Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Reality And Truth: Forged By The Mind

Iyrazs
--
chs / week
--
NOT RATINGS
562
Views
Synopsis
Kisah seorang lelaki berusia 17 tahun yang tinggal berdua dengan adiknya. Dimasa depan ada suatu kejadian yang membuat dia harus berpisah dengan adiknya. Secara tidak sengaja pula, Dia melakukan sesuatu yang membuat semua cerita ini terjadi.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Dikamar yang sempit seluas tiga meter persegi terlihat berbagai barang sehari - hari seperti pakaian yang berhamburan dilantai dan kasur dengan selimut yang berantakan. Dipojok sudut kamar kecil itu juga terdapat lemari berwarna coklat yang warnanya sudah mulai memudar. Bagian sudut lain kamar juga terlihat sepasang meja dan kursi. Diatasnya terdapat beberapa buku pelajaran sekolah dan lilin yang habis terbakar menyisakan sepertiganya. Ada juga alat VR(Virtual Reality) diatas meja. Tepat disamping kasur terlihat sebuah meja kecil setinggi enam puluh centimeter dengan kacamata dan jam weker klasik berwarna hitam diatasnya.

Dikasur berantakan itu, tertidur seorang lelaki berumur tujuh belas tahun dengan perawakan badan kurus, tetapi tidak terlalu kurus,kulit berwarna putih kekuningan dan rambut panjang kusut tidak terurus berwarna hitam. Lelaki yang tertidur itu memakai baju kaos berlengan pendek warna coklat polos dan celana pendek selutut.

Kring, kring~, suara jam weker berbunyi.

"Hm..., sudah jam tujuh?" Terbangun setelah mendengar suara jam yang lumayan nyaring, Dia memastikan kembali jam weker klasik yang tepat disamping kepalanya. Tangannya langsung menekan tombol yang ada dijam weker untuk menghentikan suara yang dikeluarkan.

Lelaki itu bangun dari kasurnya dan memperlihatkan badan setinggi ±160 cm. Walaupun baru bangun dari tidur, pupil matanya yang hitam masih memperlihatkan bahwa Dia masih mengantuk dengan kantung mata sedikit berwarna hitam. Dia mengambil kacamata yang terletak dimeja dan memakaikan kewajahnya. Berjalan perlahan melangkahkan kaki kepintu ingin keluar dari kamar sempit itu.

Sesaat membuka pintu kamar, berdiri seorang perempuan berumur lima belas tahun. Memiliki pupil mata berwarna hitam gelap, rambut berwarna hitam panjang terikat dengan model ponytail, berkulit putih bersih memakai pakaian sopan dengan celemek yang terpasang sedang memasak. Melihat pemandangan ini sudah memberikan kesan suatu gadis yang sangat cantik.

"Kakak..., kau baru bangun? lihat dirimu, sudah kukatakan untuk memperbaiki pola hidupmu! Kau berjaga tidak tidur sampai larut malam hanya untuk permainan yang tidak menghasilkan apa - apa." Gadis itu berbicara dengan nada sedikit marah tetapi tidak serius.

Bisa dibilang ini adalah suatu bentuk kepedulian seorang adik kepada kakaknya. Untuk zaman sekarang sangat sedikit yang mempedulikan orang terdekatnya. Jadi bisa dikatakan bahwa lelaki itu sangat beruntung karena masih memiliki orang yang peduli padanya.

"Ya..., Aku mendengarnya. Karena sudah jam tujuh, aku mau mandi dulu" Mendengar perkataan kakaknya, sang gadis mengangguk mengiyakan dengan sedikit memperlihatkan ekspresi marah.

Dimeja makan menyajikan makanan yang sudah siap disantap. Gadis yang sudah memasak dan menyiapkan makanan, duduk menunggu kakaknya yang sedang bersiap. Setelah beberapa saat, Lelaki itu keluar dari kamar mandi. Dia yang sudah selesai bersiap, bergegas menghampiri meja makan dan siap menyantap makanan. "Selamat makan!" Keduanya mengatakan serempak dan langsung menyantap makanan yang ada dimeja.

"Seperti biasa, kau selalu membuat makanan dengan rasa yang sangat enak!" Itu merupakan suatu pujian yang wajar dari seorang kakak untuk adiknya. "Ini mengingatkanku masakan..." Sesaat setelah memuji makanan yang dibuat adiknya dengan ekspresi tersenyum, Dia tidak menyelesaikan kalimatnya. Tatapannya mengalihkan pandangan dari adiknya, ditambah dengan ekspresi murung.

"Ya, ya, ya, Aku tau masakan yang Aku buat memang enak, Kau tidak perlu memujiku!" Dia menjawab pujian yang diberikan kakaknya dengan nada sombong. Dia berusaha mengalihkan suasana murung kakaknya, dengan menyombongkan dirinya. "Sudahlah, Kau tidak perlu banyak bicara saat makan! Cepat selesaikan makan dan berangkat kesekolah!" Sebagai adik yang peduli dengan kakaknya, Dia mengingatkan agar cepat bersiap - siap untuk pergi berangkat ke sekolah.

Setelah selesai makan, lelaki itu langsung bersiap ingin berangkat kesekolah. Dia memakai baju akademi berwarna kuning dengan campuran putih disisi kanan kiri badan dan lengannya, sedangkan celana panjangnya berwarna putih. Dia mengambil tas punggung dikamarnya dan memakai sepatu dengan cepat.

"Kalau begitu, Aku berangkat." Setelah selesai bersiap, Dia mengabarkan kepada adiknya bahwa Dia siap pergi berangkat kesekolah. "Ya! Hati - hati dijalan!" Adiknya menjawab dan mengingatkan kakanya untuk selalu berhati - hati.

***

Dia menuju kesekolah dengan jalan kaki. Jarak antara rumah dan sekolah sekitar ±1.600 meter. Jadi membutuhkan waktu 30 menit lebih untuk sampai kesekolah dengan jalan kaki. Disepanjang jalan terlihat berbagai bangunan tinggi menjulang kelangit. Ini adalah suatu ambisi yang direalisasikan manusia untuk mencapai peradaban yang maju. Terlihat berbagai barang berteknologi canggih disepanjang jalan. Kendaraan beroda empat yang tidak menghasilkan suara saat melaju dan banyak lagi kendaraan berteknologi canggih lainnya terdapat di sepanjang jalan. Ada juga kereta melaju yang hampir tidak bisa diikuti oleh kecepatan mata.

Untuk zaman sekarang, ini adalah pemandangan yang wajar. Mungkin untuk beberapa tahun kedepan, kendaraan yang dikendarai manusia tidak lagi menggunakan roda, tetapi melayang diatas jalan. Majunya peradaban teknologi ini dikarenakan semakin majunya pemikiran masyarakat dan menghasilkan penemuan - penemuan yang baru.

Setelah beberapa saat berjalan, Dia akhirnya sampai didepan gerbang sekolah. Digerbang itu bertuliskan 'INSIGHT ACADEMY'. Akademi ini memiliki beberapa bangunan yang sangat besar. Terlihat juga lapangan hijau yang sangat luas.

"Huh..., hari yang memuakkan dimulai lagi." Dia mendesah menunjukkan ekspresi tidak senang. Setelah beberapa saat termenung Dia berjalan memasuki gerbang dan menuju kelas.

Berjalan melewati lorong akademi yang sunyi, dikarenakan semua murid sedang belajar dikelas. Akhirnya sampai didepan pintu kelas yang dituju. Diatas pintu bertuliskan kata 'Class II~C'. Dia perlahan membuka pintu kelas dan semua orang yang berada dikelas serempak menatapnya. Semua siswa yang terlihat sedang duduk belajar dikelas mungkin berjumlah sekitar dua puluh lima orang ditambah satu orang berdiri didepan sedang mengajar.

"Kau terlambat lagi? Cheryl!" Yang pertama berbicara adalah seorang lelaki yang sedang berdiri mengajar didepan kelas. Dia memiliki postur tubuh yang tidak terlalu besar dengan pakaian jas berwarna biru navy yang rapi dan tambahan kacamata oval diwajahnya. Lelaki yang mengajar, memiliki rambut coklat dan sedikit warna putih terlihat menyisip. Pupil mata berwarna coklat. Dilihat dari penampilan, mungkin umurnya sekitar 40 tahun lebih.

"Maafkan Aku, Pak. Lain kali Aku tidak akan terlambat." Cheryl menundukkan kepala meminta maaf karena perbuatannya.

"Hukum dia Pak! Kalau dibiarkan, Dia akan mengulanginya lagi." Siswa lelaki yang berbicara memiliki penampilan berantakan seperti anak nakal dengan rambut dan pupil mata terlihat berwarna merah memberikan arahan kepada guru untuk menghukum Cheryl.

"Seperti yang dikatakan siswa Jarvis, Bapak akan menghukummu dengan hukuman membersihkan semua toilet akademy sampai pergantian pelajaran kedua!" Guru itu mengumumkan hukuman untuk Cheryl yang terlambat dengan nada tegas.

"Tapi Pak Ronald, bukankah itu berlebihan untuk hukumanku? Tolong beri Aku sedikit toleransi." Cheryl memohon untuk mengurangi hukuman yang diberikan Pak Ronald.

Bisa dikatakan suatu hal yang tidak mungkin untuk membersihkan semua toilet akademi hanya dengan tenggang waktu 4 jam. Dikarenakan banyaknya toilet yang tersedia diakademi ini, untuk satu bangunan saja memiliki belasan toilet. Belum lagi bangunan lain yang memiliki toilet sama banyaknya.

"Tidak ada keringanan, sekarang cepat pergi keluar dan lakukan tugasmu!" Pak Ronald sekali lagi menegaskan.

Mendengar perkataan itu, semua siswa hanya bisa duduk diam melihat Cheryl dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang tertawa, jijik, dan ada juga yang menunjukkan ekspresi kasihan.

Cheryl hanya bisa diam dengan ekspresi murung dan pergi melaksanakan hukuman yang diberikan untuknya. Dia perlahan berjalan keluar kelas dan menutup pintu kelas.

Sesaat setelah Cheryl pergi, guru dan tiga perempat dari siswa dikelas itu tertawa puas mengejek. Seakan akan kejadian tadi itu adalah hiburan yang sangat menarik untuk ditonton. Sepertiga siswa lainnya hanya diam dan ada juga yang terlihat tidak terlalu peduli.

***

Ditoilet yang ruangannya lumayan besar, ada Cheryl yang sedang mengelap membersihkan lantai.

(Seperti biasa begitulah mereka. Walaupun Aku tidak terlambat mereka tetap akan mencari - cari kesalahanku.) Cheryl berbicara didalam hati. Mendengar perkataannya didalam hati, bisa dikatakan bahwa Cheryl adalah siswa yang sering dirundung.

Bztt, bztt~, suara bell akademi berbunyi.

"Hm..., sudah jam 12 siang. Aku baru membersihkan toilet untuk dua gedung, masih ada dua gedung lainnya." Dia melihat handphonenya untuk memastikan jam.

Sesaat kemudian ada empat orang memasuki toilet yang sedang dibersihkan Cheryl.

"Cheryl..., Karena jam sudah menunjukkan pergantian pelajaran kedua dan kau belum menyelesaikan tugasmu, Aku diberi wewenang oleh guru untuk membimbingmu!" Itu adalah Jarvis Allen yang berbicara.

Diikuti tiga temannya dibelakang ada Merlin Ford dengan kulit berwarna coklat ditambah rambut dan pupil mata berwarna hitam, Jackson Stuart dengan kulit kuning langsat rambut berwarna kuning, pupil mata berwarna oren dan yang terakhir Besson Elliote memiliki perawakan lumayan besar, tampangnya seram memiliki rambut dan pupil mata berwarna biru.

(Kesekian kalinya.) Cheryl berbicara didalam hati sambil mendesah, huh~.

"Memberikan Aku bimbingan? Jarvis, kau sangat hebat memakai mulutmu untuk mencari alasan! Mungkin jika ada perlombaan untuk mencari orang yang paling hebat berbohong, kau bisa menempati juara pertama." Cheryl bicara.

"Ha, ha, ha, Aku sangat suka dengan sikap pemberontakmu itu!" Jarvis menjawab.

Yang pertama maju adalah Jackson melancarkan pukulan kewajah Cheryl. Cheryl berusaha menangkis dengan lengan kurusnya tetapi Dia malah terlempar karena perbedaan kekuatan.

Cheryl berusaha bangkit melawan dan melepaskan satu pukulan kewajah Jackson, tapi alhasil Dia malah terlebih dahulu ditendang perutnya oleh Merlin. Mendapat serangan diperut membuat Cheryl memuntahkan darah yang lumayan banyak. Tendangan itu tepat mengenai bagian vital.

(Sakit sekali, mereka benar - benar serius kali ini.) Cheryl bicara dalam hati.

Sekali lagi Cheryl mencoba berlari kearah Jackson untuk memukul. (Sekali saja, sekali saja kumohon berhasillah.)

Tetapi tepat sebelum pukulan itu mengenai Jackson, Cheryl dihentikan oleh Besson. Dia diangkat Besson dengan mudah dikarenakan badannya yang lumayan kurus. Besson melempar Cheryl dengan kuat sehingga terlempar lumayan jauh.

Cheryl terkapar lemah dilantai. Jackson dan Merlin masing - masing memegang tangan Cheryl dan Besson memukul habis - habissan sampai wajahnya bengkak berdarah. Jarvis hanya menonton dengan ekspresi senang.

"Ha, ha, ha., Biar kuberi tau, aku tidak ada dendam denganmu. Aku melakukan ini hanya untuk memberikan bimbingan." Jarvis tertawa mengejek.

"Bajingan kau!" Cheryl mengumpat saat sedang dipukul.

Setelah lebih dua puluh menit bertahan dipukul sampai babak belur, Cheryl akhirnya pingsan tidak sadarkan diri.

"Sudah cukup! Aku sudah puas dengan ini, kita pergi sekarang!" Jarvis memberitahu temannya untuk segera pergi. Mereka berempat meninggalkan Cheryl yang pingsan.