Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

HUJAN DI KEDAI KOPI

Opicaji_Hermawan
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
52
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 1:Kedai Kopi yang Menceritakan Segalanya

Hujan turun perlahan, membawa udara dingin yang menyusup ke dalam setiap sudut kota. Jalanan yang biasanya ramai kini tampak sepi, hanya terdengar suara tetesan air yang berjatuhan dari atap-atap rumah dan jalanan basah yang memantulkan cahaya lampu jalanan. Di salah satu gang sempit yang tak jauh dari pusat kota, sebuah kedai kecil dengan papan kayu bertuliskan "Kopi Hujan" menyambut setiap langkah kaki yang lewat.

Arka, seorang ilustrator muda, menghembuskan napasnya yang tampak berembun di jendela kedai. Ia duduk di sudut dekat jendela besar, dengan secangkir kopi hangat di depan matanya. Kopi itu masih mengepul, dan aroma sedapnya mengisi udara. Di luar, hujan seolah menjadi musik yang menyatu dengan ritme pikirannya. Sudah berjam-jam ia duduk di sini, memandangi gerimis yang tak henti-henti menari di atas aspal, namun kertas di hadapannya tetap kosong. Gambar-gambar yang biasa datang begitu saja kini seolah enggan muncul.

Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan setiap tetes hujan yang jatuh ke bumi, seolah meresapi ketenangan yang ditawarkan kota dalam keheningan malam. Mungkin, ia berpikir, inspirasi tidak akan datang dengan terburu-buru. Di sini, di kedai ini, di antara suara hujan dan aroma kopi, ia harus menunggu, menenangkan pikirannya, dan membiarkan imajinasinya mengalir perlahan.

Namun, hari ini rasanya ada sesuatu yang berbeda.

Suara pintu kedai terbuka dengan deritan pelan. Seorang gadis muda masuk, basah kuyup karena hujan. Ia mengguncang-guncangkan tubuhnya, mencoba menghilangkan air yang menempel pada jaket birunya. Arka menoleh sebentar, hanya sekilas, lalu kembali fokus pada cangkir kopinya. Gadis itu mencari tempat duduk dan memilih meja yang tidak jauh dari Arka. Ia membuka tas kecilnya, mengeluarkan buku catatan yang lusuh, dan mulai menulis.

Arka merasa aneh. Biasanya, kedai ini sepi, hanya ditempati beberapa orang yang juga datang untuk menghindari kebisingan kota. Tapi hari ini, kehadiran gadis itu memberi sensasi yang berbeda. Mungkin, pikirnya, itu hanya perasaan sesaat. Namun, entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang menarik dalam keheningan gadis itu.

Hujan terus turun, lebih deras sekarang. Suara percakapan yang biasa di kedai kopi ini seolah tenggelam oleh gemuruh air yang menghantam tanah. Arka menatap lagi gadis itu. Ia sedang menulis sesuatu dengan cepat, seolah dunia di sekitar tidak ada artinya selain kata-kata yang terus mengalir dari pena di tangannya.

Di luar, hujan masih turun dengan anggun, tetapi di dalam kedai Kopi Hujan, dua jiwa yang penuh pertanyaan dan kesendirian mulai melangkah menuju pertemuan yang tak terduga.