"Masuk," perintah Christian padaku seperti biasa. Dia datang ke tempat ini setelah sekadar panggilan telepon, dan dia tidak dalam suasana hati yang baik. Dia terlihat seperti versi dirinya yang lama.
Mataku tertuju pada pistol di jok belakang. Apa yang sedang dia rencanakan?
"Oh sial, aku nggak mau masuk," aku bicara, terkejut. "Aku nggak tahu apa yang sudah kamu rencanakan, tapi aku nggak mau jadi bagian dari itu."
"Itu baru pertama kalinya." Christian mendengus. "Bukankah kamu selalu ingin jadi bagian dari segalanya?"
Aku tidak sedang ingin berdebat, dan aku tidak ingin membuat keributan, jadi untuk sekali ini, aku melakukan apa yang dia minta dan masuk ke dalam mobil. "Senang?"
Christian tidak menjawab dan langsung tancap gas sambil aku menatapnya dan berpikir apa masalahnya kali ini. Apakah karena cara aku pergi kemarin? Apakah karena aku tidak menjawab teleponku?
