Tahun= 2025
Hari = Selasa
Tanggal = 25
Bulan = February
Langit sore memancarkan semburat oranye keemasan saat mobil yang ditumpangi **Liora** melaju melewati gerbang utama **Fopuveria Foundation**.
Ia menatap ke luar jendela, melihat gedung-gedung megah yang perlahan menghilang di kejauhan.
Perasaan campur aduk memenuhi hatinya—antara kebahagiaan bisa pulang dan kelegaan setelah melewati berbagai cobaan.
Di sampingnya, **Arya**, sang ayah, menyetir dengan tenang. Wajahnya memancarkan ketenangan, namun sesekali ia melirik putrinya dengan senyum kecil. "Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyanya lembut.
Liora menoleh, matanya bertemu dengan mata ayahnya. "Aku merasa lebih baik, Ayah. Rasanya seperti beban berat telah terangkat," jawabnya dengan senyum tipis.
Arya mengangguk. "Itu bagus. Rumah sudah disiapkan untuk menyambutmu. Ibumu pasti sangat senang melihatmu kembali."
Liora menghela napas pelan. "Aku juga rindu padanya. Banyak hal yang ingin kuceritakan."
Sesampainya di rumah, **Nadira**, ibunya, menyambut mereka dengan pelukan hangat. Aroma masakan rumah memenuhi udara, menghadirkan suasana hangat dan nyaman. "Selamat datang kembali, sayang," ucap Nadira sambil mencium kening putrinya.
Malam itu, mereka makan malam bersama. Tawa dan cerita memenuhi meja makan, mengusir kekhawatiran yang sempat menghantui mereka. Liora merasa bahagia, dikelilingi oleh orang-orang yang ia cintai.
***
Beberapa hari kemudian, Liora duduk di depan komputernya. Cahaya layar memantulkan wajahnya yang tenang namun penuh tekad. Sudah lama ia tidak muncul di hadapan jutaan subscribernya. Hari ini, ia memutuskan untuk memberikan pernyataan resmi.
Setelah menyiapkan segala sesuatunya, ia menekan tombol 'live'. Wajahnya muncul di layar, disambut oleh ribuan pesan dari para penggemar yang sudah menantikannya.
"Halo semuanya," sapanya dengan senyum hangat. "Aku tahu sudah lama tidak muncul, dan mungkin kalian bertanya-tanya apa yang terjadi."
Ia menarik napas sejenak sebelum melanjutkan. "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kesabaran kalian. Beberapa waktu terakhir, aku mengalami hal-hal yang mengharuskan aku mengambil jarak sejenak. Tapi sekarang, aku kembali dengan semangat baru."
Pesan-pesan dukungan mengalir di kolom komentar. "Kami merindukanmu!", "Senang melihatmu kembali!", "Kesehatanmu yang terpenting!"
Liora tersenyum haru membaca setiap pesan. "Kalian benar-benar luar biasa. Namun, ada hal penting yang ingin aku sampaikan."
Wajahnya menjadi lebih serius. "Akhir-akhir ini, ada beberapa informasi pribadi tentang diriku yang tersebar tanpa izin. Aku ingin menegaskan bahwa privasi adalah hal yang sangat penting. Aku berharap kita semua bisa saling menghormati. Bagi mereka yang menyebarkan informasi palsu atau hoaks tentangku, aku mohon untuk berhenti. Mari kita ciptakan komunitas yang positif dan saling mendukung."
Ia menatap kamera dengan tulus. "Aku membagikan banyak hal dengan kalian, tapi ada juga sisi pribadi yang kuharapkan bisa tetap menjadi milikku. Terima kasih atas pengertian kalian."
Setelah itu, suasana menjadi lebih ringan. Liora berbagi rencana konten baru, berinteraksi dengan para penggemar, dan kembali menciptakan suasana akrab yang dirindukan banyak orang.
***
Sementara itu, di laboratorium pribadinya, Arya tenggelam dalam pekerjaannya. Sebagai ilmuwan terkemuka, ia selalu mencari cara untuk membawa perubahan positif di dunia sains. Malam ini, ia tengah mengembangkan prototipe teknologi baru yang diharapkan bisa membantu banyak orang.
Nadira masuk sambil membawa secangkir teh hangat. "Istirahatlah sejenak," ujarnya sambil meletakkan cangkir di meja kerja.
Arya menoleh dan tersenyum. "Terima kasih. Aku terkadang lupa waktu saat bekerja."
Nadira duduk di sampingnya. "Aku tahu kau selalu bersemangat dengan penelitianmu. Tapi jangan lupa menjaga kesehatan."
Arya mengangguk. "Kau benar. Apalagi sekarang Liora sudah kembali, aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama kalian."
Mereka berbincang ringan tentang berbagai hal, dari perkembangan teknologi hingga rencana liburan keluarga. Kehangatan itu terasa menyelimuti ruangan, mengusir kesendirian yang sering menghampiri Arya saat bekerja.
***
Kembali ke kamar Liora, jam sudah menunjukkan larut malam.
Setelah beberapa jam live streaming, ia akhirnya memutuskan untuk mengakhiri siaran. "Terima kasih sudah menemani malam ini. Aku sangat menghargai setiap dari kalian. Sampai jumpa di kesempatan berikutnya!" ujarnya sambil melambaikan tangan.
Setelah menutup laptopnya, Liora meregangkan tubuh.
Keletihan terasa, namun hatinya senang bisa kembali berinteraksi dengan para penggemarnya.
Ia berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit.
Sebelum memejamkan mata, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari **Mika** masuk. "Selamat atas comeback-mu! Kamu hebat malam ini."
Liora tersenyum dan membalas, "Terima kasih, Mika. Dukunganmu selalu berarti."
Setelah meletakkan ponsel, ia menutup mata
***
Di lain sisi, Arya mengadakan presentasi besar mengenai penelitiannya.
Di hadapan para ilmuwan dan investor, ia memaparkan inovasinya dengan penuh semangat.
Teknologi yang dikembangkannya memiliki potensi besar untuk revolusi di bidang kesehatan.
Setelah presentasi usai, tepuk tangan meriah menggema di ruangan.
Seorang kolega mendekatinya. "Arya, seperti biasa, ide-ide brilianmu tak pernah berhenti mengagumkan."
Arya tersenyum. "Terima kasih. Aku berharap ini bisa membawa manfaat bagi banyak orang."
***
Malam tiba, Liora bersiap untuk tidur. Sebelum mematikan lampu, ia menulis di jurnal pribadinya.
"Hari ini, aku merasa utuh. Meskipun ada tantangan, aku dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaiku. Aku berjanji akan terus berusaha menjadi versi terbaik dari diriku."
Setelah menutup buku, ia berbaring dan menatap bintang-bintang melalui jendela. Sebuah bintang jatuh melintas, membuatnya tersenyum.
"Esok adalah hari baru," gumamnya. Dengan perasaan tenang, ia memejamkan mata.
***
Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui tirai, membangunkan Liora dengan lembut. Suara kicau burung terdengar dari luar, menambah kesegaran pagi itu. Ia bangkit dan meregangkan tubuh, merasa energik dan siap memulai hari.
Di meja makan, Nadira menyajikan sarapan favoritnya. "Selamat pagi, sayang. Tidurmu nyenyak?"
"Nyenyak sekali, Bu. Aku merasa sangat segar hari ini," jawab Liora sambil mencium pipi ibunya.
Arya duduk sambil membaca koran, namun matanya terangkat ketika Liora datang. "Pagi, Liora. Ada rencana apa hari ini?"
"Aku berpikir untuk membuat vlog tentang kegiatan sehari-hariku. Banyak subscriber yang penasaran dengan keseharianku," katanya sambil menuangkan susu ke dalam gelas.
Nadira tersenyum. "Itu ide bagus. Mereka pasti senang melihat sisi lain darimu."
Setelah sarapan, Liora pergi ke taman belakang untuk merekam beberapa bagian vlognya. Ia berbicara dengan ceria tentang hobinya, keluarganya, dan hal-hal kecil yang membuatnya bahagia.
Saat sedang merekam, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari **Sara** muncul di layar. "Hai, Sara! Ada apa?" sapanya.
"Hei, Liora! Aku baru saja melihat videomu kemarin. Pesan tentang privasi itu sangat mengena. Banyak orang yang terinspirasi," kata Sara dengan antusias.
Liora tersenyum. "Aku senang jika bisa membantu. Privasi memang penting, dan aku berharap pesan itu bisa menyadarkan banyak orang."
"By the way, kita ada meeting di agensi besok. Jangan lupa datang ya!"
"Tentu, aku akan ada di sana. Terima kasih sudah mengingatkan."
Setelah menutup panggilan, Liora melanjutkan vlognya melalui avatar virtualnya
***
Di kantor Fopuveria Foundation, Arya menerima telepon penting. Wajahnya tampak serius saat mendengarkan lawan bicaranya. Setelah percakapan usai, ia tersenyum lega.
Maya, asistennya, mendekat. "Kabar baik, Pak?"
"Ya, investasi untuk proyek kita disetujui. Ini akan membuka peluang besar bagi penelitian kita selanjutnya."
"Selamat, Pak. Saya yakin ini akan membawa perubahan besar."
Arya mengangguk. "Terima kasih atas kerja keras tim. Kita akan merayakannya nanti."
***
Malam harinya, keluarga mereka berkumpul di ruang keluarga. Liora menonton kembali vlog yang ia buat sambil meminta pendapat orang tuanya.
"Menurut kalian bagaimana?" tanyanya.
Nadira menatap layar dengan bangga. "Kau tampil alami dan menyenangkan. Pasti banyak yang menyukainya."
Arya menambahkan, "Pesan yang kau sampaikan juga penting. Teruslah menjadi dirimu sendiri."
Liora tersenyum lebar. "Terima kasih. Dukungan kalian berarti segalanya bagiku."
Setelah itu, mereka menonton film bersama, tertawa, dan menikmati kebersamaan.
Saat jam menunjukkan waktu tidur, Liora berdiri dan meregangkan tubuh. "Aku akan tidur dulu. Besok ada meeting di agensi."
Nadira bangkit dan memeluk putrinya. "Selamat tidur, sayang. Semoga mimpi indah."
"Selamat malam, Bu. Selamat malam, Ayah."
Setelah masuk ke kamarnya, Liora menyiapkan diri untuk tidur. Sebelum memadamkan lampu, ia melihat ke cermin dan tersenyum pada bayangannya sendiri.
"Kau sudah melakukan yang terbaik," bisiknya pada diri sendiri.
Ia memejamkan mata.
Pagi itu, langit di Kota Evulia tampak cerah berwarna keemasan.
**Isabella** berdiri di depan jendela besar di kantor agensi **Lololope**,
memandangi hiruk-pikuk kota.
Jalanan mulai padat, kendaraan berlalu-lalang seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti.
Isabella tersenyum tipis.
Hari ini, agensinya akan mengadakan rapat besar dengan semua anggota.
Di ruang rapat, suasananya sudah mulai ramai. **Mika**, **Sara**, **Hana**, dan anggota lainnya saling berbincang sambil menikmati kopi pagi.
Ruangan itu dihiasi dengan poster-poster karya mereka, menggambarkan perjalanan panjang kelompok ini.
"Eh, udah lama ya kita nggak kumpul lengkap begini," ucap Mika sambil menyeruput kopinya.
"Iya nih, kangen juga suasana kayak gini," tambah Sara sambil tersenyum.
Pintu terbuka, Isabella masuk dengan aura percaya diri yang khas. "Selamat pagi, teman-teman!" sapanya hangat.
"Selamat pagi!" mereka serempak menjawab.
Isabella mengambil tempat di depan, membuka laptopnya dan menampilkan presentasi di layar proyektor. "Terima kasih udah pada datang. Hari ini kita bakal bahas rencana besar buat ke depannya."
Hana mengangkat tangan. "Apa kejutan kali ini, Bella?"
Isabella tersenyum misterius. "Jadi gini, kita rencananya mau ngadain event kolaborasi lintas platform. Kita akan memanfaatkan teknologi VR terbaru buat bikin konten yang lebih interaktif dan seru buat para fans."
Mata Mika berbinar. "Wah, seru tuh! Jadi kayak kita bisa 'ketemu' fans secara virtual?"
"Betul banget," jawab Isabella. "Bayangin, kalian bisa perform langsung di hadapan mereka, meski secara virtual. Interaksi jadi lebih dekat."
Sara tampak berpikir. "Tapi butuh persiapan ekstra nih. Teknologinya juga pasti kompleks."
Isabella mengangguk. "Makanya, kita harus bekerja sama dan saling bantu. Aku yakin dengan tim solid kayak kita, semua bisa terlaksana dengan baik."
Suasana rapat makin hangat. Mereka saling lempar ide, tertawa, dan berdiskusi dengan semangat.
---
Sementara itu, di laboratorium canggih, **Arya** tengah sibuk dengan proyek inovatifnya di bidang kesehatan. Ruangan itu dipenuhi peralatan modern, layar monitor yang menampilkan data kompleks, dan suara mesin yang berdengung halus.
"Pak Arya, hasil uji coba terakhir menunjukkan peningkatan efisiensi hingga 90%," lapor **Maya** sambil menyerahkan tablet berisi data.
Arya menatap data itu dengan mata berbinar. "Bagus sekali! Ini pencapaian besar. Kalau kita bisa mempertahankan stabilitasnya, teknologi ini bakal membawa perubahan besar di dunia medis."
Maya tersenyum. "Tim kita bekerja keras untuk ini, Pak. Semua berkat arahan Anda juga."
Arya menghela napas lega. "Semua demi kemajuan bersama. Aku selalu bermimpi bisa menciptakan teknologi yang bisa menyelamatkan banyak nyawa."
Mereka berjalan menuju ruang uji klinis, melihat para peneliti lain yang bekerja dengan penuh dedikasi. Ada perasaan bangga dan haru yang mengalir di hati Arya melihat semangat timnya.
"Pak, Anda harus istirahat juga. Sudah seharian penuh di sini," ujar Maya dengan nada khawatir.
Arya tertawa kecil.
---
Di luar gedung agensi, **Liora** keluar dengan langkah ringan. Setelah rapat yang penuh inspirasi tadi, hatinya dipenuhi semangat baru.
Di depan gedung, sebuah **GOLEBA BIKE**—motor listrik—telah menunggunya. **Rafi**, kurir muda yang ramah, berdiri sambil melambaikan tangan.
"Siang, Mbak Liora! Siap antar pulang nih," sapanya dengan senyum lebar.
Liora membalas senyum itu. "Hai, Rafi! Makasih ya udah jemput."
Mereka berdua naik ke motor itu. Mesin elektriknya nyaris tanpa suara saat mulai berjalan, meninggalkan kesan futuristik.
Dalam perjalanan, Rafi membuka percakapan. "Gimana hari ini, Mbak? Kayaknya seru banget."
"Seru sih, kita habis bahas proyek baru yang bikin semangat," jawab Liora ceria.
Rafi menoleh sebentar. "Wah, pasti konten-konten baru yang ditunggu fans dong?"
"Iya, semoga aja mereka suka. Eh, ngomong-ngomong, kamu suka nonton channel kita nggak?"
Rafi tertawa kecil. "Jujur aja nih, saya fans berat Mbak Liora. Konten-kontennya selalu menghibur dan inspiratif."
Liora tersipu malu. "Ah, masa sih? Makasih ya. Senang dengarnya."
Mereka terus ngobrol sepanjang perjalanan.
Rafi bercerita tentang impiannya kuliah di bidang teknologi lingkungan, ingin berkontribusi pada bumi yang lebih hijau.
"Keren banget impian kamu. Semoga tercapai ya!" kata Liora dengan tulus.
"Amin, makasih doanya, Mbak."
Tak terasa, mereka tiba di depan rumah Liora. "Makasih banyak ya udah nganterin," ucap Liora sambil turun dari motor.
"Sama-sama, Mbak. Senang bisa ngobrol. Hati-hati ya."
Liora melambaikan tangan sebelum masuk ke rumah.
---
Di rumah, **Nadira**, ibunya, sedang menyiapkan makan malam. Aroma masakan khas rumah langsung memenuhi hidung Liora begitu ia masuk.
"Wah, enak nih bau masakannya," kata Liora sambil mendekati dapur.
Nadira menoleh. "Baru pulang ya sayang? Ibu masak sup kesukaanmu."
"Pas banget, perut lagi kangen masakan Ibu."
Setelah meletakkan barang-barangnya, Liora menuju kamar mandi. Air hangat dari shower membuat tubuhnya rileks. "Ah, segar banget," pikirnya.
Usai mandi, ia mengenakan piyama favoritnya dan menuju meja makan. Nadira sudah menata hidangan dengan rapi.
"Makan dulu biar segar," kata Nadira sambil menuangkan air putih.
Mereka makan sambil bercerita. Liora menceritakan tentang rapat di agensi, ide-ide baru, dan pertemuannya dengan Rafi.
"Senang dengar kamu banyak pengalaman seru," kata Nadira dengan senyum lembut.
Setelah makan, Liora merasa matanya mulai berat. "Bu, kayaknya aku tidur duluan ya. Capek banget rasanya."
"Istirahat yang cukup ya, besok pasti banyak aktivitas lagi."
Liora masuk ke kamarnya. Ia sempat melirik laptop di meja, tapi memutuskan untuk tidak membuka media sosial malam ini.
"Besok aja deh," gumamnya.
Ia merebahkan diri di tempat tidur, menarik selimut hingga leher. Matanya menatap langit-langit, pikiran melayang pada hari yang telah dilalui.
"Semoga besok lebih baik lagi," katanya pelan sebelum akhirnya tertidur pulas.
---
Sementara itu, di laboratorium, Arya akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal. Dalam perjalanan pulang, ia merasakan angin malam yang sejuk. Pikirannya kembali pada keluarga, terutama Liora.
"Sekarang waktunya luangkan lebih banyak waktu buat mereka," batinnya.
Pagi itu, matahari bersinar cerah menyambut **Liora** yang melangkah masuk ke gedung agensi **Lololope**. Hari ini adalah hari penting—proses pembuatan VR untuk acara kolaborasi mereka akan dimulai. Suasana kantor rame banget, semua orang sibuk dengan tugas masing-masing. **Isabella** berdiri di tengah ruangan, memberikan arahan dengan semangat.
"Guys, pastikan semua peralatan udah siap ya! Kita nggak boleh gagal di project besar ini," serunya dengan antusias.
**Mika**, yang bertanggung jawab di bagian desain karakter, menghampiri Liora. "Lio, gue butuh input nih soal detail avatarmu di VR nanti. Ada ide khusus nggak?"
Liora tersenyum lebar. "Hmm, gue pengen ada sentuhan sparkle di rambut, biar kelihatan lebih magical. Terus, tambahin aksesoris kuping kelinci yang gemes gitu."
Mika tertawa kecil. "Siap deh, bakal gue eksekusi secepatnya."
Di sudut lain, **Sara** dan **Hana** sibuk menyusun skenario interaksi dengan fans. "Kita harus bikin pengalaman yang beda dari biasanya," kata Sara sambil mencoret-coret sketsa di tablet.
"Setuju banget. Mungkin kita bisa adain mini-games atau quiz interaktif, biar fans lebih engaged," timpal Hana.
Waktu berlalu cepat saat mereka semua tenggelam dalam pekerjaan. Tim developer mulai mengintegrasikan desain karakter dengan lingkungan VR. Liora mencoba versi awal dari avatarnya. Begitu masuk ke dunia virtual, dia terpesona melihat betapa nyata dan indahnya semuanya.
"Wow, ini keren banget! Gue bener-bener kayak masuk ke dunia lain," katanya dengan mata berbinar.
Isabella menghampiri dengan senyum puas. "Gimana, suka?"
"Suka banget! Nggak sabar pengen nunjukin ke fans," jawab Liora dengan semangat.
Setelah seharian penuh kerja keras, akhirnya tahap pertama pembuatan VR selesai.
Mereka merencanakan soft opening minggu depan.
Semua orang tampak puas dan bersemangat dengan hasil hari ini.
"Liora, lo mau kita anter pulang bareng?" tanya Mika sambil merapikan barang-barangnya.
Liora menggeleng sambil tersenyum. "Nggak usah, gue mau nyobain **JEKO** buat pulang."
JEKO merilis layanan transportasi berupa mobil listrik.
Liora penasaran pengen nyobain setelah denger banyak cerita dari teman-temannya.
Keluar dari gedung, dia membuka aplikasi JEKO dan memesan kendaraan.
Nggak lama kemudian, mobil putih futuristik berhenti di depannya.
Pintu terbuka otomatis, dan suara asisten virtual menyapa.
"Selamat sore, Nona Liora. Tujuan Anda adalah (kok kalian kepo sih). Apakah betul ?"
Liora masuk sambil tertawa kecil. "Iya, betul kok."
Mobil mulai bergerak dengan halus.
Di dalamnya, ada layar hiburan yang menawarkan berbagai konten. Liora memilih playlist musik santai berjudul fire and water
Tiba-tiba, layar menampilkan pesan. "Ingin mencoba fitur baru kami, 'Chat with JEKO'?"
"Boleh juga nih," gumamnya sambil menekan tombol 'Ya'.
Suara asisten virtual kembali terdengar. "Apa kabar hari ini, Liora? Bagaimana perjalanan Anda?"
"Baik kok. Hari ini seru banget, kita lagi bikin project VR buat acara kolaborasi," jawabnya dengan antusias.
"Wow, itu pasti menarik. Semoga proyek Anda sukses," balas asisten virtual dengan nada ramah.
Liora terkekeh. "Asisten virtual aja bisa kasih semangat. Keren juga."
Perjalanan terasa singkat dengan obrolan ringan tersebut.
Sesampainya di depan rumah, Liora turun sambil melambaikan tangan ke kamera di mobil itu. "Makasih ya, JEKO!"
Malam mulai menyelimuti kota.
Setelah mandi dan ganti pakaian santai, Liora merasa belum terlalu ngantuk. "Kayaknya enak nih kalau live stream sebentar," pikirnya.
Dia menyalakan peralatan streaming-nya. Malam ini, dia memutuskan untuk melakukan **ASMR live stream**—konten yang ditunggu-tunggu para fans. Setelah semuanya siap, dia menyalakan kamera dan memulai siaran.
"Hey semua! Selamat malam," sapa Liora dengan suara lembut. "Hari ini kita santai-santai sambil ASMR ya."
Kolom chat langsung rame.
"Finally ASMR lagi!"
"Kangen banget sama suara lembutmu, Liora yang terdengar crispy dan mphs💋!"
"Semoga harimu menyenangkan ya!"
Liora tersenyum melihat antusiasme mereka. "Makasih banyak udah pada hadir. Hari ini aku mau bacain cerita pendek sambil ditemani suara hujan. Siapin teh hangat kalian ya!"
Dia mulai membacakan cerita dengan intonasi yang menenangkan, suara hujan buatan mengalun pelan di background.
Suasana jadi adem dan cozy banget. Para fans terpaku, menikmati setiap kata yang diucapkannya.
Seiring waktu berlalu, mata Liora mulai terasa berat. Rasa kantuk menyerang, tapi dia berusaha tetap fokus.
"Ah, maaf kalau aku terdengar sedikit lelah. Hari ini cukup panjang," ucapnya sambil tersenyum tipis.
"Gapapa kok, Liora! Jangan forsir diri ya!"
"Kalau capek, istirahat aja!"
Pesan-pesan dari fans membuatnya terharu. "Kalian baik banget. Oke, mungkin kita akhiri sebentar lagi ya."
Namun, tanpa disadari, Liora mulai terlelap. Kepala-nya perlahan bersandar di meja, napasnya terdengar teratur.
Avatarnya di layar masih aktif, menampilkan wajah Liora yang tertidur dengan damai.
Para fans yang menyaksikan kejadian itu merasa gemas.
"Ya ampun, dia ketiduran!"
"Lucu banget sih!"
"Semoga mimpi indah ya, Liora."
Moderator yang bertugas kebingungan sejenak, lalu memutuskan untuk membiarkan live stream tetap berjalan sebentar sambil memasang pesan overlay: "Liora tertidur. Mari kita doakan dia mimpi indah."
Malam semakin larut.
Cahaya layar komputer menerangi wajah Liora yang tampak tenang. Suara napasnya menjadi ASMR alami yang menenangkan para penonton. Satu per satu, fans meninggalkan pesan hangat sebelum keluar dari live stream.
"Selamat tidur, Liora."
"Kami selalu mendukungmu."
"Kamu pantas mendapatkan istirahat yang nyenyak."
Akhirnya, moderator menutup live stream demi privasi Liora. "Terima kasih sudah menonton. Sampai jumpa besok ya!" tulisnya sebelum mengakhiri siaran.
***
Keesokan paginya, sinar matahari menyelusup masuk melalui celah tirai, membangunkan Liora.
Dia membuka mata dengan perlahan, merasa sedikit bingung. "Eh, gue ketiduran ya?" gumamnya sambil melihat keadaan sekitarnya.
Melihat peralatannya masih menyala, Liora teringat live stream semalam. "Oh no, jangan-jangan gue ketiduran pas live!" Dia segera mengecek ponselnya.
Banyak pesan masuk, termasuk dari teman-temannya.
**Mika**: "Lio, lo ketiduran lucu banget sih semalam. Fans pada khawatir tuh."
**Sara**: "Semoga tidurmu nyenyak ya. Jangan lupa sarapan!"
Liora tersenyum membaca pesan-pesan itu.
Dia membuka sosial media dan melihat banyak komentar positif dari fans yang mengkhawatirkannya.
"Terima kasih banyak atas perhatian kalian. Maaf ya semalam aku ketiduran di tengah live, hehe. Kalian emang terbaik deh!" tulisnya di sebuah postingan.
Hari itu, Liora merasa hatinya hangat. Dukungan dari orang-orang sekitar membuatnya semakin semangat menjalani hari.
Dia bertekad untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik.
Saat sarapan, **Nadira**, ibunya, menghampiri. "Tidurmu nyenyak, sayang?"
Liora mengangguk sambil menyantap roti bakar. "Iya, Bu. Mungkin tadi malam kecapekan banget sampai ketiduran pas live."
Nadira tertawa lembut. "Yang penting kamu jaga kesehatan ya. Jangan forsir diri."
"Iya, Bu. Pasti," jawab Liora dengan senyum.
***
Sementara itu, di agensi, tim sedang mempersiapkan tahap selanjutnya untuk acara kolaborasi VR. Isabella mengadakan meeting singkat untuk membahas progress.
"Guys, kita dapat feedback positif dari demo awal kita. Fans pada excited banget," ujarnya dengan semangat.
"Nice! Berarti usaha kita nggak sia-sia," kata Hana sambil tersenyum.
Mika menambahkan, "Kita harus pastikan semua berjalan lancar pas hari H. Bagian teknis harus diperhatikan banget."
Isabella mengangguk. "Setuju. Makanya, koordinasi antar tim harus solid. Kalau ada kendala, segera lapor ya."
Mereka semua setuju dan kembali fokus pada tugas masing-masing.
***
Di sore hari, Liora memutuskan untuk jalan-jalan sejenak ke taman kota. Udara segar dan pemandangan hijau membuatnya rileks. Dia duduk di bangku sambil menikmati es krim, memandangi anak-anak yang bermain dengan riang.
"Pemandangan kayak gini bikin hati tenang," pikirnya.
Ponselnya berdering, panggilan dari **Arya**, ayahnya. "Halo, Ayah?"
"Halo, Liora. Lagi apa?"
"Lagi di taman nih, refreshing sebentar. Ada apa, Yah?"
"Ayah cuma mau bilang kalau proyek Ayah berjalan lancar. Mungkin malam ini Ayah pulang agak telat."
"Oh, oke. Jangan lupa makan ya, Yah. Jangan terlalu cape juga."
Arya tertawa. "Iya, makasih perhatiannya. Kamu juga jaga diri ya."
Setelah menutup telepon, Liora merasa bangga pada ayahnya.
***
Malam harinya, Liora memutuskan untuk tidak live streaming. "Istirahat dulu deh hari ini," gumamnya.
Dia menghabiskan waktu dengan menonton film favorit sambil menikmati camilan. Nadira bergabung bersamanya, dan mereka tertawa bersama menyaksikan adegan lucu.
"Kapan terakhir kali kita quality time kayak gini ya?" tanya Nadira.
"Udah lama banget kayaknya. Senang deh bisa santai bareng Ibu."
Setelah film usai, Liora merasa matanya mulai berat. "Kayaknya aku tidur dulu ya, Bu."
"Baiklah, sayang. Selamat tidur. Mimpi indah."
"Selamat malam, Bu."
Di kamarnya, Liora merebahkan diri di tempat tidur. Sebelum tidur, dia menuliskan beberapa kalimat di jurnal pribadinya.
"Aku sangat mencintai kalian semuanya yang sudah baca novel ku sampai Di BAB 25/26😘💋❤️."
Dengan senyuman di wajah, Liora memejamkan mata.
Sesampainya di rumah, Nadira menyambutnya di pintu. "Baru pulang? Tumben nggak sampai tengah malam."
Arya tersenyum. "Iya, pikir-pikir kerjaan bisa ditunda besok. Keluarga lebih penting."
Mereka duduk di ruang tamu, berbincang ringan sambil menikmati teh hangat..
Pagi ini, matahari baru aja nongol di ufuk timur, sinarnya masuk lewat celah tirai kamar **Liora**, bikin ruangan jadi hangat.
Suara alarm pelan terdengar dari ponselnya, ngebangunin dia dari tidur lelap. Liora membuka mata perlahan, masih setengah sadar. Dia meraih ponsel di samping bantal, mematikan alarm sambil menguap kecil.
"Ah, hari yang penting," gumamnya sambil tersenyum tipis.
Dia bangkit dari tempat tidur, meregangkan badan sambil melihat pemandangan luar dari jendela. Langit biru cerah tanpa awan, pertanda cuaca bakal bagus seharian. Cocok banget buat acara kolaborasi VR yang udah lama dia tunggu.
Setelah mandi dan menyegarkan diri, Liora berdiri di depan lemari pakaian, bingung milih baju. "Pengen tampil keren tapi tetep nyaman," pikirnya. Akhirnya dia memutuskan pakai dress casual berwarna pastel yang manis, dipadu dengan jaket denim kesayangannya. Rambut panjangnya dia kuncir setengah, biar nggak terlalu ribet tapi tetap stylish.
Turun ke lantai bawah, aroma harum kopi dan roti panggang menyambutnya. **Nadira**, ibunya, sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Pagi, sayang! Udah siap buat hari ini?" sapa Nadira dengan senyum hangat.
"Pagi, Bu! Siap dong. Deg-degan juga sih, tapi excited banget," jawab Liora sambil duduk di meja makan.
"Ya wajar lah, acara besar kan. Sarapan dulu biar kuat," kata Nadira sambil meletakkan sepiring roti panggang telur di depannya.
Liora memakan sarapannya sambil ngobrol ringan dengan ibunya. Mereka membahas acara hari ini, apa aja yang bakal dilakukan, dan harapan-harapan Liora. Setelah selesai, dia melihat jam tangan. "Wah, udah waktunya berangkat nih."
"Udah Ayah pesenin **GOLEBA CAR** buat kamu. Harus on time ya," ujar Nadira.
"Yeay, makasih, Bu! Aku berangkat dulu ya."
"Semangat ya, sayang! Jangan lupa kasih kabar kalau sudah sampai."
---
Di depan rumah, sebuah **GOLEBA CAR**—mobil listrik otomatis tanpa supir—sudah menunggu.
Pintu terbuka otomatis saat Liora mendekat.
"Selamat pagi, Liora," suara asisten virtual terdengar dari dalam mobil. "Tujuan Anda adalah Agensi Lololope. Apakah betul?"
"Betul banget," jawab Liora sambil masuk dan duduk di kursi yang empuk.
Mobil mulai bergerak dengan mulus, melaju di jalanan kota yang mulai sibuk.
Liora menikmati perjalanan sambil melihat pemandangan luar. Di dalam mobil, layar interaktif menampilkan berita terbaru dan update cuaca.
"Asisten, putar playlist favoritku dong," pintanya.
"Tentu, memutar playlist 'Liora's Mood Booster'," balas asisten virtual.
Musik pop upbeat mengalun, bikin mood Liora makin bagus. Nggak terasa, mereka sudah sampai di depan gedung agensi.
"Anda telah tiba di tujuan. Semoga harimu menyenangkan, Liora," ujar asisten virtual.
"Makasih banyak!" Liora keluar dari mobil, melambaikan tangan sebelum pintu menutup dan mobil pergi.
---
Di dalam agensi, suasana rame banget.
Semua orang sibuk mempersiapkan acara kolaborasi VR yang bakal dimulai sebentar lagi. **Isabella** menghampiri Liora dengan wajah sumringah.
"Finally, kamu datang juga! Kita hampir siap nih," katanya.
"Sorry ya kalau telat sedikit. Tadi jalanan agak macet," jawab Liora.
"Nggak masalah kok. Yuk, kita ke ruang makeup dulu. Abis itu langsung ke studio."
Liora diantar ke ruang makeup, di mana **Mika** dan timnya sudah siap membantu. "Hai Lio! Duduk sini, kita bikin kamu makin cantik hari ini," ucap Mika.
"Ah, kamu bisa aja. Tapi boleh deh," Liora tertawa.
Sambil di-makeup, mereka ngobrol santai.
Mika bercerita tentang antusiasme fans yang udah nggak sabar nunggu acara ini. "Banyak yang mention di sosmed, mereka excited banget," katanya.
"Semoga aja semuanya berjalan lancar ya," balas Liora.
Setelah selesai, Liora melihat dirinya di cermin.
Makeup natural dengan sentuhan glitter membuatnya terlihat fresh. "Perfect!" serunya.
Mereka bergerak ke studio utama, di mana perangkat VR canggih sudah terpasang.
Ada panggung khusus dengan sensor motion capture yang akan menangkap gerakan mereka secara real-time.
**Sara**, **Hana**, dan anggota lain sudah siap dengan kostum dan peralatan masing-masing.
Isabella mengumpulkan mereka untuk briefing terakhir. "Oke, ini saatnya. Kita udah latihan berkali-kali, jadi aku yakin kalian bisa. Ingat, have fun dan jaga komunikasi. Kalau ada kendala teknis, tetap tenang, tim support kita siap membantu."
Semua mengangguk dengan semangat. "Siap, bos!"
Acara dimulai. Liora memakai headset VR dan memasuki dunia virtual yang telah mereka desain bersama.
Begitu membuka mata, dia berada di sebuah kota futuristik dengan langit malam penuh bintang dan lampu-lampu neon berwarna-warni.
"Wow, keren banget!" gumamnya.
Di depannya, avatarnya sendiri muncul dengan detail yang menakjubkan.
Pakaian dengan aksesoris kuping kelinci dan efek sparkle di rambut membuatnya terlihat mempesona.
"Hei, Liora!" suara **Sara** terdengar. Dia muncul dengan avatarnya yang stylish.
"Hey Sara! Tempat ini luar biasa ya," jawab Liora.
Para fans mulai bergabung dalam dunia virtual tersebut.
Mereka muncul sebagai avatar sederhana yang bisa berinteraksi langsung.
Chatbox dan emote-emote lucu bermunculan.
"Welcome to our VR World!" sapa Isabella melalui sistem suara.
Acara berjalan lancar. Mereka melakukan berbagai kegiatan interaktif: dari mini-games, kuis, hingga sesi tanya jawab langsung. Salah satu game favorit adalah mencari harta karun virtual, di mana fans bisa berkeliling dunia VR untuk menemukan item khusus.
Liora dan timnya juga menampilkan performa musik dengan efek visual yang memukau.
Gerakan mereka tertangkap sempurna oleh sensor, membuat avatarnya terlihat hidup dan energik.
Di tengah acara, tiba-tiba ada kejutan dari tim teknis.
Mereka menambahkan fitur 'fly mode' yang memungkinkan Liora dan teman-teman terbang di atas kota virtual sambil menyapa fans.
"Ini gila banget! Kita bisa terbang!" seru Hana dengan gembira.
Para fans histeris, pengalaman ini benar-benar di luar ekspektasi mereka.
Setelah beberapa jam, acara mencapai puncaknya dengan pertunjukan kembang api virtual yang spektakuler. Langit malam dipenuhi warna-warni cahaya, menciptakan suasana magis.
"Terima kasih banyak sudah bergabung dengan kami hari ini! Kalian luar biasa!" ujar Liora dengan tulus.
Acara ditutup dengan tepuk tangan virtual dan pesan-pesan hangat dari fans.
---
Sementara itu, di tempat lain, **Fopuveria Foundation** yang dipimpin oleh **Arya** mendapatkan keuntungan besar dari inovasi teknologi kesehatannya.
Produk nano-capsule yang mereka kembangkan berhasil menarik minat investor internasional.
Teknologi ini dianggap revolusioner karena mampu mendeteksi dan mengobati penyakit dari dalam tubuh secara efektif.
"Ayah, selamat ya atas keberhasilannya!" ucap **Maya**, asistennya, sambil menyerahkan laporan keuangan.
"Terima kasih, Maya. Ini berkat kerja keras tim kita," jawab Arya dengan rendah hati.
Keuntungan ini memungkinkan mereka untuk memperluas riset dan membantu lebih banyak orang.
Arya berencana membangun pusat penelitian baru dan memberikan beasiswa bagi peneliti muda berbakat.
"Dengan begini, kita bisa membuat dampak yang lebih besar di dunia kesehatan," pikirnya.
---
Kembali ke agensi, setelah acara kolaborasi selesai, semua orang berkumpul di ruang lounge untuk evaluasi dan sedikit perayaan kecil.
"Guys, tadi keren banget! Acara berjalan lancar, fans pada puas," kata Isabella sambil mengangkat gelas minumannya.
"Setuju! Gue tadi sempet nervous, tapi ternyata seru abis," tambah Sara.
Liora duduk sambil menikmati minuman dingin. "Thanks banget ya semuanya. Ini pengalaman yang nggak bakal gue lupain."
"Eh, ada yang mau balik bareng nggak? Gue bisa anter," tawar Mika.
"Gue kali ini mau naik GOLEBA CAR lagi aja deh, pengen menikmati perjalanan sambil santai," jawab Liora.
Setelah berpamitan, Liora keluar gedung dan memesan GOLEBA CAR melalui aplikasinya.
Tak lama kemudian, mobil listrik otomatis itu datang. Kali ini desainnya lebih elegan dengan interior yang nyaman.
Setelah masuk dan memberikan tujuan, mobil mulai bergerak dengan halus. Liora menyandarkan kepala, merasa lelah tapi puas.
Dia membuka media sosial dan melihat banyak sekali pesan dari fans yang berterima kasih dan memuji acara tadi.
"Hari ini benar-benar luar biasa," batinnya sambil tersenyum.
Sesampainya di rumah, langit sudah mulai gelap. Nadira menyambutnya di pintu.
"Selamat datang, sayang! Capek nggak?"
"Lumayan sih, tapi senang banget. Acara tadi sukses besar, Bu."
"Nah, Ibu udah siapin makan malam spesial buat merayakan," kata Nadira sambil mengajak Liora ke ruang makan.
Mereka makan bersama sambil berbagi cerita. Liora menceritakan semua kejadian seru hari itu, membuat Nadira tertawa dan bangga.
"Senang lihat kamu bahagia seperti ini," ucap Nadira sambil mengelus rambut putrinya.
Setelah makan malam, Liora merasa butuh waktu untuk diri sendiri sebelum tidur. Dia menuju kamarnya, menyalakan lilin aromaterapi dengan wangi lavender yang menenangkan.
Dia duduk di meja belajarnya, menuliskan pengalaman hari ini di jurnal pribadinya.
"diary my life day, Aku sangat mencintai kalian semuanya, Terimakasih Telah Membaca Karya Novel ku Yang Berjudul *Gadis Kelinci Ku*, Aku nggak nyangka bakal di baca sampai lima ribu orang~💕, tetap semangat mendukung karya novel ku ya !, agar aku enggak menghiatus novel ini selama-lamanya."
Setelah menulis, Liora membersihkan wajahnya, menggosok gigi, dan mengganti pakaian tidur yang nyaman.
Sebelum merebahkan diri, dia memeriksa ponselnya sekali lagi, membaca pesan dari teman-temannya.
**Mika**: "Lio, istirahat yang cukup ya. Besok kita evaluasi lagi."
**Sara**: "Hari ini top banget! Kamu the best!"
Liora membalas dengan emotikon hati dan ucapan terima kasih.
Dia mematikan lampu, hanya menyisakan cahaya lembut dari lampu tidur. Menatap langit-langit, Liora merasa tenang. "Terima kasih, Ya-ALLAH, untuk hari ini," bisiknya.
Matanya perlahan tertutup.
---
Pagi ini, sinar matahari masuk lewat celah tirai kamar **Liora**, bikin suasana jadi hangat dan cozy.
Alarm di ponselnya berdering pelan, ngebangunin dia dari mimpi indah semalam. Dengan mata setengah terbuka, Liora meraih ponsel dan mematikan alarmnya.
"Ah, pagi lagi," gumamnya sambil meregangkan tubuh.
Setelah beranjak dari tempat tidur, Liora menuju kamar mandi. Air hangat dari shower bikin badannya segar. Selesai mandi, dia memilih outfit santai tapi tetap modis: kaus oversized warna pastel dan celana jeans nyaman. Rambut panjangnya dia ikat simpel, memberi kesan effortless tapi tetap cantik.
Turun ke dapur, **Nadira**, ibunya, sudah menyiapkan sarapan. Aroma roti panggang dan telur orak-arik memenuhi ruangan.
"Pagi, sayang! Sarapan dulu, biar energimu full untuk hari ini," sapa Nadira sambil tersenyum hangat.
"Thank you, Bu! Wah, favoritku nih," balas Liora sambil duduk di meja makan.
Sambil menikmati sarapan, mereka ngobrol ringan tentang rencana hari ini. Liora menceritakan bahwa hari ini ada evaluasi rapat setelah acara kolaborasi VR kemarin.
"Semoga hasilnya memuaskan ya, Nak. Ibu yakin kamu dan tim sudah kerja keras," ujar Nadira dengan penuh keyakinan.
"Amin! Doain aja, Bu. Aku juga deg-degan nih," Liora tertawa kecil.
Setelah menghabiskan sarapan, Liora bersiap berangkat. Di depan rumah, sebuah mobil berwarna biru metallic sudah menunggu. Itu adalah **GOLEBA CAR** yang dipesannya.
"Berangkat dulu ya, Bu!" Liora melambaikan tangan.
"Hati-hati di jalan, sayang!"
---
Perjalanan menuju agensi terasa lancar.
Di dalam mobil, Liora mendengarkan playlist favoritnya sambil melihat pemandangan kota yang mulai sibuk. Nggak lama, dia sudah sampai di depan gedung **Lololope**.
"Selamat pagi, Liora!" sapa **Isabella** yang kebetulan baru tiba juga.
"Pagi, Bella! Siap buat evaluasi hari ini?" tanya Liora dengan senyum semangat.
"Siap dong! Yuk, langsung naik aja. Yang lain udah pada datang," ajak Isabella.
Di ruang rapat, suasana hangat dan penuh antusiasme. **Mika**, **Sara**, **Hana**, dan anggota tim lainnya sudah duduk sambil bercanda ringan.
"Eh, Liora datang! Akhirnya lengkap nih," seru Hana.
Liora duduk di kursinya. "Sorry telat dikit ya, tadi jalanan agak padat."
"Nggak apa-apa kok, kita baru mau mulai juga," kata Mika sambil tersenyum padanya.
Rapat pun dimulai. Isabella membuka dengan ucapan terima kasih atas kerja keras semua orang dalam acara kolaborasi VR kemarin.
"Guys, hasilnya melebihi ekspektasi kita! Feedback dari fans positif banget, dan yang lebih bikin senang, tawaran endorsement membanjir," ujar Isabella dengan penuh semangat.
Semua bertepuk tangan. Sara menambahkan, "Ini berkat teamwork kita yang solid. Bangga banget sama kalian!"
Mika mempresentasikan data penghasilan dari endorsement. Angka-angka yang terpampang di layar bikin mata semua orang berbinar.
"Wow, nggak nyangka sebesar ini!" kata Liora terkejut.
"Betul! Kita bakal dapat banyak kesempatan kolaborasi baru ke depannya," lanjut Mika.
Rapat berjalan lancar. Mereka mendiskusikan strategi ke depan, bagaimana memanfaatkan momentum ini untuk proyek-proyek selanjutnya. Suasana penuh semangat dan optimisme.
"Akhir kata, aku ucapkan terima kasih sekali lagi. Malam ini, kita adakan perayaan kecil-kecilan di rooftop agensi. Jangan sampai nggak datang ya!" tutup Isabella dengan senyum lebar.
"Siap bos!" jawab mereka serempak sambil tertawa.
---
Malam harinya, rooftop agensi disulap jadi tempat perayaan yang cozy. Lampu-lampu gantung, musik chill, dan hidangan lezat menambah kehangatan suasana. Liora duduk di salah satu sofa empuk, menikmati minuman dingin sambil mengobrol dengan Hana.
"Senang banget ya, semuanya berjalan mulus," kata Hana sambil memandangi langit malam.
"Iya, rasanya terbayar semua kerja keras kita," balas Liora.
Mika menghampiri mereka. "Hei, kalian nggak mau ikutan main game di sana?" tanyanya sambil menunjuk ke arah kelompok yang sedang bermain tebak lagu.
"Boleh juga! Tapi nanti ya, lagi pengen santai dulu," jawab Liora.
Mika duduk di sebelah Liora. "Oh ya, Lio, nanti pulangnya bareng aku aja. Aku bawa mobil kok," tawarnya.
"Eh, nggak ngerepotin nih?" tanya Liora.
"Nggak lah, sekalian lewat juga. Lagipula, malam-malam gini susah dapat GOLEBA CAR kan," kata Mika sambil tersenyum.
"Yaudah, makasih ya!"
Perayaan berlangsung seru. Gelak tawa dan canda memenuhi malam itu.
Sebelum terlalu larut, Liora pamit untuk pulang. Mika mengantar ke parkiran mobil.
"Mobilmu keren juga, Mik!" puji Liora melihat mobil sedan hitam yang elegan.
"Ah, biasa aja kok. Yuk, masuk!"
Selama perjalanan, mereka mengobrol ringan. Mika menceritakan rencananya untuk liburan singkat ke pantai, dan Liora berbagi tentang hobi barunya mencoba resep masakan.
"Seru juga ya kalau kita bisa liburan bareng tim suatu saat nanti," kata Mika.
"Ide bagus tuh! Pasti seru rame-rame," respon Liora dengan antusias.
Sesampainya di depan rumah Liora, Mika memberhentikan mobilnya.
"Thanks banget ya udah nganterin. Hati-hati di jalan pulangnya," ucap Liora sambil membuka seatbelt.
"Sama-sama. Senang bisa ngobrol banyak tadi. Istirahat yang cukup ya," balas Mika dengan senyum hangat.
Liora turun dari mobil, melambaikan tangan sebelum Mika pergi. Ada perasaan hangat yang sulit dijelaskan mengalir di hatinya.
---
Masuk ke dalam rumah, Liora disambut kehangatan rumah yang familiar. Nadira sudah tidur, jadi dia berusaha tidak membuat suara berisik.
Dia langsung menuju kamarnya, meletakkan tas dan mengganti pakaian dengan baju tidur yang nyaman.
"Ah, hari yang panjang dan menyenangkan," pikirnya sambil meregangkan tubuh.
Dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Air hangat dari wastafel membasuh wajahnya, memberikan rasa segar. Setelah selesai, Liora merasa perutnya sedikit lapar.
Ke dapur, dia mengambil sepotong kue yang disimpan Nadira di lemari es. "Lumayan buat ganjal perut sebelum tidur," gumamnya sambil tersenyum.
Sambil menikmati kuenya, Liora membuka ponselnya melihat pesan-pesan yang masuk. Ada ucapan selamat dari teman-teman dan pesan dari Isabella mengingatkan untuk istirahat yang cukup.
Setelah selesai, dia kembali ke kamar, merapikan tempat tidur, dan mematikan lampu utama.
Liora merebahkan diri, menarik selimut hingga dada.
Dia tersenyum kecil, lalu memejamkan mata. "Semoga besok lebih baik lagi," bisiknya pelan.