Setelah selesai merenung, Leo pergi ke ruang makan seorang diri. Di sana dia melihat seorang pria awal 40 tahunan, seorang wanita berusia akhir 30-an, dan seorang gadis kecil yang mirip dengannya, juga beberapa pelayan.
"Kamu terlambat Leo," ucap pria tersebut.
Leo memandang pria tersebut dengan dingin. Dia teringat kembali apa yang orang itu ucapkan sebelumnya.
Waktu itu—
"Ayah! Aku tidak bersalah! Aku memang tidak berbakat, aku juga tidak memiliki nilai sebagai penerus Duke, tapi...tapi tidak mungkin aku mengkhianati dunia! Tidak mungkin aku bekerjasama dengan Raja Iblis! Ini fitnah!"
Leo berseru dengan sedih, hatinya hancur, dan dia menangis. Akan tetapi, apa yang ia dapat adalah tatapan dingin dan hinaan sebagai balasannya.
"Sudah cukup omong kosongmu, pengkhianat sialan! Kamu masih berani menyebutku ayah disaat kamu berniat membunuh banyak orang dengan menyusupkan lingkaran sihir di kota akademi!? Dasar orang gila!"
Pria itu menampar Leo dengan keras hingga dia jatuh tersungkur lalu para ksatria menyeretnya ke penjara.
Saat di penjara itulah dia mendapat wahyu pertamanya dan memulai perjalanan solonya untuk menyelamatkan dunia.
Kembali ke masa sekarang, Leo yang muak memandang pria itu langsung duduk di kursinya. Ya, pria itu adalah ayahnya, Richard Astby, dia tegap dan memancarkan kewibawaan, dia memiliki rambut coklat dengan pupil mata dengan warna yang sama, dan disebelahnya sang wanita adalah ibunya, Reina Astby, seorang wanita cantik yang pernah menjadi primadona kekaisaran di masa mudanya, dia memiliki rambut putih dengan mata kebiruan karena berasal dari bangsawan utara lalu gadis kecil itu, Liliana Astby, adik perempuannya, sejujurnya Leo dan Liliana adalah kembar tidak identik tapi walaupun begitu fitur wajah mereka memiliki banyak kesamaan kecuali warnanya, Liliana mewarisi rambut putih dan mata biru dari ibu mereka sementara Leo memiliki mata dan rambut hitam, dia mewarisinya dari leluhurnya. Hitam adalah warna yang sangat jarang di dunia ini.
Ayahnya yang melihat Leo langsung duduk tanpa membalas perkataannya memasang ekspresi aneh.
"Ada apa, Leo? Kamu tidak membalas perkataan ayahmu?" tanyanya.
Leo yang mendengar pertanyaan ini membalasnya dengan kasar. Sebisa mungkin dia tidak mau berbicara dengan para pengkhianat.
"Aku tidak ada kewajiban membalas ucapanmu," jawabnya. Leo langsung duduk, dan makan.
Sementara itu, ibunya yang melihat sikap Ren merasa marah.
"Kenapa kamu menjawab begitu pada ayahmu, Leo!? Ibu tidak pernah mengajarkanmu untuk melawan orang tuamu sendiri!" ucapnya.
Dan, Leo membalas ucapan kerasnya dengan sama kerasnya.
"Diamlah, dasar jalang!! Aku tidak mau mendengar itu dari bajingan sepertimu!"
Ucapan Leo menggelegar ke seluruh ruangan. Semua orang kecuali Leo terdiam, mereka begitu tercengang dengan betapa kasarnya perkataan Leo pada ibunya sendiri.
Lalu—
"Sudah cukup, Leo!! Beraninya kamu menyebut ibumu yang telah melahirkanmu dengan sebutan hina begitu!? Apa kamu tahu apa yang kamu katakan barusan!?"
Ayahnya meledak marah dan memukul meja makan dengan keras. Tapi, Leo tidak bergeming sedikitpun. Dia memasang ekspresi jijik dan akhirnya tertawa keras.
"Ahahaha, apa itu sialan? Memangnya kau pikir aku tidak tahu!? Dasar bajingan menjijikkan," ucap Leo dengan kasar.
Lalu, para ksatria yang berjaga secara reflek menghunus pedang mereka, dan meletakkannya di depan leher Leo.
"Cukup sampai disitu, Tuan muda Leo. Anda berbicara terlalu banyak," ucap pemimpin ksatria yang berjaga dengan dingin.
Akan tetapi, mereka langsung tercekat. Pasalnya, Leo tidak bergeming sedikit pun, bahkan dia tidak terlihat terkejut atau menangis ketakutan seperti yang seharusnya dilakukan anak seusianya.
Dan, Leo mengalihkan pandangan dinginnya ke arah pemimpin ksatria.
"Ada apa? Kenapa kau tidak suruh anak buahmu untuk melanjutkannya? Apa kau ragu? Dasar ksatria bodoh," ucapnya.
Leo lalu menyelipkan jarinya di antara kedua pedang yang bertaut di depan lehernya dan memberikan tenaga ke dalamnya. Akhirnya, terpentallah dua ksatria tersebut.
Leo lalu berdiri dari kursinya, dan pergi meninggalkan ruang makan sementara orang-orang disana masih terdiam karena sikapnya kecuali satu orang, Rika Aerial. Dia segera mengakhiri makannya, dan mengikuti Leo pergi.
Lalu, selama di perjalanan menuju kamarnya, Leo memanggilnya.
"Rika"
Rika yang namanya dipanggil langsung merespon.
"Ya, saya disini, Leo-sama. Ada apa?" tanyanya.
"Mulai makan siang nanti bawakan saja makananku ke kamarku. Lakukan itu tiap kali jam makan tiba," jawab Leo dingin.
Rika diam sebentar mendengar perintah ini lalu dia berkata,"Maaf, Leo-sama, apakah ada yang terjadi pada Anda? Anda biasanya selalu bersemangat untuk makan bersama Tuan dan Nyonya serta Nona Liliana. Akan tetapi, pagi ini Anda berubah, tidak—saya tidak tahu harus berkata apa, saya hanya merasa ada sesuatu yang telah terjadi pada Anda."
Leo yang mendengar ucapan Rika terdiam sebentar dan berhenti berjalan. Lalu, dia menjawabnya dengan dingin.
"Tidak ada apa-apa, tidak ada yang terjadi, aku hanya baru saja mengerti bagaimana cara dunia ini berjalan. Dan Rika, seorang pelayan tidak perlu banyak bertanya, dan jangan berani mencampuri urutan tuannya"
Rika tercekat mendengar jawaban dingin dan kasar ini lalu dia menunduk dengan sedih.
"Maaf.., saya salah, saya minta maaf, Leo-sama."
Rika terus menunduk dan terus meminta maaf hingga beberapa saat tanpa Leo hiraukan sedikitpun.
Beberapa menit pun berlalu dan mereka berada tepat di depan pintu kamar Leo lalu Leo berkata,"Cukup. Laksanakan saja perintahku."
Tepat setelah Leo membuka pintu kamarnya dan hendak masuk, Rika membalas perkataannya.
"Maaf, Leo-sama, saya tidak bisa melakukan itu. Tuan dan Nyonya pasti akan memarahi saya nanti."
Leo diam mendengar ini dan berkata dengan nada sedingin es,"Rika, katakan padaku, siapa yang telah menyelamatkanmu?"
Rika terdiam mendengar pertanyaan Leo hingga beberapa saat, dia menjawabnya setelah mengumpulkan keberanian.
"I-itu Anda, Leo-sama.."
Lalu, Leo bertanya lagi.
"Rika, siapa yang telah memperkerjakanmu di rumah ini?"
Rika buru-buru menjawab.
"I-itu Anda, Leo-sama."
Dan, Leo bertanya sekali lagi.
"Jadi, siapa tuan yang kamu layani dengan sumpah jiwamu?"
Rika syok mendengar ini dan dengan takut-takut menjawab,"i-itu Anda, Leo-sama."
Leo yang mendengar ini tertawa kering dan berteriak,"Kalau kau mengerti aku tuanmu, maka layanilah aku sialan! Kenapa kamu peduli dengan larangan mereka!? Kamu hanya perlu mematuhi perintahku!"
Rika yang diteriaki di depan matanya langsung gemetar hebat, kakinya sangat lemas, dia berusaha mati-matian untuk tidak jatuh sekarang. Matanya juga telah basah, dan dia mulai menangis.
"Maaf, saya salah, saya minta maaf, Leo-sama..."
Leo mendengus mendengar permintaan maaf ini lalu masuk ke kamarnya, dan membanting pintu.
Rika yang ditinggal sendirian langsung jatuh karena kakinya lemas dan dia mulai tenggelam dalam tangisannya, dia terus meminta maaf pada Leo walaupun dia tidak akan didengar. Dia meratapi tuannya yang bersikap kasar padanya. Satu-satunya cahaya yang dia temukan setelah kehilangan keluarganya di masa lalu.
Sementara itu, Leo di kamarnya berbaring dengan perasaan rumit. Dia menyadari bahwa dia telah bersikap keterlaluan pada Rika, tapi dia benar-benar tidak bisa menahannya. Sebab, Rika telah mengkhianatinya. Ditambah di rumah ini hanya berisi para pengkhianat yang menambah buruk perasaannya.
Dia lalu bangun, dan menuju meja. Dia mengambil sebuah buku, dan mencatat beberapa hal.
"Aku harus mencatat apa yang aku ketahui soal masa depan. Dan, aku harus membuat rencana agar tidak dijadikan kambing hitam lagi."
Leo telah memutuskan bahwa dia harus bergerak sejak saat ini.