan nada sangat tegang.

Mobilnya berbelok tajam ke arah jalan kecil, berharap bisa menghilangkan jejak. Ia mematikan lampu mobilnya dan memperlambat laju kendaraan, sementara matanya masih terus mencari tempat persembunyian yang aman.

Namun, suara mesin dari belakang semakin dekat. Tak ada waktu untuk ragu. Ia keluar dari mobil dan menyelinap ke sisi gedung tua di dekatnya, berharap ada bayangan malam cukup untuk menyembunyikannya.

Ketika suara langkah kaki mendekat, Arya menggenggam ponselnya dengan erat-erat. Ia mengetik pesan cepat kepada Dika:

"Selesaikan pengunggahan sekarang. Jangan pedulikan aku disini, aku baik-baik saja."

Arya menarik napas panjang, lalu perlahan-lahan meraih pisau lipat kecil yang disembunyikan di sabuknya. Ia tahu jika ia tertangkap, ini mungkin akan menjadi akhir baginya. Tapi selama dokumen itu tersebar, semua pengorbanannya akan berarti dan aman.

-------

Sellena dan Dika di Kafe

Di kafe yang hanya diterangi lampu yang temaram, Dika sibuk mengatur ulang beberapa koneksi jaringan untuk terus melanjutkan proses pengunggahan dokumen. Suasana di tempat itu sangat sunyi, hanya suara keyboard yang dipencet dengan cepat mengisi ruangan itu.

Sellena berdiri di dekat jendela, memandangi jalanan luar yang sangat sepi namun terasa penuh dengan bahaya.

"Apakah semuanya akan selesai malam ini?" tanya Sellena, suaranya nyaris seperti bisikan.

"Jika mereka tidak menemukan kita, dokumen ini akan mencapai lebih dari sepuluh jaringan internasional dalam lima menit. Itu cukup untuk menghancurkan Adrian," jawab Dika sambil terus mengetik.

Namun, suara pintu yang berderit membuat keduanya tersentak. Jantung Sellena berdetak cepat saat langkah berat terdengar mendekat dari pintu depan kafe.

"Dika… cepat!" desak Sellena.

"Tinggal sedikit lagi!" bisik Dika dengan wajah penuh konsentrasi, dan badan gemetar.

Langkah itu semakin mulai mendekat, membuat waktu seolah melambat. Hingga akhirnya, pintu terbuka dengan kasar.

"Sial!" Dika langsung mematikan layar laptopnya.

Namun, bukan Adrian atau anak buahnya yang masuk. Arya berdiri di ambang pintu, napasnya terengah dan wajahnya penuh peluh, tubuhnya lemas.

"Arya!" seru Sellena dengan lega.

"Kita tidak punya waktu lagi," kata Arya sambil menutup pintu dan menguncinya dengan rapat. "Mereka tidak jauh dari sini. Apa data sudah terkirim semua?"

Dika mengangguk dengan pelan. "Sebagian besar sudah selesai. Sisanya hanya hitungan detik saja."

Arya menghembuskan napas dengan berat. Ia menatap keduanya sejenak, mencoba menyusun strategi untuk berikutnya. "Kalau begitu, saatnya kita persiapkan serangan balik buat mereka."

Di luar, bayangan bulan menyinari jalan yang gelap. Di bawah purnama senja, pertarungan untuk mengungkap kebenaran baru saja dimulai.

----'x