"Berita hari ini, Wakil presiden Perserikatan Guild Internasional, Jack Laroon secara pribadi memberikan panji kehormatan kepada Hunter rank A, Park Deamon, Andi Pratama, Chen Aixin, Damian Farley, dan Nanami Kana sebagai penghargaan karena keberhasilan misi aliansi pertama 5 negara dalam menaklukkan Dungeon level A yang selalu menjadi kekhawatiran negara T di benua Bsia."
[Mi013: Woaah! Hebat sekali, aku sebagai warna negara T berterimakasih sebesar besarnya kepada para Hunter karena membuatku tidur nyenyak!]
[KacangPanjang: Hebat sekali, bang Andi yang terbaik!]
[NaraHideo: Aahhh! Hidup Kana-Sama! Kau yang terhebat!]
[Narakami: Kana-Sama sangat cantik, aku mencintaimu! Mwaah~~]
[Feng Narlan: Hehe, Dewi ku terlihat sangat mempesona, mencintaimu! XiaoAi!!]
Di depan layar komputer, Seorang pemuda menonton siaran langsung yang di tayangkan oleh Chanel Resmi PHI dengan tatapan kosong.
"Apa apaan, bangun bangun, dunia tiba tiba berubah?"
"Hunter? Dungeon? Bukankah ini Setting Khas Manhwa yang pernah aku baca pas SMA?"
"Dan tubuhku, kenapa menjadi menjadi muda lagi? Ini kira kira tubuhku pas berumur 17 tahun kan?"
Pemuda itu berbicara sendiri dengan ekspresi sembelit di wajahnya, berdiri dari kursi kemudian membuka tirai jendela.
Pesawat melintasi langit seperti di kehidupan sebelumnya, tidak ada yang istimewa.
Jalan di penuhi pejalan kaki dan kendaraan, jalanan komersial yang di penuhi papan iklan.
Masih sama seperti di kehidupan sebelumnya, namun tetap ada perbedaan kentera di dalamnya seperti...
"Hei lihat itu! Apakah itu monster pemanggilan? Elang Kepala emas!?"
"Astaga, itu besar sekali! Aku dengan kecepatannya bisa menembus 120 meter perdetik atau lebih dari 290 km/Jam!"
"Beneran? Itu gila!! kalau saja aku juga seorang Summoner."
Pemuda itu mendongak, dan kebetulan sesosok besar melintas tepat di depan jendelanya.
Jantung pemuda itu bertambah cepat, menatap sosok besar yang terbang lambat di udara dengan terkejut.
Sayap yang di penuhi bulu coklat keemasan terentang hingga 6 meter, kepala yang memiliki mata dan paruh yang tajam di hiasi jambul emas yang indah di atas kepalanya.
Tubuh ramping yang proposional yang terlihat seperti burung elang yang di perbesar lebih dari 5 kali lipat!
Dan di atas elang, seorang pria yang terlihat berusia 30 tahun duduk dipelana khusus dengan helm profesional di kepalanya.
"Apakah dunia benar benar berubah?"
"Tidak! Kalau berubah, pasti tidak tiba tiba begini."
"Ini hanya ada satu kemungkinan, yaitu aku tiba di dunia lain!"
Setelah elang terbang menjauh, pemuda itu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, menghela nafas dengan suasana hati yang rumit.
Jika itu 10 tahun yang lalu ketika dia berusia 17 tahun, mungkin dia akan melompat kegirangan setelah mengetahui ini.
Namun sekarang, pemuda itu berfikir dengan rasional.
Hidup di dunia berbahaya seperti itu, hidupnya pasti akan terancam banyak bahaya.
"Tapi untungnya aku berpindah ke dunia yang sama seperti bumi, jika aku pergi ke dunia fantasi seperti anime Isekai.. ugh~ memikirkan hidup tanpa internet dan teknologi saja membuatku merinding!"
"Di dunia ini, apa yang harus aku lakukan?"
"Sekarang aku menjadi 17 tahun lagi, apakah aku harus melanjutkan sekolah?"
"Sekolah ya... Meskipun aku memang merindukan saat saat di sekolah, tapi aku tidak mau mengulang lagi, aku jelas sudah lulus universitas sebelumnya( ≧Д≦)."
*Kriing~
"Hmm? Siapa ini?"
Saat pemuda itu memikirkan masa depannya, ponsel di atas meja tiba tiba bergetar.
[My love Ayunda]
"Ugh... Bu Guru? Inikan nomor Guruku saat SMA."
Melihat nama kontak yang memanggilnya, Pemuda itu tertegun kemudian sedikit malu.
Jangan bicarakan namanya, bukan murid sejati kalau kalian tidak pernah mengagumi seorang guru cantik saag SMA.
Tanpa memikirkannya lagi, pemuda itu menekan tombol menghubungkan.
"Ravindra Cahya! Kamu dimana!? Hari ini adalah hari penentuan Profesi, kenapa kamu tidak datang ke sekolah!?"
Sesaat setelah telpon terhubung, Suara merdu namun di penuhi kemarahan terdengar dari ponsel membuat Vindra menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Maaf Bu, saya baru bangun, kemarin saya terlalu gugup untuk hari ini."
Vindra membuat alasan acak, sebenarnya dari baru saja tiba di dunia ini dan bahkan tidak menerima ingatan dari tubuhnya.
"Apa!? Masih di rumah, kamu ini!? Padahal kamu adalah harapan seluruh sekolah, bisa bisanya kesiangan!?"
"Kamu bersiap dulu, Ibu akan menjemputmu sekarang!"
Ayunda mulai mengomel, sebelum Vindra membela diri, pihak lain sudah memutus sambungan.
"Aduh, padahal Bu Guru terliha cantik, kenapa galak sekali."
"Pokoknya, aku harus bersiap sekarang."
Vindra mengorek telinganya dengan canggung lalu mengeluh, namun dia tidak ingin menyusahkan orang lain. Jadi, dia beranjak dari tempat tidur kemudian pergi ke kamar mandi.
Di kamar mandi, saat air mengguyur kepalanya, banyak ingatan tiba tiba masuk ke kepala Vindra, membuat pemuda itu meringis.
Lima menit kemudian, Vindra membuka matanya, menatap ke arah shower di tangannya dengan ragu.
"Benda ini... Apakah semacam alat canggih untuk mentransfer ingatan?"
"Vindra!? Dimana kamu, aku sudah datang!"
"Hah? Sayang secepat ini?"
Mendengar suara galak di luar, Vindra berhenti membuat lelucon, segera keluar dengan cepat.
"Tunggu sebentar!! Aku sedang memakai pakaian!"
Vindra berteriak ke luar apartemen, membuka lemari kemudian memakai seragam sekolahnya.
Beberapa saat kemudian, Vindra membuka pintu yang menuju balkon.
Saat dia keluar, sesosok tubuh yang indah masuk ke bidang penglihatannya.
Rambut perak panjang hingga ke pinggang berkibar oleh tiupan angin, wajah cantik dengan riasan tipis, tubuh yang proporsional di bungkus Kemeja putih panjang di lapisi jas hitam profesional membuatnya terlihat seperti wanita tegas.
"Guru..."
Melihat sosoknya, mata Vindra tiba tiba menjadi melankolis, emosi yang campur aduk antara kagum, hampa, kaget, nostalgia campur aduk, tidak menyangka bisa melihat sosok yang tidak pernah berhubungan lagi setelah 10 tahun.
"Kamu kenapa bangong begitu, ayo buruan pergi sekarang!"
"Tidak, aku hanya kagum melihat kecantikan mu."
Vindra menyesuaikan suasana hatinya, tersenyum meminta maaf lalu memuji wanita itu.
"Dasar anak nakal, jangan harap aku akan meringankan hukumanu karena pujian receh itu!"
"Hehe, ini bukan pujian, aku hanya mengatakan fakta."
Vindra tersenyum kecil, menatap wanita yang tingginya 10 cm lebih rendah darinya dengan tulus.
"Hmph! Mulutmu sangat manis, kapan kamu mempelajarinya? Tapi itu tidak akan berguna untukku, aku wanita berusia 25 tahun, tidak akan tergoda oleh ocehan bocah sepertimu!"
"Memangnya kenapa kalau 25 tahun."
Vindra menggelengkan kepalanya dengan ringan, situasinya berbeda sekarang, dia bukanlah bocah 10 tahun yang lalu, meskipun tubuhnya memang menjadi 17 tahun lagi, tapi mendalnya berusai 27 tahun sekarang, di matanya, Ayunda merupakan wanita sepantaran.
"Oke, berhentilah berbicara omong kosong, ayo berangkat sekarang!"
"Kira berangkat menggunakan apa?"
"Profesiku adalah penyihir angin, aku akan menggunakan skil untuk membawamu terbang!"
"Jadi, aku harus memelukmu?"
Mendengar ucapan Ayunda, Vindra menoleh, menatap wanita itu dengan penuh penantian.
"Dasar bocah nakal, kenapa kamu menjadi mesum sekarang?"
Wajah Ayunda menjadi merah, tapi mah bagianan lagi, karena terburu buru dia tidak membawa peralatan apapun.
"Jadi?"
"Jangan tanya, ayo berangkat sekarang!"
Ayunda memutar matanya, berjalan mendekat kemudian memeluk pinggang Vindra kemudian mengaktifkan kemampuan yang dia miliki.
Vindra melihat sekeliling, menatap putaran angin yang muncul di sekelilingnya dengan kagum.
"Elemen angin: kepakan bulu udara!"
*Wossh!
"Aerrghh!!!"
Dia sosok melesat dengan hembusan angin kencang, di barengi oleh eriakan kaget dan takut seorang pemuda.
"Vi—Vindra, bocah nakal, kendalikan tanganmu!"
Di udara, Ayunda menatap ke samping dengan dingin, mencubit cakar yang mencengkram adonan marmelow di dalam cangkir G miliknya dengan kuat.
Vindra mengabaikan wanita itu, saat ini dia sangat ketakutn hingga tidak berani membuka matanya.
Satu satunya hal yang membuatnya tenang adalah sensasi lembut yang ada di tangannya itu.
"Grrr!! Aku pasti akan menghukum bocah ini nanti!"
Ayunda menggertakan giginya, menahan Sensasi rasa aneh di Oppainya dan mempercepat terbang.
5 menit kemudian....
"Vindra! Lepaskan tanganmu sekarang, jangan malah meremasnya!"
*Bam!
Dengan wajah kesal, Ayunda mengepalkan tangan merah mudanya, memukul kepala Vindra dengan kuat!
"Arrgh! Sakit sekali, anda kejam sekali, Bu!".
"Jangan membuat wajah tak bersalah seperti itu, bocah mesum!"
"Kira sudah sampai sekarang, jadi berhenti memeluk ku, aku tidak ingin rumor buruk menyebar!"