Chereads / Baaq: Son of The Storm / Chapter 4 - Seorang Tamu III

Chapter 4 - Seorang Tamu III

Angin berhembus kencang, salju turun makin lebat, menganggu penglihatan di malam hari. Tinggal menunggu waktu hingga badai salju menerjang hutan itu. Dua orang petarung berhadap-hadapan pada jarak yang tak terjangkau, senjata mereka tergenggam erat di tangan, mata mereka awas menilai lawannya masing-masing.

Jadi begitu. Batin Pigor yang baru saja mengetahui rahasia Shiyamada, ia dapat melihat aura merah tua makin meluap-luap keluar dari tubuh lawannya. "Jadi itu anugerahmu? Pemakan Rasa Sakit?" Pigor menegakkan badannya, memainkan belati di kedua tangannya. Ini buruk, ia kebal terhadap serangan saat ini. Aku harus pertimbangkan setiap gerakan. Ia dapat membunuhku kapan saja berkat energi rasa sakit yang ia timbun. Bagaimanapun aku akan mengulur waktu sampai durasi anugerahnya habis. "Beruntungnya..." Gumam Pigor melepas jubahnya, lalu memasang kuda-kuda.

"Aku takkan menyia-nyiakan setiap langkahmu!" Shiyamada tak menghiraukan semua ucapan Pigor, mengubah kuda-kuda posisi menyerang, aura merah tua terus bergejolak pada dirinya. "Mari kita lihat siapa yang akan mati duluan." Desis Shiyamada melesat menjemput lawannya.

"Dengan senang hati." Pigor juga melesat menghampiri Shiyamada, dua belatinya terhunus ke depan.

Dua bilah besi beradu ketangkasan, membuat suara dentingan nyaring yang berdenging menyakitkan di setiap telinga. Jual beli serangan menjadi sangat intens hingga tak dapat dikejar oleh penglihatan, hanya dua siluet petarung menari yang dapat terlihat.

Sial, kecepatan ini. Pigor sedikit kewalahan mengimbangi permainan pedang Shiyamada yang makin mengganas. Anugerahnya mulai aktif. Ini bukan kecepatan manusia biasa, ini kecepatan seekor monster.

Shiyamada terus melancarkan serangan ke setiap celah Pigor, tapi setiap tebasan dan tusukannya belum berhasil melukai lawannya. Padahal sudah kugunakan sampai tingkat ketiga, tapi ia masih dapat mengimbangi. Aku hanya perlu meningkatkannya lagi. Aura merah tua membanjiri diri Shiyamada, ia melepas tebasan ke sekian.

Pigor melompat mundur menghindari bilah pedang Shiyamada menjaga jarak aman, lantas melempar sebelah belatinya berputar ke arah kepala lawan.

Shiyamada menangkis belati itu dengan mudah, lalu menempatkan pedangnya di depan badan. Shiyamada mengira Pigor akan melesat di saat ia menangkis belati pengalih perhatiannya.

Pigor benar-benar melesat, tapi tidak untuk menyerang dengan belati tapi melakukan sapuan kaki ganda ke kaki Shiyamada.

Shiyamada segera melompat menghindari sapuan dengan kaku, prediksinya sedikit meleset. Ia berniat melancarkan serangan, tapi sesuatu dari belakangnya melesat dengan cepat ke arahnya. Shiyamada menangkis belati yang mengincar kepala belakangnya. Pigor menggunakan mana untuk menggerakkan benda dari jarak jauh. Teknik telekinesis.

Pigor melihat celah, melepas serangan ke dada Shiyamada yang terbuka, tapi Shiyamada dengan cepat menarik pedangnya menangkis belati dan balas mengirim tebasan ke arah leher. Pigor dengan sigap menghindar, menggesekkan bilah belatinya ke katana untuk membelokkan arah mata pedang. Nyaris menyentuh lehernya.

Shiyamada tak memberi celah, berputar dan kembali mengirim serangan. Pigor menangkis tebasan itu dengan sekuat tenaga, tangannya gemetar saking kuatnya tenaga yang dikerahkan untuk menahan satu tebasan.

Karena tahu Pigor sibuk dengan katananya, Shiyamada melepas tendangan samping dari arah sebaliknya. Suara debum terdengar, Pigor tak sempat menghindar.

Pigor terbatuk, rusuk kanannya nyeri dan serasa terhimpit. Gawat, ia masih bisa melakukan gerakan-gerakan sulit seperti ini. Aku harus bertahan sedikit lebih lama lagi. Sedikit lagi. Pigor menahan serangan yang datang dengan belatinya. Tiga buah belati muncul dari balik pakaian Pigor dan terbang mengincar bagian tubuh lawan.

Shiyamada melompat mundur dan berguling menghindari tiga belati itu. Ia terus melompat hingga jarak antara ia dan Pigor cukup jauh. Shiyamada coba melihat keadaan lawannya. Dia sedang merapal!

"Tiga puncak tertinggi menghormati langit penuh bintang," Pigor mengacungkan sebelah tangan ke arah Shiyamada, lingkaran sihir berwarna merah muncul seiring mantra yang ia rapalkan.

Takkan kubiarkan! Shiyamada segera mendekat, berniat menggagalkan sihir Pigor.

"Wahai pohon berdaun permata, dengarkan penderitaan neraka dan berlututlah. TOMBAK RUBAH!" Pigor selesai merapal, lingkaran sihir makin terang dan menembakkan cahaya kejut berwarna merah terang ke arah Shiyamada.

"Teknik Pembuka: Pengganda Luka!" Shiyamada tak berhenti berlari, menyelaraskan kuda-kudanya dengan tekniknya dan menerjang tembakan sihir yang sangat besar itu. Keduanya berhantaman, tapi Shiyamada menahannya dengan pedang katananya sekuat tenaga. Tembakan sihir itu terpecah ke berbagai arah. Shiyamada terus berjuang membelah tembakan sihir dan akhirnya menebas ujungnya, terus melesat menuju Pigor.

Apa-apaan kekuatan itu!? Pigor meraih belatinya dengan terburu dan sempat menahan serangan masif dari Shiyamada hingga merasa tulang hastanya bergetar hebat. Itu membuatnya secara tiba-tiba berhenti bergerak.

Shiyamada segera melancarkan serangan, menebas miring dari dada kanan Pigor ke atas. Karena tahu lawannya tak akan mati secepat itu, Shiyamada terus mengirim serangan.

Tebasan telak pertama Shiyamada berhasil membuat Pigor tersadar dan secara spontan menghindari semua serangan yang dilancarkan lawan. Aku melihat perbedaan. Dan di jeda antara serangan beruntun itu, ia segera menebas rendah ke arah perut Shiyamada.

Shiyamada menyadarinya dan melompat mundur, menjaga jarak. Tapi perutnya terasa perih, ia coba melihatnya dan luka di perutnya makin terkoyak. Ia menyalurkan mana ke belatinya untuk menambah jangkauan serangnya.

"Prediksimu tak salah, tapi bukankah kau juga sudah mencapai batasmu?" Pigor menegakkan tubuhnya dan membiarkan belati-belati yang sebelumnya tergeletak melayang rendah mengekorinya.

Shiyamada terbatuk, memuntahkan darah. Ia sudah mencapai batasnya. Tak ada waktu untuk lagi. Dengan kekuatan yang tersisa, Shiyamada melesat mendekati Pigor. Shiyamada yang sudah di depan Pigor langsung mengawalinya dengan tebasan zig-zag.

Apa yang coba ia lakukan. Pigor menagkisnya dengan satu belati kemudian mencoba menebas dada Shiyamada yang tak terlindungi.

Sialnya, Shiyamada berhasil membelokkan arah belati Pigor, dan tak berhenti disitu, katana itu sekaligus menebas rusuk kanan Pigor, membuatnya mengerang kesakitan. Lagi, beri kerusakan lebih banyak. Jangan menyia-nyiakan kesempatan itu. Pigor masih kesakitan karena lukanya barusan di saat Shiyamada kembali menebas melingkar dari perut melewati paha kiri sampai ke lutut kanan. "Teknik kedua: Amarah Pejuang!"

Pigor mengerang, menahan sakit, dan melompat mundur sebelum Shiyamada melancarkan serangan lanjutan. Tapi sia-sia, Shiyamada memangkas jarak, menebas lengan kiri Pigor. Pigor menghindarinya, lagi-lagi Shiyamada berhasil menyamai gerakan Pigor, melancarkan serangan lanjutan yang tiada habisnya.

Teknik apa ini!? Pigor kewalahan menghadapi Shiyamada, mulutnya menggumamkan sesuatu. Timbunan energinya terlalu besar untuk manusia biasa. Bagaimana ia melatih ketahanan tubuhnya hingga sampai ke titik ini. "AARRGGHH!!" Pigor mengerang, perutnya berhasil ditembus katana, tapi itu tak menyurutkan insting bertarungnya, ia masih sadar, buru-buru mencabut pedang secara paksa dan mengusapkan kedua tangannya pada luka di perutnya yang masih segar, lantas ia satukan membuat segel tangan, dua lingkaran sihir muncul dibelakang Pigor.

"RUBAH HITAM!" Dari lingkaran sihir itu keluar dua bayangan rubah, rubah itu melesat menuju Shiyamada, ia bergegas melompat mundur membuat rubah-rubah itu menghantam tanah, meledak dan menciptakan cekungan besar.

Pigor tersengal. Aku harus mengganti strategiku, Shiyamada sangat pandai dalam mempertahankan kondisi fisiknya tetap stabil. Pigor melepas kemeja yang ia pakai, merapal sambil mengalirkan mana ke seluruh tubuhnya, lantas menimbun aliran mana dengan mantra yang ia rapal. Dari beberapa titik tubuhnya muncul simbol-simbol sihir hitam.

Sudah terlambat bagi Shiyamada untuk mencegah transformasi sihir itu, gelombang sihir yang kuat melindungi Pigor dari segala distraksi.

"Setelah ini yang menjadi lawanmu bukankah Furelder Pigor, melainkan wujud sihir itu sendiri-ARRGHH!!" Pigor mengerang, mulai kehilangan kendali atas tubuhnya.

Transformasi sihir itu selesai, matanya menjadi merah pekat, sekujur tubuhnya diselimuti simbol sihir hitam, belati-belati melayang rendah dibelakangnya. "Hehe, akan kumasukkan kau kedalam neraka bersama orang-orang berdosa!!" Suara Pigor berubah serak.

Belum sempat Pigor bergerak, Shiyamada sudah mendahului dengan uppercut menghantam dagu Pigor, lalu menendang ke atas membuat Pigor membumbung tinggi di udara, kekuatan yang luar biasa.

Pigor berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang mengambang, tapi Shiyamada berhasil menyusulnya dan siap menebas. Belati dibelakang Pigor menangkisnya tanpa dikendalikan.

Untuk beberapa saat mereka bertarung di udara lepas, melesat kesana kemari. Pertarungan mereka sengit, lagi-lagi dentingan besi terdengar nyaring, gerakan mereka sangat cepat, tidak terlihat oleh mata. Dua kilatan merah bergerak cepat mengacak-acak langit bersalju dengan ganas. Pertarungan itu diakhiri dengan tendagan Pigor yang membuat Shiyamada jatuh menghantam tanah berdebum seperti ledakan, menciptakan cekungan besar di tanah.

Pigor yang masih berada di udara menukik cepat dengan satu kaki menerjang menuju Shiyamada seperti meteor hitam, aura hitam semakin bergejolak. "Rasakan ini, cecenguk!" Pigor melesat menuju Shiyamada.

BUUUUMMMM!!!!!!