Di sebuah desa kecil yang tenang, dikelilingi sawah hijau yang terbentang luas, hidup seorang anak muda bernama Aldi. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, lahir dari keluarga petani sederhana. Ayahnya, Pak Darto, adalah sosok pekerja keras yang menghabiskan waktunya di sawah, sementara ibunya, Bu Siti, menjual hasil panen di pasar.
Setiap pagi, Aldi membantu ayahnya mencangkul di sawah sebelum berangkat sekolah. Meski tubuhnya kurus, tangannya cekatan bekerja. Namun, dalam hati kecilnya, ia menyimpan keinginan besar. Ia ingin keluar dari kehidupan desa yang serba terbatas dan meraih sukses di kota.
"Aldi, nanti setelah selesai sekolah, kamu ikut bantu bapak di sawah, ya. Sawah kita butuh orang muda yang kuat," ujar Pak Darto suatu pagi.
Aldi menghentikan cangkulnya, menatap ayahnya sejenak. "Pak, boleh nggak kalau Aldi punya rencana lain? Aldi mau kuliah, mau belajar hal-hal baru. Mungkin suatu hari Aldi bisa bantu desa ini jadi lebih maju."
Pak Darto menghela napas panjang. "Mimpi itu bagus, Di. Tapi kuliah itu butuh biaya. Kamu tahu sendiri keadaan kita."
Aldi memahami kekhawatiran ayahnya. Namun, ia tak ingin menyerah begitu saja. Ia percaya, di balik segala keterbatasan, selalu ada jalan bagi mereka yang mau berusaha.
Saat malam tiba, setelah seharian bekerja di sawah dan belajar di sekolah, Aldi sering duduk di bawah lampu temaram di teras rumahnya. Ia membaca buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah, mencoba memahami dunia di luar desanya.
"Aldi, kenapa kamu selalu belajar sampai malam? Nanti sakit," tegur Bu Siti yang baru selesai menyiapkan makan malam.
"Biar Aldi bisa jadi orang sukses, Bu. Kalau Aldi sukses, kita nggak perlu hidup susah lagi."
Mendengar itu, Bu Siti hanya tersenyum kecil, meski hatinya penuh harap dan keraguan. Ia tahu Aldi adalah anak yang keras kepala, tapi ia juga tahu bahwa dunia di luar desa mereka penuh dengan tantangan.
Pagi itu, setelah selesai membantu di sawah, Aldi berjalan menuju sekolah sambil membawa tas tuanya. Ia berhenti sejenak di tepi jalan, menatap bukit di kejauhan. Dalam hati, ia berkata pada dirinya sendiri, "Suatu hari, aku akan sampai ke sana. Aku akan buktikan bahwa anak desa juga bisa sukses."
Namun, Aldi tidak tahu bahwa perjalanan menuju mimpinya akan penuh rintangan. Tidak hanya tantangan dari keadaan, tetapi juga dari perasaannya sendiri yang kelak akan diuji oleh cinta.
(Bersambung ke Bab 2)