Pada suatu ketika. Ada seorang ayah yang sangat mencintai putrinya. Ayah itu bernama Alexander atau Alex agar lebih singkat, dan sang anak juga diberi nama Alexa. Sang ayah sangat mencintai anaknya seolah dia sendiri sudah gila.
Saat itu anaknya kelaparan, istrinya menceraikan sang suami. Dikarenakan dia berasumsi bahwa sang ayah sudah hilang akal dan pedofil juga incest. Alex bahkan tak pernah melakukan hal hina seperti itu. Alex hanya sangat menyayangi anak buah hatinya, walaupun sedikit berlebihan tapi tak pernah melewati batas.
Alex meminta permintaan terakhir untuk malam itu, yaitu makan malam bersama. namun sang istri tak ingin memasaknya.
Alex meminta lagi, setidaknya masakan untuk sang buah hati Alexa.
Sang ayah saat itu memegang pisau seraya mengancam istrinya. Sang istri melihat suaminya mengambil pisau tertegun lalu berlari ketakutan. Sang suami mengambil sprint untuk mengejar sang istri.
"aku bersumpah akan-". Teriakan Alex tercekat di tenggorokan nya, dia tak pernah bersumpah sangking dekatnya dengan agamanya. Dia merasa menyesal dan menggumamkan beberapa kata pujian tuhan. Dia adalah orang yang sangat menjunjung tinggi kejujuran
Istri Alex meninggalkan dirinya, Alex membiarkan hal itu. Bayangan istrinya hilang ditelan malam. "ini bisa berlangsung selamanya" gumamnya. Alex mengurungkan niatnya, dan kembali kedalam rumah. Hatinya rasanya tersayat sayat melihat Sang anak yang saat itu masih berumur 3 tahun tertidur dengan letih. Air mata masih bersarang di pipi sang gadis kecil, dia tertidur akibat letih menangis sedangkan perutnya masih kosong.
Sang ayah tak tega melihat anaknya tersebut dalam kondisi seperti itu, dia berjalan ke arah dapur. Alex melihat apakah ada bahan makanan yang ia bisa gunakan. Walaupun itu hanya telur, dia akan mengorbankan apapun untuk anaknya. Setelah beberapa jam mencari bahan makanan yang ia ingin gunakan, berhasil nihil. Dia ingin merampok rumah tetangganya untuk sang buah hati, tapi dia tak boleh melakukan hal tersebut. Dia masih ingat batasan dosa.
Dia kembali membawa pisau ke dapur memposisikan tangan kirinya di atas talenan lalu memotong jari kelingkingnya. Alex merasa kurang puas jika hanya Kelingkingnya. Merasa sang buah hati tak mungkin kenyang dengan kelingking. Dia kembali memotong jari manisnya.
"akhirnya bahan makanan untuk Alexa". Gumamnya pelan dalam nafasnya yang tak beraturan. Dia mengambil kotak P3K untuk mengobati tangannya yang terluka tersebut. Lalu segera mengolah jarinya menjadi sup untuk sang buah hati.
Beberapa menit berlalu, tangan kiri sang ayah berbalut kasa putih. Tangan kanan nya sedang mengaduk sebuah sup di panci. Dia pastikan tulang, kuku dan kulitnya sudah dia buang ke tong sampah. Setelah beberapa saat dengan tangan kirinya yang masih tersisa 3 jari mengambil sebuah mangkuk kecil untuk menjadi wadah sup. Lalu dia menaruh mangkuk di meja kecil di samping tempat tidur.
Dengan hati hati, sang ayah mendudukan sang buah hati ke pangkuannya. Alexa yang tadinya terlelap, membuka kelopak matanya. Segera dia seolah meleleh di pangkuan Alexander. Dia mengubah posisinya agar lebih nyaman.
"Ayah aku lapar" dengan ekspresinya yang masih dilanda kantuk, dengan tangannya yang kecil dia mengusap usap matanya lalu menguap.
Alexander mendudukan Alexa ke pangkuannya. Tangan kirinya diletakan di sekitar pinggang Alexa yang mungil sedangkan Tangan kanan nya meraih sendok kecil lalu menunggu Alexa membuka mulut kecilnya. Alexa membuka mulut kecilnya lalu mengunyah makanan yang ayahnya suap. Alexa menyadari bahwa Tangan kiri yang diatas pangkuannya ternyata berbalut kasa.
"Ayah kenapa? Tanganya luka?" Alexa dengan cahaya mata yang begitu naif. Alexa mendongak bertemu dengan pandangan hangat sang ayah.
"Iya tadi luka saat memasak makan malam" jawab ayah dengan tenang.
***
Alexander adalah orang yang begitu religius. Dalam tahapan ini dia tak akan pernah membunuh atau berbohong sekalipun. Sebenarnya saat dia mengejar istrinya, dia hanya ingin menggertak istrinya. Doa ingin membantu orang orang yang tak mampu sekuat dia.
13 tahun berlalu setelah kejadian tersebut…
Alexa menjadi gadis yang begitu taat pada agamanya. Dia menjadi gadis yang tangguh di segala Medan. Karena kasih sayang ayahnya. Ayahnya masih menjadi seorang yang sangat religius. Keluarga kecil tersebut adalah keluarga harmonis. Suatu ketika, saat Alexa menduduki status sebagai anak SMA.
"Ah sial aku melupakan ujian yang satu ini" Alexa menggaruk garuk kepalanya. Dia tengah duduk di kursinya, di mejanya terdapat selembar kertas, tertulis berbagai soal ujian yang menunggu untuk di jawab.
Alexa merapikan rambutnya, lalu menghela nafas panjang. Ia mengambil pulpen lalu menggores mata pulpen di kertas tersebut dia tahu sendiri bagaimana tegas ayahnya. Sebenarnya ayahnya tidak terlalu tegas. Namun setiap angka selain seratus yang tercetak. Dia merasa seolah dia telah menggores sesuatu di hati ayahnya. Alexa selalu merasa bersalah ketika dia melakukan hal tersebut.
***
Ujian telah usai. Alexa memasuki rumah yang membuat ayahnya yang saat itu tengah duduk di sebuah sofa didalam ruang tidurnya, ruang tidur ayahnya dipenuhi poster agamis dan motivasional. Dia tengah membuat laporan kerja dengan alunan akapela musik agamis yang mengalun merdu.
"Sudah pulang nak?" Ayahnya mengalihkan dirinya dari pekerjaan yang telah menyibukkan dirinya. Ayahnya membuka lengan miliknya, seolah menyambut sosok Alexa yang telah remaja. Alexa tersenyum dengan bahagia lalu duduk di pangkuan ayahnya. Tangan sang ayah melingkar di pinggang Alexa dalam genggaman yang sangat mencintai anaknya. "bagaimana nilaimu nak?".
"Untuk ujian kali ini seratus dong nilainya" kata Alexa dengan senyum tulus. "eh bukan seratus" ayahnya merespons dengan kebingungan yang tergambar di wajahnya. "A-Apa maksud ayah? aku dapat seratus" Alexa kembali menguatkan argumen yang ia ucapkan. Ayahnya menghelakan nafas berat, wajahnya terlihat begitu kecewa dengan putrinya. "nak, kamu taukan, ayah tidak suka orang berbohong" Ayahnya begitu kecewa, senyuman hangat yang selalu terlukis di wajahnya kali ini hilang bagai sihir. Alexa terlihat sangat terintimidasi.
Kebohongan adalah dosa besar, dosa yang dapat menodai beribu ribu pahala
EPILOG
Di kantor polisi kota [REDACTED]
Di ruangan interogasi, Terlihat sosok Alex tengah duduk di kursi dengan tangan yang diborgol, pandangan menghadap lantai dengan ekspresi semu yang tak dapat dibaca. "Apakah kamu tak merasa bersalah? Anakmu baru saja kau bunuh dengan tanganmu", nada dalam suaranya begitu dingin, tak memberi kesempatan untuk basa basi.
"Dia telah berbohong tentang nilai ujian miliknya" kata Alex masih dengan ekspresi ataupun nada yang tak dapat dibaca. "Yang benar saja, kamu itu pengikut agama yang begitu taat. bisanya kamu melakukan pembunuhan dengan tangan sendiri begitu ringannya, terlebih lagi yang kamu bunuh itu adalah anakmu loh. Kamu tahu sendiri pembunuhan itu adalah perbuatan DOSA" sang polisi menekan kata terakhir dalam bentakan tersebut.
Alex berdiri, kursi yang tadi ia duduki hingga mundur satu langkah. dengan kedua tangannya yang masih terborgol dia membentak balik "Kebohongan adalah dosa besar, dosa yang begitu berat. Aku adalah ayah yang baik, aku membuatnya tak perlu menimbun dosa lagi. tapi kamu pernah ingatkan, bahwa orang yang matinya dirugikan adalh orang terpilih yang dibawa ke sisi tuhan" Alex menarik nafas "Aku rela pergi ke neraka demi putriku ke sisi tuhan" itulah argumen terakhir Alex pada interogasi tersebut.
-3/12/2024 Author F a.k.a LazyCoffee
YIPPIE, makasih banyak telah baca ceritaku yang banyak kurangnya ini. Semoga ekspresi kalian seperti yang kuharapkan kaget, seperti terhibur senang dan lainya. Nantikan buku baru dari kami "lost author"