"Daniel!" Talia, Nancy, dan yang lainnya bergegas menuju jeruji penjara tempat mereka terkunci berjam-jam lamanya ketika mereka melihat Daniel berlari menghampiri mereka.
Dia berpegangan pada jeruji sangkar, cemas dan takut, namun lega saat menatap wajah mereka yang ternoda darah dan kotoran.
Cemas, karena dia tidak memiliki petunjuk bagaimana membebaskan mereka, dan dia sendirian sampai dia bisa.
Takut, karena dia tahu dia mengambil risiko berjalan di lorong-lorong istana sampai dia menemukan dirinya di sini. Dari buku-buku zaman pertengahan yang telah dia baca, dia menduga pasti ada penjara bawah tanah seperti yang dia berada di dalamnya saat ini. Dia hanya lega karena dia bisa sampai di sini tanpa terlihat, dan teman-temannya baik-baik saja.
"Bagaimana kamu bisa tidak mati." tanya Koan. Ada kerutan bingung terukir di wajahnya disamping kekhawatiran dan lega yang dia coba sembunyikan di matanya yang mengkhianati emosi sejatinya.
