Prolog :
Kenangan Masalalu
Rabu, 15 Januari 1957
Pukul 09:20
Pemakaman Umum Desa Mirabilis Jalapa
Diderasnya air hujan, tak akan pernah ada yang bisa menghalangi langkah kaki seorang Anak untuk bertemu dengan Ibunya. Meski pun hanya sekedar bertemu di Pemakaman Umum biasa.
Dari sini kita akan diperlihat seorang Anak kecil tersebut. Yang sedang membawa seikat bunga Anggrek merah muda dan putih di tangan kanannya, sekaligus anak kecil itu juga, membawa payung hitam di tangan kirinya. Berdiri dengan tegak dan perlahan-lahan kepalanya menunduk dan matanya melirik, menatap batu nisan pemakaman Ibunya. Terlihat dari ekspresi wajah sang Anak kecil, nampak sekali dirinya sedang menahan air mata. Seakan Anak kecil itu mengetahui. Bahwa disaat Ibunya sudah tiada, sang Ibu menitipkan pesan padanya.
" Ingat jangan terlalu sering menangis dan terus menerus merenungkan kepergian Ibu, nak. "
Pesan sederhana tersebut, sangat lah membekas dibenak pikiran anak kecil itu. Namun, anak kecil itu tidak bisa terus menerus membohongi dirinya untuk tidak menangis dan merenung akan kepergian sang Ibu. Akan tetapi, pada akhirnya sang anak kecil itu menangis, terisak suaranya kecil tapi memilukan, seolah menyimpan luka yang terlalu dalam untuk diucapkan. Air mata terus bercucuran menguatkan hati untuk berbicara akan perasaan yang telah anak kecil itu pendam. Badan dan kaki yang mulai melemas, terus anak kecil itu duduk dengan posisi jongkok agar lebih dekat dengan makam ibunya. Setelah itu anak kecil kemudian perlahan-lahan, mulai membuka mulutnya dan berbicara, apa yang anak kecil itu ingin sampaikan ke makam ibunya.
" Ibuu.. Maaf, maafkan Aku Ibu. Disaat itu Aku benar-benar tidak bisa menolongmu Ibu. Terlihat dimataku dengan jelas."
" Bercak darah berjatuhan dimana - mana, sebilah senjata merobek dan menyayat semua raga, yang tentu itu sangat lah menyakitkan. "
" Te-Tetapiii.. , Mengapa dengan diriku ini? Aku tak bisa. Berjalan, atau melawan seseorang yang telah menyakiti mu, Ibu. "
" Mungkin kah? Aku terlalu takut, untuk membelamu. Didalam derita luka yang Ibu rasakan. Aku hanya bisa terdiam dan menangis dengan rasa ketakutan yang begitu dalam, dan pada akhirnya. Diriku hanya bisa melihat, harapan kebahagiaan ku. Perlahan - lahan telah sirna untuk selamanya. "
" IIBBUU..!! MAAFKAN AKU, YANG TIDAK BISA MEMBELAMU. "
" IIIBBBUUUUUUUU...!!! "
Suara nya sangat terdengar sangat lantang dan jelas. Tentang kepergian Sang Ibu untuk selamanya. Tetapi gak gini juga konsepnya jirr.. Mending kalau dijemput yang maha kuasa. Ini malah dibunuh oleh psikopat bang**t.. Kasian malaikatnya
" Perasaan belum gua ambil tapi, ko? Udah meninggal? Siapa yang ngambil perkejaan gua dah!!? "
" Dasar Author bab* "
" Eh, malah ngeledek gua lanjutin ajaa..!! jangan banyak ngomong lu yeh. "
" Nanti kalau, MC nya diganti itu gara-gara lu!! "
" Emm.. Author, Asem. "
Derai tangis air mata terus membasahi pipi, bersamaan dengan derasnya hujan yang sudah mulai semakin kencang. Dan disisilain kita juga akan diperlihatkan salah satu sesosok orang misterius, yang nama nya belum diketahui dengan jelas. Mengenakan pakaian jas hitam rapih, memakai dasi warna merah, baju dalam warna putih dan sebilah senjata sabit ditangan kanan nya. Yang tertulis sebuah nama Nightmaw yang artinya adalah Mimpi Buruk.
Selanjutnya, orang misterius itu hanya terdiam. Berdiri tegak sambil menatap tatapan tajam ke anak kecil tersebut. Meski pun jarak diantara mereka agak sedikit jauh. Anak kecil itu tidak menyadari keberadaan orang misterius yang sedang memperhatikan dirinya. Kemudian anak kecil dalam waktu yang tidak berselang lama, setelah apa yang anak kecil itu mau sampaikan kepada sang Ibu. Anehnya dalam waktu beresamaan, anak kecil itu akan berdiri dan beranjak untuk pergi. Orang misterius itu mengucapkan sebuah kalimat.
" Your life is my life, I'm sure one day we will meet again and end up with who deserves to live again without caring about this cursed soul. "
Sebuah kalimat yang menandakan bahwa, Pemuda misterius itu akan menemui dan bertemu kembali dengan anak kecil tersebut dalam dimensi dunia yang berbeda. Sekaligus kutukan apa yang dimaksud orang misterius tersebut.
Author: " Entah lah, itu adalah momen baik atau buruk? Gua gak tau sih!? "
MC: " AWAS LU, Yah!! Bang, kalau gua dibikin Sad ending!!
Author: " lah, sesuka hatiku lah. Ngapain ngatur gua. Cook!! "
MC: " Ehmmm.... (MC lagi ngedadak Bete/kesel)
Beralih ke anak kecil satu ini, yang sudah mulai berjalan menuju pintu gerbang Pemakaman Umum. Tidak disengaja terlihat dari pintu luar Pemakaman Umum terdengar suara seperti memanggil nama sang Anak kecil. Seolah-olah panggilan itu menyuruh Anak kecil untuk menghampiri nya, dan ternyata.
" Heii..!! Cepat lah pulang Jesperr..!! "
" Hujan sudah semakin kencangg...!!"
" Baik, kaa.. Aku akan pulang. "
" Maaf kan Aku ka, Aku tidak sempat izin terlebih dahulu kaka dan Ibu. Kalau Aku tiba-tiba pergi tanpa mengabari dulu. "
" Iyah, tidak apa-apa. Tetapi lain kali jangan di ulangi lagi yah. "
" Kaka hawatir, kamu kenapa-napa. "
" Maaf ka, sekali lagi maaf kan Aku. Karena Aku tidak berbicara dulu kalau Aku pergi ke Pemakaman orang tuaku. "
" Dan Aku sungguh, tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. "
" Janji? "
" Janji. "
Maksud seorang kaka disinih adalah. Dia merupakan seorang pemilik Panti Asuhan yang dimana "Jesper " Merupakan salah satu anak asuh dari kaka tersebut. Sekaligus " Ibu " Disinih juga merupakan Ibu dari orang tua kaka pemilik Panti Asuhan tersebut, Lanjut.
Rabu, 15 Januari 1957
Pukul 20:13 Rumah Panti Asuhan
Langit malam bersinar terang, membawa kehangatan, bagi semua anak panti asuhan. Kecerian seyuman, terlihat sangat begitu tulus tampa adanya beban atau pun masalalu yang begitu kelam. Kebersamaan diatas meja makan selalu melukisakan kebahagiaan mereka akan sebuah keluarga bahagia yang selalu mereka inginkan dan hadiran orang yang tersayang.
Dan meski pun begitu mereka tetap menyadari dan menyakini masalalu, kenangan mereka masing-masing yang sangat memilukan. Seperti " Jesper " Salah satu anak panti asuhan yang ditemukan oleh anggota kepolisian setempat. Pada tanggal 14 Febuari 1956, pukul 20:00 malam. Jesper di temukan sedang bersembunyi dibalik lemari pakaian kedua orang tua nya. Disaat itu pihak kepolisian sedang memerikas dan menggeledah semua area tempat tragedi pembunuhan yang menewaskan salah satu korban yaitu seorang Ibu rumah tangga bernama Ibu Martina, berusia 46th.
Korban ditemukan tergeletak, dengan kondisi tubuh penuh darah menyebar kemana mana. Korban (Ibu Martina) dinyatakan meninggal dunia, setelah pihak kepolisi memerikasa dan mengoktopsi korban. Dan dinyatakan juga, bahwa korban mengalami luka dalam dikarenakan beberapa tebasan dan sayatan luka diarea bagian perut, tangan, tenggorokan.
Kemudian sebagian organ tubuhnya juga menghilang seperti kedua bola mata korban, usus besar dan kecil, hati, paru-paru, jantung, terus tiga jari bagian tangan kanan (jari manis, telunjuk, jari tengah.) Dari semua hasil pemeriksaan keadaan yang di alami korban Pembunuhan. Membuat para aparat kepolisian benar-benar kebingungan dengan apa, tujuan dan motif pelaku melakukan semua ini. Bersamaan dengan suasana momen, saat itu juga. Salah satu polisi perempuan bernama Elvi. Melihat adanya sebuah lemari pakaian, yang sedikit terbuka dan terlihat juga adanya jari-jari kaki anak kecil dibelakang pintu lemari baju tersebut. Polisi Elvi mendekat dan berjalan secara perlahan-lahan menghampiri lemari tersebut. Dengan berpikir mungkin, itu adalah salah satu korban Pembunuhan lainnya. Yang belum diketahui oleh pihak kepolisian. Selanjutnya disaat tangannya sudah mulai menggapai daun pintu lemari baju dan berhadapan dengan lemari pakaian korban tersebut. Polisi Elvi langsung membuka secara langsung. Alangkah terkejutnya. Polis Elvi menemuka seorang anak bernama Jesper. Yah, Jesper ditemukan di balik pintu lemari pakaian orang tuanya dengan keadaan kondisi badan yang masih bergemetaran karena ketakutan, terus tatapan matanya juga seperti tatapan kosong. Meskipun begitu Polisi Elvi memperhatikan sekali lagi dan menyadari bahwa tatapan Jesper. Ternyata menghadap, menatap korban atau Ibunya sendiri.
Kemudian saat para pihak kepolisian terus menerus membereskan kasus pembunuhan Ibunya Jesper. Sampai dihari pemakaman Ibu Martina yang merupakan orang tua Jesper. Saat pemakaman dimulai. Derai tangis air mata yang tidak bisa tertahan oleh Jesper, membuat dirinya menangis sekencang kencangnya.
"IBUUU...!!! "
"JANGAN TINGGALIN, AKU IBUU...!!
Mengelus pundak Jesper secara halus oleh sang bibi untuk memenangkan Jesper. Sambil berbicara pada Jesper.
" Bersabarlah, dan lapangkan dada didalam hatimu Jesper. "
" Ingat lah Jesper,.. Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan yang harus kamu. Benar-benar relakan kepergian nya. "
" Iyh bi, Te-Tatapiii... Kalau perpisahan nya seperti ini. Aku belum bisa benar-benar merelakan kepergian Ibu seperti Bi!! "
" Bibi mengerti pasti ini sangat menyakitkan untuk mu, tetapi kamu harus tetap bersabar dan relakan kepergian Ibu mu Jesper. "
" IIIIBBBUUUUU.....!!!!!"
Satu minggu berlalu saat Ibu Jesper Meninggal dunia, Jesper hanya terdiam lemas sambil, menatap langit dijendela kamar tidur nya. Dan saat jam makam malam tiba pun Jesper hanya menatap makananya, sampai pamanya kembali menasehati Jesper.
" Jesper makan lah, nanti kamu sakit. "
" Baik paman, tetapii... Aku masih merasa sedih."
" Aku, tidak mengerti orang yang Aku sayangi pergi untuk selamanya. "
" Dan jika, kepergiannya hanya untuk sementara Aku masih bisa menerima nya. "
" Dan apakah, Tuhan tidak mengerti sama sekali perasaanku. Paman? "
" Maaf Jesper, tidak bisa harus bilang apa, dari pertayaanmu itu. "
" Tetapi, Jesper. Makanlah sayang Bibi mu sudah membuatkan makan itu untuk mu. "
" Ehmm.. Iyah Paman. Aku akan. Melanjutkan makan malamku ini. "
Terus menerus merenung, meratapi rasa kehilangan. Begitu lah Jesper, semangat hidupnya perlahan lahan meredup, bagaikan warna warni yang perlahan menghilang dan hanya warna hitam putih yang selalu mengisi hari-harinya. Tampa adanya seyuman terlihat diwajahnya. Sehingga Paman dan Bibinya, memutuskan untuk membawa Jesper. Ke sebuah Panti Asuhan terdekat dengan rumah mereka. Keputusan ini tidak bermaksud untuk melantarkan Jesper seorang diri, dikarena semenjak Jesper tinggal bersama Ibunya dan. Sedangkan Ayah Jesper Sudah tiada semenjak Jesper berusia 3th. Ayah Jesper tidak ada dalam keluarga, dikarenkan sang Ayah meninggal dunia, gergara mengidap serangan jantung dan disaat itu juga, serangan jantung belum dapat diserang balik. Karena sejak waktu itu belum ada conter attack buat serang balik, serangan nya. Maka sejak saat itu Sang Ayah sudah tiada. Kemudian dilanjutkan dengan tragedi yang Menyerang sang Ibu yang tentu itu bukan sarangan jantung pastinya. Kali ini adalah seorang pembunuh sangat kejam. Yah, Bang**t. Yang membunuh secara keji sampai Jesper merasakan. pengalaman kenangan yang sangat menyeramkan. Maka dari semua yang diamalami oleh Jesper. Paman dan Bibi memutuskan untuk Jesper tinggal di Panti Asuhan anggar dirinya bisa kembali seperti dulu, tidak seperti sekarang. Bagaikan semangat hidup yang sudah tidak ada.
" Jesper dengarkan, dan ingat apa yang Bibi. Ucapkan padamu Jesper. "
" Pesan Bibi untuk mu, hanyalah. Jaga dirimu baik-baik dan kamu harus belajar merelakan setiap orang yang telah berpisah denganmu. "
" Baik itu, hanya sebentar atau pun selamanya. Intinya jangan terlalu berlalu menangisi kepergiannya. "
" Jika kamu begitu, berati kamu tidak bisa benar-benar memiliki hati yang tulus untuk menerima kenyataan hidup yang kamu jalani. "
" Baik, Bibi. Aku akan mengingat pesan Bibi. "
" Dan Aku akan, belanjar untuk menerima, apa yang telah terjadi dalam hidup ku. Meski itu tidak semudah membalikkan sebuah telapak tangan.
" Bibi sangat sayang pada, Jesper. "
" Ohh, iyahh.. Kalau pesan dari paman cuman mau ngasih tau. Kalau kamu mau pulang ke rumah kasih tau dulu paman yah, Jesper. "
" Soalnya kamu tau sendiri, paman kalau pagi sampe sore suka ada di kebun. "
" Seperti biasa tanam sayuran dan buah-buhan buat kita masak. "
" Iyh, Aku paham ko, Paman. "
" Bagus lahh.. Kalau begitu, Jesper. "
Semenjak saat itu pada tanggal 21 Februari 1957, pukul 09:00 Pagi. Jesper kini tinggal Panti Asuhan terdekat yang tentu tidak jauh dari rumah Paman dan Bibi nya. Membuka lembaran hidup, mungkin itu yang kini Jesper rasakan. Berkenalan dengan orang yang akan mengisi kehampaan didalam hati dan pikirannya sekarang.