Matahari bersinar terang, dan cahaya menyilaukan memasuki ruangan.
Leo terbangun tiba-tiba, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
"Hah—hah—"
"Apa itu tadi...?"
Dia bergumam pelan lalu melihat ke sekelilingnya dan menemukan dirinya di tempat yang dia kenal betul.
Ya, tempat ini adalah kamarnya di rumah utama keluarganya.
Leo lalu bangkit dari kasurnya dan berjalan ke arah cermin.
Dan, apa yang terpantul bukanlah dirinya yang suram, dan kegelapan yang memenuhi matanya, melainkan wajah seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun yang terlihat polos.
"Apa itu tadi hanya mimpi...?"
Dia bertanya pada dirinya sendiri, tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Tapi, dia akhirnya menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dan menepuk-nepuk pipinya.
"Tidak. Tidak mungkin itu mimpi. Jadi, apa aku kembali ke masa lalu?"
Dia melihat lagi ke sekeliling ruangan.
"Ruangan ini adalah kamarku di rumah utama, dan wajah ini...aku yakin itu aku delapan belas tahun yang lalu. Apa aku kembali ke masa lalu? Tapi kenapa..?"
Dia ingin tidak mempercayai ini hingga—
Seseorang masuk ke ruangannya. Dia adalah seorang gadis kecil seusianya dengan pakaian maidnya. Dia melihat Leo yang kebingungan, dan memanggilnya.
"Selamat pagi, Leo-sama. Maafkan saya karena sudah terlambat membangunkan Anda," ucapnya lalu dia membungkuk sopan.
Leo yang mendengar ucapan ini langsung tersadar dari kebingungannya, dan tatapannya beralih ke gadis tersebut.
Seorang gadis dengan rambut merahnya yang dipanjangkan dan mata birunya.
Leo mengenal betul siapa gadis ini. Salah satu orang yang telah mengkhianatinya. Dia adalah orang ketiga yang berkhianat setelah adik perempuannya, dan mantan tunangannya.
"Rika von Aerial..."
Saat Leo menggumamkan namanya, Rika merespon.
"Ada apa, Leo-sama? Anda menggumamkan nama saya?" tanyanya dengan sopan.
Leo langsung menggelengkan kepalanya untuk mengakhiri kebingungannya dan memberi jawaban pada Rika.
"Kamu kesini untuk memberitahuku bahwa sudah waktunya untuk sarapan kan?" tanya Leo tenang.
Rika mengangguk mendengar pertanyaan ini.
"Ya, Leo-sama. Tuan Duke dan Nyonya beserta Nona Liliana telah menunggu Anda di ruang makan," jawab Rika sopan.
Leo gemetar mendengar nama yang disebut Rika. Tuan Duke dan Nyonya adalah sebutan kehormatan untuk kedua orang tuanya di rumah ini. Lalu, Liliana, tepatnya Liliana Astby, putri Duke Astby yang menguasai kota Ruida dan banyak kota lainnya di bagian timur Kekaisaran Zehid.
"Liliana..."
Nama itu membuatnya merasakan sakit yang jelas di dadanya. Lalu, dia menatap Rika dan berkata,"Kamu duluan saja. Katakan pada mereka, aku akan menyusul nanti."
Leo lalu kembali ke jendela meninggalkan Rika yang terkejut dengan ucapan Leo yang agak dingin.
Dia menatap Leo dengan tatapan bingung.
"Apa yang terjadi pada Anda, Leo-sama...?" gumamnya.
Dia memang tidak tahu, tapi firasatnya berkata kalau Leo merasakan sakit yang luar biasa dihatinya. Jadi, dia memutuskan untuk pergi untuk memberikan Leo waktu sendirian.
Setelah Rika pergi, Leo yang berada di dekat jendela menatap langit luar. Langit yang bukan merah darah, pasti bukan juga kelabu yang gelap di malam hari. Ini jelas masa-masa sebelum zaman bencana yang muncul kedua kalinya di masa depan.
"Kenapa aku kembali ke masa lalu..? Aku yakin aku pasti meninggal di tiang salib, jadi kenapa..?" tanyanya.
Leo tidak bertanya pada dirinya sendiri, bukan juga pada dunia yang ia benci, melainkan pada keberadaan absolut yang mengatur segalanya, Sang Pencipta.
Jika waktu telah diputar ulang, maka hanya Dia yang bisa melakukannya.
Tapi, kenapa?
Itulah yang Leo pertanyakan. Sebagai utusan, dia memang tidak tahu segalanya. Dia ada untuk mengalahkan kejahatan awal—Demon God,Erebos, seperti yang diwahyukan kepadanya.
Jadi, dia benar-benar tidak mengerti. Kenapa waktu diputar ulang? Apakah semua hal yang telah dia lalui untuk menyelamatkan dunia, dan akhirnya menyelamatkan dunia itu sendiri serta berakhir meninggal adalah sebuah kesia-siaan?
Dia meringis, merasakan hatinya terkoyak.
Bukan hanya kembali ke masa lalu, tepatnya ini adalah masa-masa yang sangat ingin dia lupakan. Masa-masa yang akan menjadi awal dari kehancurannya. Masa-masa dimana dia harus bertemu lagi dengan para pengkhianat yang dia benci.
Dia berusaha menenangkan dirinya. Karena, jika itu keputusan sang Pencipta maka pasti ada tujuannya.
Dia mencoba kembali mengingat apa yang ada.
Sesaat, sebelum kegelapan total menyelimutinya alias dia meninggal dunia, Leo yakin bahwa dia mendengar sebuah suara.
Sejauh yang dia ingat, suara tersebut berkata,"Aku akan memberimu waktu sekali lagi. Tolong lindungi dunia dengan tanganmu lagi, dan jangan mati."
Dia terdiam mengingat itu.
"Mungkinkah suara itu....suara Sang Pencipta?"
Dia meneguk leduh keras. Sebagai seorang utusan, dia tidak mempertanyakan apa yang perlu dia lakukan. Dia diberi wahyu berisi perintah untuk menyelamatkan dunia maka dia menyelamatkan dunia untuk memastikan kebenaran wahyu tersebut.
Jadi, jika waktu di putar ulang, apakah mungkin penyebabnya karena kematian dirinya?
Itulah hipotesis yang berhasil dia buat, tapi dia segera menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak penting sekarang. Sekarang masih banyak hal yang perlu aku lakukan. Jika waktu sepenuhnya diputar ulang, aku harus memastikan untuk mengubah masa depan sesuai perintah-Nya"
Leo lalu menatap kota dibawahnya. Sebuah kota besar. Pusat dari kekuasaan keluarga Duke Astby yang darahnya mengalir padanya, Kota Ruida.
"Kota yang pertama kali mengkhianatiku, padahal aku selalu bersikap baik pada mereka..."
Dia menatap orang-orang yang berlalu lalang di kota tersebut dengan tatapan kecewa. Dahulu kala, saat dia masih seusianya di dunia sebelum waktu diputar ulang, dia meyakini bahwa bangsawan harus bersikap baik pada rakyatnya sebagai bentuk tanggung jawab.
Dia dikenal sebagai bangsawan yang senang bergaul dengan semua orang, bahkan rakyat jelata dari daerah kumuh sekalipun.
Dia tidak membeda-bedakan orang dari statusnya. Dia menjunjung tinggi kesetaraan. Dia menghargai rakyatnya dengan baik. Rakyatnya pun menghargainya, ya itulah awalnya, tapi setelah "uji mana" selesai dimana hasilnya menjadi permulaan kehancuran hidup Leo, semuanya berubah.
Tatapan orang-orang yang selalu bersamanya, menunjukkan rasa kasihan. Bahkan terburuknya, banyak rakyat jelata yang merasa lebih tinggi darinya karena tes tersebut.
Waktu itu, Leo sama sekali tidak mempermasalahkannya. Dia terus bersikap baik, dan digadang-gadang akan menjadi duke selanjutnya yang akan membawa kemakmuran di wilayah kekuasaannya.
Tapi, itu semua akhirnya hanyalah omong kosong belaka.
Setelah "insiden itu" terjadi semasa di akademi, Leo dijadikan kambing hitam, dan dituduh sebagai penyebab insiden tersebut terjadi. Dia akhirnya di cap sebagai pengkhianat dunia.
Leo yang tahu dirinya disingkirkan begitu saja karena tidak berguna, tidak tinggal diam. Dia pergi dari hadapan manusia dan ras-ras lainnya dan dia memulai perjalanan solonya dari sini.
Itulah awal perjalanan solo sang Messiah yang akhirnya berhasil menyelamatkan dunia. Sebuah perjalanan yang menantang maut, diharuskan sembunyi-sembunyi, dan bermain kejar-kejaran dengan pasukan aliansi dunia yang berniat menangkapnya.