Chapter 5 - Dikeluarkan

Keesokan harinya, seperti biasa Cheryl belajar dikelas dimana tidak ada seorangpun yang menyukainya. Semua orang menaruh kebencian terhadapnya. Melihat penampilan Cheryl yang buruk menambah kesan jijik terhadapnya.

Penampilannya yang buruk bukan tanpa alasan. Sejak kematian kedua orang tuanya, Dia tidak pernah mengurus dirinya sendiri. Walaupun sudah sering diingatkan oleh adiknya, Dia tidak pernah menghiraukan perkataannya.

Diwaktu yang sudah menunjukkan jam istirahat, guru pengajar Ronald meninggalkan kelas. Ketika Cheryl ingin keluar kelas, Jarvis dan teman - temannya menghalangi Cheryl untuk beranjak dari kursi.

"Hey,hey,hey... Mau kemana kau? Tetap duduk dan buka bajumu!" Cheryl yang hendak berdiri langsung didorong oleh Besson yang membuat Dia terduduk kembali.

"Ughh!" Cheryl yang didorong lumayan keras membuat Dia merasa sakit.

"Kenapa kau diam? Mau membukanya sendiri atau kau mau dipaksa untuk membukanya?" Jarvis berbicara dengan senyum meremehkan.

Cheryl yang mendengarnya merasa marah didalam hati, tangannya mengepal kencang.

"Lama sekali! Hey buka bajunya!" Jarvis yang tidak sabaran menyuruh teman - temannya.

Merlin dan Jackson langsung memaksa membuka baju Cheryl. Orang - orang yang berada dikelas hanya menatap.

"Apa yang kau lakukan? Urgh!" Cheryl bersikeras melawan dengan sekuat tenaga.

Perlawanannya sia - sia dan dengan kasar mereka melepas pakaian Cheryl yang membuat Dia terlihat hanya mengenakan celana dalam.

"Sudah cukup! Itu jangan dibuka, Aku merasa jijik untuk melihat itu!" Jarvis menghentikan teman - temannya. Jarvis mengeluarkan handphonenya dan mengambil foto Cheryl yang sedang telanjang. Siswa yang ada dikelas ramai menertawakan dan mengambil foto Cheryl. Menilai pembulian yang dilakukan selama ini, mungkin inilah yang paling memalukan baginya.

Saat kelas sedang ramai, seorang perempuan dengan paras cantik yang habis dari kantin membawa makanan dan minuman berjalan kearah Cheryl. "Hey! Apa yang kalian lakukan? Itu perbuatan yang salah untuk memperlakukan orang seperti itu!" Namanya adalah Luna Emberlyn, salah satu siswa perempuan dikelas yang sama dengan Cheryl. Rambutnya berwarna hitam dengan pupil mata berwarna coklat.

"Apa kau mau membelanya?" Jarvis melihat Luna.

Luna mendekati Cheryl yang duduk meringkuk dilantai. "Apa kau tidak apa - apa?"

(Kenapa dia mempedulikanku?) Cheryl bertanya - tanya didalam hati. "Aku..." Saat Cheryl ingin menjawab tiba - tiba semua orang dikelas terkejut melihat kejadian yang dilihat mereka.

"Bercanda..." Luna yang mengatakan berbisik dengan nada mengejek sambil menumpahkan minuman yang dibelinya dikantin kekepala Cheryl. Minuman yang ditumpahkan membuat Cheryl basah kuyup.

"Saat Aku mendekatimu, Aku mencium bau yang busuk keluar dari badanmu. Jadi Aku menumpahkan jus ini kebadanmu untuk menutupi bau tersebut!" Luna mengatakan dengan senyum polos.

"Hahaha..., Aku kira kau akan membelanya." Salah seorang teman perempuan Luna menghampirinya.

"Aku netral! Tidak berada dipihak manapun!" Luna menjawab temannya.

"Hey kau! Karena sebentar lagi waktu istirahat selesai, cepat bersihkan dirimu!" Jarvis menyuruh Cheryl. Dia langsung mengambil pakaiannya dan pergi kekamar mandi Akademi untuk bebersih.

***

Ketika para siswa sudah dalam keadaan belajar dikelas dengan guru pengajar Ronald yang memimpin, Cheryl masuk sehabis mengeringkan badannya.

"Kemana saja kau sampai tidak memperhatikan waktu istirahat? Cepat kemari sini!" Guru pengajar Ronald berteriak membentak.

Cheryl yang tidak melawan hanya bisa menuruti perintah guru pengajar Ronald. "Bukalah! Ini adalah surat untukmu!" Dia diberikan sebuah amplop surat berwarna putih dengan stempel Insight Academy didepannya. Cheryl membuka lem yang merekatkan amplop dan mulai membaca surat yang ada didalamnya secara perlahan.

'SURAT PENGELUARAN SISWA' Judul yang tertulis disurat itu. Setelah membaca semua isi surat itu Dia terdiam, matanya melotot karena terkejut.

"Pak Ronald, kenapa saya harus dikeluarkan? Tolong pikirkan kembali!" Cheryl memohon dengan sedikit air keluar dari matanya.

"Itu sudah keputusan para pengajar yang ada diAkademi ini! Kau tidak bisa melawan peraturan yang ada disini! Sekarang cepat ambil tasmu dan keluar dari Akademi ini!"

"Pak, tolong pikirkan sekali lagi!" Dia bersujud memegangi kaki guru pengajar Ronald.

"Kau memaksa? Cepat panggil petugas keamanan!" Dia menyuruh salah satu siswa. Cheryl menangis memohon.

Dua petugas keamanan datang dan menyeret Cheryl keluar secara paksa. (Untung saja Aku memiliki wewenang untuk mengeluarkan surat itu. Aku harus menyingkirkan masalah yang mengganggu hidupku!) Ujar Guru pengajar Ronald didalam hati saat melihat Cheryl diseret.

Cheryl yang diseret menjadi titik perhatian semua siswa yang melihat. Dia dilempar keluar gerbang dengan keras.

Seorang pria yang melihat dari jendela lantai empat salah satu bangunan yang ada diAkademi menatap Cheryl dibawah. "Mungkin ini akhir untuknya diAkademi ini."

"Tuan Edgar! Berkas yang anda perlukan sudah saya siapkan!" Seorang pria muda memanggil orang yang melihat keluar jendela. "Aku akan mengerjakannya!".

"Apa yang Anda perhatikan Tuan?" Pria muda itu bertanya.

"Tidak apa - apa! Hanya anak domba yang dikorbankan untuk puluhan orang." Dia menjawab dengan senyum lembut.

"Begitukah? Kalau begitu saya tidak akan bertanya lagi."

***

Cheryl yang dikeluarkan dari Akademi menjadi pukulan berat baginya. Dia berjalan pulang menuju rumahnya. "Bagaimana Aku memberitahu Erise masalah ini? Aku sangat sial."

Bzttt, bzttt ~ (suara handphone berdering)

Cheryl mengambil handphone yang ada ditas dan melihat siapa yang menelponnya. "Bos? Kenapa dia menelpon siang - siang begini?" Yang menelpon adalah bos dari tempat kerjanya ditoko roti. Dia langsung mengangkat telpon itu.

"Halo! Selamat siang pak..." Cheryl mengucapkan salam.

"Cheryl, aku akan langsung saja ke point utamanya. Kau aku berhentikan bekerja ditokoku, karena aku ingin mengurangi pengeluaran keuanganku!" Bos langsung menjelaskan tujuan kenapa Dia menelpon.

"Pak... Apa Anda bercanda? Tolong jangan pecat saya! Saya tidak ada lagi penghasilan selain ditoko anda!"

"Itu sudah keputusan bulatku! Itu saja, kau tidak perlu lagi datang ketokoku untuk bekerja!" Bos langsung mematikan telponnya dan tidak memberikan kesempatan kepada Cheryl.

"Bahkan dia tidak memberikan aku uang pesangon sedikitpun?" Cheryl kecewa karena perlakuan Bos terhadap dirinya.

Setelah beberapa saat dari perjalanannya, akhirnya Dia sampai kerumahnya. "Erise... Aku pulang!"

"Kakak! Kenapa kau pulang siang? Apa ada masalah diAkademi?" Bukan hal yang wajar bagi Cheryl pulang sebelum sore. Jadi kecurigaan Erise terhadap kakaknya memang suatu hal yang tepat.

"Para Pengajar yang ada diAkademi ada kegiatan yang mendesak, jadi para siswa diijinkan pulang sebelum waktunya. Daripada bosan menunggu disana, lebih baik aku pulang menemui adikku yang cantik ini!" Cheryl berbohong dari masalah kalau Dia dikeluarkan dari Akademi dan menggoda adiknya untuk mengurangi kecurigaan.

"Ughh... Mendengarnya dari mulutmu, Aku ingin muntah." Erise membalas mengejek kakaknya.

"Hahaha... Perkataanku itu serius, mana mungkin Aku berbohong. Kau memang cantik!" Dia kembali menekankan perkataannya.

"Aku memang tau kalau Aku cantik, tapi mendengar dari mulutmu membuatku merasa aneh." Erise melambaikan tangannya.

"Malam ini Aku tidak bekerja, jadi Aku akan tetap dirumah." Dia juga berbohong tentang masalah kalau Dia dipecat.

"Libur? Uang kita menipis kak! Seharusnya kau tetap bekerja agar gajihmu tidak dipotong!" Karena Erise yang memegang keuangan untuk keluarga ini, Dia khawatir kalau uang yang diperlukan untuk kedepannya tidak akan cukup.

"Bos pergi kekota halaman tempat Dia dilahirkan, jadi semua pekerja diliburkan. Itu bukan salahku!"

"Benarkah? Karena kau dirumah malam ini, Aku akan membuatkan makanan yang enak untukmu!" Sudah lama mereka tidak makan malam bersama, jadi ini kesempatan yang bagus untuk mereka.

"Buatlah makanan kesukaanku juga!" Cheryl menambahkan permintaannya

Malam harinya, makanan sudah siap dimeja makan.

"Kakak cepatlah kemari selagi masih hangat!" Erise berteriak memanggil kakaknya dikamar. "Ya! Aku akan datang, tunggulah sebentar!"

Cheryl keluar kamar dan langsung duduk dimeja makan. "Ahh... Akhirnya! Sudah lama aku tidak makan Paella!" Dimeja ada masakan yang sangat disukai Cheryl. Paella Cheese adalah makanan campuran nasi dengan bumbu, makanan laut, dan keju diatasnya.

"Makanlah yang banyak dan habiskan agar tidak sia - sia!" Erise mengambilkan Paella dan menaruhnya kepiring agar Cheryl bisa memakannya. Cheryl sangat lahap memakannya. Keduanya menikmati.

"Sudah habis! Terima kasih atas makanannya!" Cheryl sangat cepat menghabiskan makanannya.

"Ngomong - ngomong, rambutmu sudah sangat panjang, potonglah nanti!" Melihat Cheryl makan dengan rambut panjangnya yang sedikit mengganggu membuat Erise juga merasa terganggu.

"Nanti aku akan memotongnya! Kau selalu mengingatkanku." Ini bukan pertama kali Erise mengingatkan.

"Aku ingin pergi beristirahat kekamar, makananmu sangat enak. Buatlah juga nanti!" Cheryl sangat bahagia dengan masakan yang dibuat Erise untuknya dan menyuruh Dia untuk membuatnya lagi.

"Ya,ya,ya..."

Keduanya sangat bahagia. Tanpa disadari bahwa tadi adalah makanan terakhir buatan Erise yang bisa dimakan oleh Cheryl.