Malam terus bergulir di hotel itu. Sellena duduk bersandar di dinding, mencoba menata pikirannya yang penuh sesak. Wajah Nolan dalam video Arya terus menghantui pikirannya. Sementara itu, Arya sibuk memeriksa email dan pesan yang ia kirimkan ke kontak-kontak lamanya.
"Ada satu orang lagi yang mungkin bisa membantu kita," ujar Arya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya.
"Siapa?" tanya Sellena sambil memeluk lututnya, dan membulatkan matanya.
Arya menghela napas panjang. "Seseorang dari dalam lingkaran Adrian. Mantan asistennya, Nina."
"Nina? Kau yakin dia bisa dipercaya?"
"Aku tidak yakin," jawab Arya jujur. "Tapi dia adalah orang terakhir yang mengundurkan diri dari proyek Adrian sebelum semuanya semakin gelap. Nina tahu sesuatu, dan aku yakin dia juga punya alasan untuk meninggalkan itu semua."
Sellena menatap Arya, mencoba memahami jalan pikirannya. Jika Nina benar-benar tahu sesuatu, ini bisa menjadi terobosan yang sangat besar. Tapi di sisi lain, bekerja sama dengan seseorang dari pihak lawan adalah taruhan yang berisiko.
"Kau tahu di mana dia sekarang?"
"Aku baru saja melacak lokasi terakhirnya," jawab Arya. "Dia tinggal di sebuah rumah sederhana di luar kota. Tempatnya terpencil, tapi aman."
Tanpa membuang waktu, mereka memutuskan untuk menemui Nina keesokan paginya.
------
Jalan Menuju Jawaban
Matahari baru saja muncul ketika mereka memulai perjalanan. Sepanjang perjalanan, suasana di antara mereka cukup sunyi. Sellena sibuk dengan pikirannya sendiri, sementara Arya berkonsentrasi mengemudi.
Rumah Nina berada di kaki bukit, dikelilingi pepohonan yang sangat lebat. Rumah kayu kecil itu tampak damai, namun Sellena tahu bahwa di balik ketenangan itu pasti tersimpan cerita yang sangat kelam.
Arya mengetuk pintu pelan. Beberapa detik kemudian, seorang wanita cantik keluar. Usianya sekitar awal empat puluhan, dengan rambut hitam bergelombang yang disanggul rapi. Wajahnya menunjukkan ketenangan, namun matanya penuh kehati-hatian.
"Siapa kalian?" tanya Nina, suaranya tajam dan dingin.
"Arya. Kau ingat aku?" Arya melangkah maju. "Aku wartawan yang pernah mendatangimu sebelum kau meninggalkan proyek besar Adrian."
Nina menatap Arya lama, kemudian pandangannya beralih ke Sellena. "Dan dia?"
"Sellena," Arya memperkenalkan. "Tunangannya Nolan."
Nama Nolan membuat Nina mematung. Matanya melembut, dan ia membiarkan pintu terbuka. "Masuk," ucapnya singkat.
----
Rahasia yang Tersimpan
Di dalam rumah yang sederhana itu, Nina akhirnya mulai bercerita dari awal.
"Aku sudah lama tahu bahwa Adrian menjalankan operasi gelap itu," katanya. "Awalnya, aku tidak ingin terlibat, tapi dia memaksa. Dan ketika Nolan masuk ke dalam lingkarannya, semuanya semakin rumit."
"Nolan?" Sellena menyela. "Apa yang kau maksud dengan 'masuk'? Nolan bilang dia hanya bekerja di bagian proyek konstruksi."
"Itu benar, awalnya," jawab Nina. "Tapi Adrian melihat potensi Nolan. Dia muda, cerdas, dan mudah dipengaruhi. Dia kemudian memanfaatkan Nolan untuk mendekati orang-orang yang bisa menjadi kunci dalam jaringan perdagangannya."
Sellena merasa kepalanya berdenyut. Semua yang ia pikirkan tentang Nolan tampak semakin kabur. "Lalu kenapa dia… meninggal?" tanyanya dengan suara parau.
Nina menggeleng, sorot matanya penuh dengan penyesalan. "Dia tahu terlalu banyak. Nolan mulai memberontak dan berencana membocorkan semuanya ke publik. Adrian tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Malam itu, kecelakaan yang disebut-sebut membunuh Nolan sebenarnya adalah pembunuhan yang sudah direncanakan."
Sellena terdiam. Dadanya terasa sangat sesak, kepalanya pusing, sementara rasa marah bergemuruh di dalam dirinya. "Jadi Adrian membunuhnya?"
"Secara tidak langsung," jawab Nina. "Dia menyuruh anak buahnya yang melakukannya. Tapi percayalah, Nolan meninggal dengan membawa niat baik. Dia ingin menghancurkan jaringan Adrian, bahkan jika itu berarti mengorbankan nyawanya sendiri."
------
Pintu yang Terbuka
Percakapan dengan Nina membuka pintu menuju lebih banyak jawaban. Ia memberi Sellena dan Arya akses ke beberapa dokumen lama yang disimpan Nolan, termasuk catatan tentang jaringan perdagangan manusia Adrian.
"Dengan ini, kalian bisa membuat publik tahu siapa Adrian itu sebenarnya," ujar Nina sambil menyerahkan dokumen-dokumen itu. "Tapi berhati-hatilah. Jika Adrian tahu kalian memilikinya, hidup kalian akan dalam bahaya."
Sellena menerima dokumen itu dengan tangan gemetar. Ia tahu, perjalanan ini baru saja semakin berbahaya. Tapi kini, ia punya tujuan yang lebih jelas: mengungkap kebenaran dan membersihkan nama Nolan.
"Terima kasih, Nina," kata Sellena tulus. "Aku akan memastikan pengorbanan Nolan tidak akan sia-sia."
Nina menatap Sellena, seolah melihat secercah harapan di tengah kegelapan. "Hati-hati, Sellena," katanya pelan. "Adrian bukan hanya seorang penjahat. Dia adalah bayangan. Dan bayangan selalu tahu cara bersembunyi dari cahaya."
Di luar rumah itu, angin berhembus dingin. Sellena menatap langit yang mulai gelap, merasa purnama kembali mengawasinya dari kejauhan. Kali ini, ia tahu bahwa ia tidak akan bisa mundur. Kebenaran harus diungkap, apa pun risikonya.