Chereads / Di Balik Purnama Yang Sunyi / Chapter 13 - Bab 13 : Jejak Yang Tertinggal

Chapter 13 - Bab 13 : Jejak Yang Tertinggal

Hari semakin gelap ketika Sellena dan Arya kembali ke mobil, membawa dokumen yang Nina berikan. Suasana di antara mereka sangat tegang, seolah keberanian mereka sendiri diuji oleh beratnya rahasia yang kini mereka genggam.

"Langkah pertama apa?" tanya Sellena, memecah keheningan.

"Kita harus menyalin dokumen ini, lalu menyebarkannya ke berbagai sumber. Jika Adrian tahu bahwa dokumen ini hanya ada di tangan kita, kita akan jadi target utama," jawab Arya.

Sellena, menggenggam dokumen itu dengan erat. Di setiap lembarannya, ada serpihan bukti yang akan mengguncang jaringan kejahatan Adrian, tapi ada juga risiko besar yang akan mengikuti.

"Bagaimana caramu menyalinnya tanpa terdeteksi?" tanyanya dengan nada khawatir.

"Aku punya seseorang," kata Arya sambil menyalakan mesin mobil. "Dia ahli teknologi yang pernah bekerja untukku sebelum aku berhenti jadi wartawan. Dia bisa membantu tanpa meninggalkan jejak."

-------

Pertemuan di Tengah Malam

Arya membawa mereka ke sebuah kafe kecil yang tampak sangat sepi. Di sana, mereka bertemu dengan seorang pria muda yang berkacamata tebal, dengan jaket kulit yang tampak kusut.

"Ini Dika," Arya memperkenalkan. "Dika, ini Sellena, Klienku."

Dika mengangguk tanpa banyak bicara, matanya langsung tertuju pada dokumen yang dibawa Sellena. "Jadi ini data pentingnya?"

"Iya. Tapi kita tidak bisa asal menyalin," Arya memperingatkan. "Jejak sekecil apa pun bisa menarik perhatian Adrian dan anak buahnya."

Dika tersenyum tipis, tangannya sigap membuka laptop kecilnya. "Kau lupa dengan siapa kau berurusan? Tidak ada yang bisa mendeteksiku. Sebentar saja."

Ia mulai memindai dokumen itu dengan hati-hati. Sementara itu, Sellena tidak bisa berhenti merasa bahwa ada yang mengawasi mereka.

"Berapa lama ini akan selesai?" tanya Sellena cemas.

"Sepuluh menit," jawab Dika tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Namun, baru lima menit berlalu, Sellena mendengar suara deru mobil di luar kafe. Ia melirik melalui jendela, matanya membesar melihat dua SUV hitam berhenti di depan.

"Kita harus pergi sekarang!" serunya.

Arya segera berdiri, menarik Dika dari kursinya. "Bawa semua yang sudah selesai, tinggalkan sisanya!"

Tanpa banyak bertanya, Dika mematikan laptopnya dan memasukkan perangkat itu ke dalam ransel. Mereka berlari ke pintu belakang, sementara suara langkah kaki dan pintu kafe yang didobrak menggema di belakang mereka.

------

Perburuan Dimulai

Mereka berlari ke lorong yang sempit di belakang kafe, mencoba menemukan jalan keluar. Namun, mereka mendengar suara langkah kaki dari arah yang berlawanan.

"Sellena, ke sini!" Arya menarik Sellena masuk ke sebuah gudang tua. Dika mengikuti mereka sambil terengah-engah.

"Ini gila!" keluh Dika. "Kalian tidak bilang aku akan terlibat dalam pengejaran hidup dan mati!"

"Kau tahu ini akan berbahaya, Dika," ujar Arya tegas. "Sekarang, diam dan cari jalan keluar."

Sementara Arya mengintip melalui celah pintu, Sellena merasa tangannya gemetar. Adrenalin dan ketakutan bercampur menjadi satu. Ia memandang dokumen yang ada di tas Arya, seolah benda itu membawa kutukan yang mengancam nyawanya.

"Arya," bisik Sellena. "Kita tidak bisa terus lari seperti ini. Kita harus melawan mereka."

Arya menatap Sellena dengan wajah yang sangat serius. "Kita belum punya cukup bukti kuat untuk menyerang mereka. Kalau sekarang kita bertindak, Adrian masih bisa membungkam semuanya."

Sellena tahu Arya benar, tapi setiap detik yang berlalu tanpa tindakan membuat rasa bersalahnya tumbuh. Nolan telah mengorbankan hidupnya untuk Sellena, dan sekarang dia merasa bertanggung jawab untuk meneruskan perjuangan itu.

-------

Jejak Bayangan

Akhirnya, mereka berhasil keluar dari gudang dan menyelinap ke jalan kecil. Dengan bantuan Dika, mereka menemukan mobil Arya yang diparkir beberapa blok jauhnya.

"Kita tidak bisa kembali ke hotel," kata Arya sambil mengemudi menjauh dari kota. "Adrian pasti sudah menempatkan orang-orangnya di sana."

"Apa rencananya sekarang?" tanya Dika dengan nada gusar.

"Kita cari tempat yang lebih aman dan siapkan serangan balik," jawab Arya sambil menggertakkan giginya. "Jika Adrian tahu dokumen ini telah disalin, dia pasti akan mulai panik."

Malam itu, mereka menemukan tempat persembunyian sementara di sebuah rumah tua milik salah satu teman Arya. Di tempat itu, mereka mulai menyusun strategi berikutnya.

"Besok, kita sebarkan dokumen ini ke media terpercaya dan jaringan independen," kata Arya dengan tekad. "Jika semua orang tahu tentang Adrian, dia tidak akan bisa bergerak bebas lagi."

Sellena mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan ketakutannya. Ia tahu bahwa langkah ini akan membuka babak baru dalam pertarungan mereka.

Di luar jendela, purnama bersinar sangat terang, seolah menjadi saksi perjuangan mereka. Sellena memandangi cahayanya sambil berbisik pelan, sambil tersenyum, "Nolan, semoga aku cukup kuat untuk menyelesaikan ini."