Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 30 - Kebijaksanaan Sunan Drajat

Chapter 30 - Kebijaksanaan Sunan Drajat

Setelah menerima pelajaran berharga tentang ketekunan dari Sunan Muria, Arya bersama Barong dan Vassago melanjutkan perjalanan mereka ke arah pesisir utara Jawa, menuju tempat Sunan Drajat. Dalam benaknya, Arya merasa bahwa tiap ajaran Wali Songo memberikan potongan puzzle yang perlahan menyusun gambaran besar tentang keseimbangan Nusantara.

Sunan Drajat dikenal sebagai tokoh yang sangat peduli pada kehidupan sosial masyarakat. Ajarannya menekankan pentingnya kebaikan hati dan membantu sesama, sesuatu yang Arya yakini akan menjadi pelajaran penting untuk misinya.

Kedatangan di Desa Sunan Drajat

Setelah beberapa hari perjalanan, Arya tiba di sebuah desa yang tampak sangat sederhana namun penuh dengan kehidupan. Anak-anak bermain di jalanan, para wanita menenun kain, dan para pria terlihat sibuk memperbaiki perahu di tepi pantai.

Namun, Arya merasakan sesuatu yang aneh. Meskipun desa itu tampak harmonis, ada aura kesedihan yang tersembunyi di balik senyuman penduduknya.

"Sunan Drajat pasti ada di sini," kata Barong. "Energi tempat ini terasa sangat damai, tapi kau bisa melihat bahwa penduduknya sedang berjuang."

Vassago mengamati seorang wanita tua yang membagikan makanan kepada anak-anak dengan wajah penuh kelembutan. "Sepertinya mereka telah diajarkan untuk saling membantu, bahkan ketika mereka sendiri kekurangan."

Arya memutuskan untuk mencari Sunan Drajat dan memahami apa yang terjadi di desa ini.

Pertemuan dengan Sunan Drajat

Arya bertemu dengan Sunan Drajat di sebuah surau kecil yang terletak di tengah desa. Sunan Drajat adalah pria dengan wajah ramah, mengenakan pakaian sederhana, dan matanya memancarkan kebijaksanaan yang mendalam. Ia sedang mengajari sekelompok anak-anak membaca huruf-huruf Arab Pegon, sembari sesekali tersenyum mendengar candaan mereka.

"Selamat datang, Arya," kata Sunan Drajat dengan suara lembut. "Kau telah menempuh perjalanan panjang untuk sampai ke sini. Aku tahu alasan kedatanganmu."

Arya memberi hormat. "Sunan, saya ingin belajar tentang keseimbangan dan kebijaksanaan yang Anda ajarkan. Saya merasa bahwa ini penting untuk misi saya menjaga Nusantara."

Sunan Drajat mengangguk. "Baiklah. Pelajaran yang akan kau dapatkan di sini adalah tentang kasih sayang dan pengabdian kepada sesama. Nusantara ini tidak hanya dijaga oleh kekuatan, tetapi juga oleh kebaikan hati yang saling menguatkan."

Kehidupan di Desa

Sunan Drajat mengajak Arya mengelilingi desa. Ia menunjukkan bagaimana penduduk saling membantu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang memiliki lebih banyak membagikan kepada yang kekurangan, sementara mereka yang menerima bantuan bekerja keras untuk mengembalikan kebaikan itu kepada komunitas.

"Di sini, kami hidup dengan prinsip bahwa memberi lebih baik daripada menerima," kata Sunan Drajat. "Ketika kau membantu orang lain, kau sebenarnya memperkuat ikatan yang menjaga keseimbangan dunia ini."

Arya memperhatikan seorang pria yang membangun rumah untuk tetangganya yang kehilangan tempat tinggal akibat badai. Meski pria itu sendiri tampak lelah, ia tetap bekerja dengan penuh semangat.

"Apa yang mendorong mereka untuk melakukan ini?" tanya Arya.

"Karena mereka tahu bahwa kita semua saling membutuhkan," jawab Sunan Drajat. "Ketika seseorang jatuh, yang lain harus membantu mengangkatnya."

Ujian dari Sunan Drajat

Sunan Drajat memberikan Arya sebuah tugas sederhana namun penuh makna. Ia meminta Arya membantu seorang wanita tua yang kesulitan membawa air dari sumur ke rumahnya. Sumur itu terletak jauh dari desa, dan jalannya berbatu.

Saat Arya membantu wanita itu, ia menyadari betapa berat beban yang harus ditanggung wanita tersebut setiap hari. Namun, wanita itu tetap tersenyum dan mengucapkan terima kasih dengan tulus.

"Pelajaran ini bukan tentang membawa air," kata Sunan Drajat ketika Arya kembali. "Ini tentang memahami perjuangan orang lain dan menjadikannya perjuanganmu juga."

Arya terdiam. Ia mulai menyadari bahwa menjaga keseimbangan Nusantara tidak hanya tentang melindungi segel-segel, tetapi juga tentang memastikan bahwa semua orang merasa diperhatikan dan tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan.

Kisah tentang Burung Pelindung

Malam itu, Sunan Drajat menceritakan sebuah kisah kepada Arya. Kisah itu tentang seekor burung kecil yang tinggal di hutan. Ketika hutan terbakar, burung itu terbang ke sungai, mengambil setetes air dengan paruhnya, dan menjatuhkan air itu ke atas api. Meski banyak yang menertawakan usahanya, burung itu terus melakukannya tanpa henti.

"Burung kecil itu mungkin tidak bisa memadamkan api sendiri," kata Sunan Drajat. "Tapi semangat dan niatnya menginspirasi yang lain untuk ikut membantu. Kebakaran itu akhirnya padam karena semua makhluk di hutan bersatu."

Arya merasa bahwa kisah itu sangat relevan dengan perjalanannya. Ia mungkin tidak bisa menjaga keseimbangan Nusantara sendirian, tetapi dengan bantuan orang-orang di sekitarnya, apa pun bisa dicapai.

Hadiah untuk Arya

Sebagai tanda penghargaan atas pelajaran yang telah diterima, Sunan Drajat memberikan Arya sebuah kendi tanah liat. Di dalamnya, terdapat air yang diambil dari mata air di gunung sekitar desa.

"Kendi ini melambangkan kehidupan dan kebaikan hati," kata Sunan Drajat. "Ketika kau merasa lelah, ingatlah bahwa setiap tetes air yang kau bagikan akan membawa kehidupan bagi orang lain."

Arya menerima kendi itu dengan rasa hormat. Ia berjanji untuk menggunakan pelajaran dari Sunan Drajat dalam perjalanannya ke depan.

Melanjutkan Perjalanan

Dengan hati yang penuh kehangatan, Arya, Barong, dan Vassago meninggalkan desa Sunan Drajat. Pelajaran tentang kasih sayang dan pengabdian memberi Arya kekuatan baru untuk melanjutkan misinya.

Tujuan mereka berikutnya adalah tempat Sunan Kudus, seorang Wali Songo yang dikenal karena ajarannya tentang toleransi dan harmoni di tengah keberagaman.

Arya tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi setiap pelajaran yang ia dapatkan membawanya semakin dekat pada pemahaman tentang apa arti menjaga keseimbangan sejati Nusantara.

(Bersambung...)