Chereads / Di Balik Purnama Yang Sunyi / Chapter 2 - Bab 2 : Bisikan Dalam Hening

Chapter 2 - Bab 2 : Bisikan Dalam Hening

Keesokan paginya, Sellena terbangun dengan kepala terasa sangat berat. Ingatan tentang malam sebelumnya masih berkelebat di benaknya. Bisikan itu, foto yang jatuh, semuanya sangat

terlalu nyata untuk disebut kebetulan. Tetapi ia memutuskan untuk mengabaikan pikirannya. Ini mungkin hanya efek kurang tidur, pikirnya, mencoba untuk menguatkan diri.

Hari itu berjalan biasa saja atau setidaknya itulah yang ia harapkan. Sellena bekerja sebagai desainer grafis freelance, dan rutinitasnya lebih sering melibatkan duduk di depan laptop sepanjang hari. Namun, pikiran tentang bisikan dan Nolan terus mengganggu fokusnya setiap detik.

Saat tengah tenggelam dalam pekerjaannya, ponselnya bergetar. Pesan masuk dari nomor tak dikenal membuatnya bingung.

"Pergilah ke tempat biasa kita."

Sellena membacanya berulang kali. Tidak ada nama atau petunjuk lainnya, tapi hatinya seakan mengenali maksud dari pesan itu. "Tempat biasa" adalah sebutan ia dan Nolan untuk sebuah taman kecil di tepi kota tempat di mana mereka sering bertemu diam-diam sebelum Nolan melamar Sellena.

"Apa mungkin... seseorang sengaja mengerjaiku?" gumam Sellena, mencoba mengabaikan gelombang emosi yang mulai mengalir. Namun rasa penasaran itu lebih kuat dari logikanya.

Saat malam tiba, Sellena akhirnya memutuskan untuk pergi. Hujan baru saja reda ketika ia tiba di taman itu. Udara terasa sangat dingin, dan suasananya sangat sepi. Taman itu hanya diterangi beberapa lampu jalanan yang berkedip samar-samar, seperti lilin yang hampir padam.

Sellena berdiri di tengah taman, menggenggam erat syal di lehernya. "Siapa yang mengirim pesan ini?" teriaknya, suaranya menggema di udara dingin. Tidak ada jawaban. Tapi kemudian...

"Sellena…"

Suara itu seperti suara Nolan. Hening malam dipecahkan oleh detak jantungnya yang berdegub semakin cepat. "Siapa itu?" tanyanya dengan suara serak.

Langkah kakinya berderap cepat ke arah sumber suara. Di sana, di bawah pohon besar, seorang pria berdiri membelakanginya. Ia mengenakan jaket yang sama persis seperti yang Nolan kenakan di malam terakhir mereka bertemu.

"Nolan?" Sellena terhenti, tangannya bergetar.

Pria itu perlahan berbalik. Sosoknya samar di bawah cahaya bulan. Wajah itu... tidak berubah sedikit pun—wajah yang ia ingat dengan begitu baik, namun tidak mungkin nyata.

"Aku pulang, Sellena," katanya, suara itu membuat tenggorokan Sellena tercekat.

Langit di atas mereka kembali berselimut awan, menutupi sinar purnama. Di saat bersamaan, ponsel Sellena bergetar. Dengan tangan gemetar, ia membuka pesan terbaru:

"Bisikan ini hanya akan berakhir jika kau mendengarnya dengan hati."