Aku, Wulan, lahir dan dibesarkan di sebuah desa kecil yang terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Nganjuk. Di desa ini, kehidupan terasa sangat sederhana. Tanah-tanah pertanian yang subur dan udara segar adalah apa yang aku kenal sebagai dunia sejak kecil. Meskipun begitu, aku selalu merasa ada sesuatu yang lebih besar, lebih luas dari apa yang ada di sekitar desa ini. Impian-impian besar mengalir dalam diriku, dan aku tahu, sejak dini, bahwa aku ingin mengejar lebih dari sekadar kehidupan yang dibatasi oleh batas-batas desa ini.
Ayahku seorang pensiunan dari perusahaan milik negara yang bergerak di bidang kehutanan di Indonesia, sementara ibuku seorang ibu rumah tangga. Mereka bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi keluarga, meskipun seringkali uang yang mereka hasilkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi, dari merekalah aku belajar arti ketekunan, perjuangan, dan yang paling penting, jangan pernah menyerah pada impian. Kami hidup sederhana, namun ada kebahagiaan dalam kebersamaan kami. Tak jarang, aku melihat betapa kerasnya usaha yang dilakukan oleh ayah dan ibu untuk memastikan kami bisa hidup dengan layak. Meskipun kami tidak kaya, rasa syukur selalu ada di hati mereka. Namun, aku tahu, aku tidak ingin terjebak dalam kenyamanan ini.
Sejak kecil, aku selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Aku sering bertanya pada orang-orang yang lebih tua, berusaha memahami dunia lebih dari apa yang aku lihat di depan mata. Saat aku berada di sekolah dasar, aku selalu merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar, lebih menantang di luar sana. Aku ingin melihat dunia, bertemu orang-orang baru dan menjalani kehidupan yang lebih berwarna. Impian itu terus tumbuh, dan aku merasa bahwa satu-satunya cara untuk mewujudkannya adalah dengan pendidikan.
Setelah lulus SD, aku melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (SMP) di desa yang letaknya agak jauh dari desa tempat aku tinggal. Perjalanan dari desaku ke desa tempat sekolahku agak jauh dekat pegunungan. Ibu dan ayahku berusaha mengumpulkan uang agar bisa membelikan motor untuk aku bisa berangkat lebih cepat setiap ke sekolah. Meskipun aku merasa capek dan lelah setelah sekolah karena jaraknya jauh, aku tahu bahwa ini adalah jalan yang harus aku tempuh untuk meraih impian besar yang ada dalam hatiku.
Di sekolah baruku semuanya terasa asing. Lingkungan baru, teman-teman baru, dan kebiasaan baru. Aku merasa seperti ikan kecil yang terombang-ambing di lautan luas. Namun, aku tak bisa menyerah. Aku tahu bahwa ini adalah bagian dari perjuangan. Aku belajar untuk menyesuaikan diri dan menemukan jalan di antara kerumunan orang-orang yang lebih beruntung dariku. Tetapi, tak jarang aku merasa cemas dan minder ketika melihat teman-temanku yang memiliki segalanya. Mereka punya fasilitas dan kemudahan yang tak aku miliki. Namun, satu hal yang selalu aku pegang teguh adalah prinsipku untuk tidak menyerah dan terus berusaha.
Hari-hariku penuh dengan perjuangan, bukan hanya di sekolah tetapi juga dalam hal beradaptasi dengan kehidupan baru. Aku mulai mencari waktu untuk belajar lebih keras. Malam hari, setelah pulang sekolah, aku sering menghabiskan waktu membaca buku untuk memperdalam ilmu, membaca buku-buku yang lebih berat, dan berusaha memahami dunia yang lebih luas. Di saat-saat seperti itu, aku merasa semakin dekat dengan mimpi-mimpiku, meski perjalanan terasa panjang dan penuh rintangan.
Waktu berlalu, aku harus menerima kabar yang tidak aku harapkan. Ayahku meninggal dunia saat aku lulus SMP dan saat aku duduk di bangku SMK, aku mulai menemukan arah yang lebih jelas. Pendidikan adalah kunci untuk mengubah hidup, dan aku memutuskan untuk fokus pada bidang yang aku minati.
Meskipun ayahku sudah tiada, aku merasa bahwa dia tetap menjadi sumber inspirasiku. Keberanian dan keteguhan hati yang dia tunjukkan selama hidupnya mengajarkanku untuk tetap teguh mengejar impian meski dalam kondisi yang sulit. Kehilangan ayah membuatku semakin sadar bahwa hidup ini tidak bisa diprediksi, dan terkadang kita harus siap berjuang sendiri untuk mewujudkan impian. Aku bertekad, di mana pun aku berada, aku akan mengingat semua pengorbanan yang telah dibuat oleh ayahku
Dengan semangat yang baru, aku melangkah ke masa depan. Pendidikan adalah jembatan yang akan menghubungkan aku dengan mimpi-mimpi yang lebih besar, dan aku bertekad untuk memberi yang terbaik, tidak hanya untuk diriku sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang aku cintai dan mereka yang membutuhkan bimbingan.
Namun, meski aku memiliki impian besar, tantangan hidup terus datang. Di tengah jalan, aku menghadapi banyak rintangan yang membuatku merasa hampir putus asa. Keadaan ekonomi yang terbatas membuatku khawatir tentang biaya kuliah, dan kadang-kadang aku merasa ragu apakah aku bisa mewujudkan apa yang aku impikan. Aku sering berdoa dan berusaha untuk tetap semangat, dengan memegang teguh kata-kata ibuku: "Jangan pernah takut bermimpi, Wulan. Setiap mimpi yang besar membutuhkan usaha yang besar pula."
Semakin aku beranjak dewasa, semakin aku sadar bahwa hidup ini penuh dengan pilihan. Setiap pilihan yang aku buat akan membawa aku lebih dekat atau lebih jauh dari impian yang aku dambakan. Beberapa kali aku merasa kesulitan, merasa takut dan ragu. Tetapi, aku selalu berusaha untuk bangkit dan melanjutkan perjalanan. Dengan dukungan penuh dari orang tuaku, aku memutuskan untuk bekerja dulu mengumpulkan uang untuk bisa melanjutkan kuliah.