Kehadiran pria misterius tadi meninggalkan perasaan campur aduk di hati Sellena. Ketakutan, rasa penasaran, dan amarah bercampur menjadi satu. Namun, yang paling dominan adalah tekad. Ia tahu bahwa apa pun yang ada di balik kematian Nolan, itu lebih besar dari sekadar kecelakaan biasa, seperti yang selama ini dikatakan polisi.
Setelah memastikan pintu apartemennya dapat terkunci sementara, Sellena berkemas. Ia tidak bisa tinggal di sana lagi, setidaknya untuk beberapa hari ke depan. Jika mereka bisa mendobrak pintunya malam ini, tidak ada yang menjamin bahwa mereka tidak akan kembali. Ia mengambil semua dokumen penting, laptop, dan barang-barang yang sekiranya diperlukan, lalu pergi meninggalkan apartemennya dengan hanya membawa tas ransel di punggung.
---------
Suaka Tak Terduga
Arya adalah satu-satunya orang yang bisa Sellena percaya saat ini, meskipun mereka baru saja bertemu. Dia tahu bahwa wartawan itu hidup berpindah-pindah, untuk menghindari radar orang-orang yang berkuasa besar, karena banyak investigasinya yang berisiko. Menghubungi Arya adalah langkah nekat, tapi Sellena merasa tak ada pilihan lain lagi.
"Sellena?" Suara Arya terdengar serak di telepon.
"Aku butuh tempat aman," ujar Sellena tanpa basa-basi. "Mereka datang ke apartemenku tadi malam."
Arya terdiam selama beberapa saat. Kemudian, ia memberikan alamat sebuah hotel di pinggiran kota. "Temui aku di sini dalam satu jam. Jangan terlalu mencolok, dan pastikan tidak ada yang mengikutimu."
-----
Malam di Hotel Pinggir Kota
Hotel yang dimaksud Arya terlihat lusuh dan suram. Lampu neon berwarna biru yang berkedip-kedip memberi kesan muram pada bangunan itu. Namun, Sellena tak punya waktu untuk peduli. Setelah memastikan tidak ada yang membuntutinya, ia masuk dan menemukan Arya di kamar yang terletak di ujung lorong.
"Kau semakin masuk ke lubang yang dalam," Arya membuka percakapan begitu Sellena tiba. "Orang-orang ini tidak akan berhenti sampai kau benar-benar menyerah, atau…" Arya berhenti bicara.
"Atau aku mati," potong Sellena dingin. "Itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan berhenti sebelum mengetahui semuanya."
Arya mengangguk kecil. Ada sesuatu di wajah pria itu yang menunjukkan rasa hormat terhadap keberanian Sellena. "Baiklah, kalau begitu kita perlu rencana. Tapi pertama-tama, ada sesuatu yang perlu kau lihat."
Arya membuka laptopnya dan menunjukkan beberapa rekaman video yang direkamnya beberapa tahun lalu. Dalam video itu, terlihat Adrian Harto sedang berbicara di sebuah ruangan gelap dengan beberapa pria yang berpakaian militer. Di latar belakang, Sellena melihat seseorang berdiri diam, memperhatikan percakapan, ya itu Nolan.
"Mereka membicarakan proyek rahasia," kata Arya. "Proyek ini terkait dengan operasi perdagangan manusia yang tersembunyi di balik bisnis sah Adrian. Nolan adalah bagian dari itu, meskipun aku yakin dia dipaksa."
Sellena merasa dadanya sesak. Nolan, pria yang sangat ia cintai, adalah bagian dari sesuatu yang begitu kelam. Tapi di balik rasa kecewa itu, muncul keyakinan bahwa Nolan terjebak, bukan pelaku kejahatan. "Ada lagi yang kau tahu?" tanya Sellena pelan.
Arya menutup laptopnya. "Aku mencoba membocorkan informasi ini bertahun-tahun lalu, tapi tak seorang pun mau mendengarnya. Orang-orang yang membawahi Adrian sangat kuat sekali, bahkan mengendalikan beberapa bagian pemerintahan. Tapi mungkin denganmu, kita punya kesempatan."
-------
Jalan yang Sulit
Hari itu, Sellena dan Arya mulai menyusun rencana. Mereka bersepakat untuk mengungkapkan semuanya melalui jaringan bawah tanah dan kontak lama Arya. Namun, rencana itu tak semudah yang mereka kira. Semakin dalam mereka menggali, semakin mereka menyadari betapa Adrian dan orang-orang di belakangnya tak tersentuh.
Malam itu, Sellena mendapati dirinya memikirkan Nolan lagi. Dalam lamunannya, ia membayangkan suara Nolan yang tenang,lembut, itu berkata padanya untuk berhenti. Tapi ia tahu itu hanya rasa rindunya yang terlalu dalam.
Saat itulah ia sadar, cinta Sellena pada Nolan adalah alasan dia masih bertahan. Bukan hanya untuk menemukan kebenaran, tetapi juga untuk menjaga janji yang pernah mereka buat bersama: hidup yang lebih baik, apa pun harganya.
Sellena menggenggam erat foto Nolan yang ia bawa di dompet kecilnya. "Aku tidak akan menyerah, Lan" bisiknya lirih. "Ini untukmu. Untuk kita, sambil mengusap kedua pipinya yang dipenuhi air mata."
Di sudut lain kota, bayangan Adrian Harto kembali muncul di berita lokal. Dengan senyum dinginnya, ia meresmikan sebuah proyek sosial besar yang menyembunyikan banyak kejahatannya di balik citra mulia. Tanpa tahu bahwa di balik layar, seseorang sedang mengintai setiap geraknya, bersiap untuk menghancurkannya.
Sellena tahu, pertarungan ini,baru saja dimulai. Dia akan terus memantau.