Chereads / Pak Presiden Oh Pak Presiden / Chapter 1 - Dari Studio Ke Istana

Pak Presiden Oh Pak Presiden

Ahmad_Sopandi_9119
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 206
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Dari Studio Ke Istana

Dari Studio ke Istana

Tidak ada yang pernah membayangkan bahwa Doni, seorang YouTuber terkenal dengan jutaan pengikut, bisa menjadi presiden. Namun, keadaan politik Republik Nusantara sudah terlalu memprihatinkan. Janji-janji kosong, skandal korupsi, dan kebijakan yang tidak memihak rakyat membuat kepercayaan publik terhadap para politikus konvensional hancur. Pemilu kali ini adalah puncak dari kekecewaan itu.

Doni, yang awalnya hanya berniat membuat konten unik tentang pemilu, memutuskan untuk mencalonkan diri. Kampanyenya sederhana, berbeda dari yang lain. Tanpa baliho besar, tanpa jargon politik rumit, Doni hanya berbicara langsung kepada rakyat melalui vlognya. "Saya bukan politikus. Saya cuma orang biasa, seperti kalian," katanya dalam salah satu videonya yang viral. "Tapi, kalau saya jadi presiden, saya akan buat semuanya sederhana. Tidak ada janji-janji muluk. Yang penting, kita senang dan negara jalan." Tagline kampanyenya "Presiden Tanpa Formalitas" langsung mencuri perhatian. Video-video kampanyenya berisi komedi, parodi politik, dan interaksi langsung dengan rakyat kecil. Ia mengundang pedagang kaki lima, petani, bahkan anak-anak sekolah untuk berbicara tentang masalah mereka. Ketika para calon lain sibuk berdebat di televisi dengan retorika tinggi, Doni membuat vlog tentang makan di warung pecel lele sambil membahas harga cabai yang naik. Dan itu berhasil. Rakyat, terutama generasi muda, merasa terwakili oleh gaya komunikasinya yang santai namun mengena. Ketika hasil pemilu diumumkan, kemenangan Doni adalah kejutan besar. Elite politik terkejut, analis politik bingung, dan dunia internasional menyebutnya sebagai fenomena populisme baru. Namun bagi rakyat, itu adalah kemenangan mereka.

*****

Suara gemuruh tepuk tangan terdengar seperti gelombang pasang yang mengisi aula besar. Doni berdiri di atas podium, mengenakan jas yang terlalu besar untuk tubuhnya dan dasi merah menyala yang tampak seperti pilihan terakhir di toko serba ada. Dia melirik ke kamera yang ada di sudut ruangan dan mengedipkan mata. "Halo teman-teman! Jangan lupa like, comment, dan subscribe! Hari ini kita unboxing istana presiden!" katanya, sambil melambaikan tangan ke arah audiens yang terdiri dari anggota parlemen, menteri, dan beberapa diplomat asing. Sebagian besar dari mereka terlihat bingung, beberapa lainnya menunduk untuk menyembunyikan tawa mereka. Setelah upacara pelantikan selesai, Doni langsung berkeliling istana dengan ponselnya, merekam segala sudut yang menarik. "Guys, lihat nih ruang kerja presiden. Kayaknya ini cocok banget buat studio live streaming gue. Eh, gimana kalau kita bikin giveaway dari sini?" katanya sambil tertawa kecil. Di belakangnya, Pak Jaya, Kepala Sekretariat Negara yang sudah berpengalaman melayani tiga presiden sebelumnya, tampak hampir pingsan. "Pak Presiden, mungkin kita perlu fokus dulu pada rapat kabinet pertama?" tanyanya dengan hati-hati. Doni berhenti sejenak, lalu berbalik dengan senyum lebar. "Bener juga, Pak Jaya! Tapi nanti saya kasih ide, ya. Rapatnya kita live streaming aja biar rakyat bisa ikut komen. Seru, kan?" Pak Jaya hanya bisa menarik napas panjang. Ini akan menjadi perjalanan yang panjang dan penuh kejutan. Setelah beberapa hari beradaptasi, gaya kepemimpinan Doni mulai terlihat jelas. Alih-alih mengundang pejabat tinggi untuk rapat resmi, Doni lebih sering mengundang pedagang kaki lima, mahasiswa, bahkan pengemudi ojek online untuk berdiskusi di kantornya. Dia menyebutnya "Collab Istana."

"Ini supaya suara rakyat benar-benar kedengaran, Pak Jaya," jelas Doni suatu hari sambil menyiapkan tripod untuk vlog berikutnya. "Toh, mereka yang paling tahu masalah di lapangan." "Tapi, Pak Presiden, bagaimana dengan para menteri?" tanya Pak Jaya dengan raut wajah khawatir. "Oh, tenang aja. Mereka juga bakal saya ajak collab. Besok kita bikin prank di sidang kabinet. Bakal viral, nih!" Pak Jaya tak yakin apakah ia harus tertawa atau menangis.

Di sisi lain, rakyat mulai terbagi. Sebagian besar terhibur dengan aksi-aksi Doni yang dianggap segar dan dekat dengan kehidupan mereka. Tetapi, di balik layar, para elite politik mulai resah. Mereka berkumpul dalam pertemuan rahasia, merencanakan langkah untuk mengembalikan "keberadaan" formalitas ke kursi kepresidenan. Namun, Doni tidak peduli. Dia tetap melanjutkan hidup seperti biasanya, membuat konten, menjawab komentar netizen, dan membuktikan bahwa kepemimpinan tidak selalu harus serius untuk memberikan hasil nyata. "Oke, teman-teman! Itu dia hari pertama gue di istana. Jangan lupa share video ini. Sampai jumpa di vlog berikutnya. Presiden out!" tutupnya dengan gaya khas YouTuber, diiringi suara tepuk tangan dan tawa dari tim kecilnya. Perjalanan baru telah dimulai. Dunia politik Nusantara tak akan pernah sama lagi.

Dari Konten ke Kebijakan

Hari-hari awal Doni sebagai presiden adalah campuran antara hiburan dan kekacauan. Di satu sisi, rakyat terus terpukau dengan pendekatannya yang santai dan humoris. Di sisi lain, birokrasi yang terbiasa dengan aturan kaku berjuang keras menyesuaikan diri. "Pak Presiden, kita ada rapat dengan para menteri soal RAPBN jam 10 pagi," ujar Pak Jaya suatu pagi sambil membawa map tebal. "RAPBN? Oh, itu anggaran negara, ya? Bentar, bentar, gue punya ide," jawab Doni sambil merapikan ring light di ruang kerjanya yang kini dipenuhi dengan perangkat vlog. Ketika rapat dimulai, semua menteri sudah duduk rapi di meja oval yang megah. Tapi kali ini, di tengah-tengah meja, ada kamera besar yang diarahkan langsung ke Doni. "Selamat pagi, teman-teman menteri, dan juga para subscriber setia gue!" sapa Doni sambil melambaikan tangan ke kamera. "Hari ini kita bahas uang negara. Gue nggak terlalu ngerti angka-angka ribet, jadi menteri keuangan bakal bantu jelasin. Jangan lupa, kalau punya pertanyaan, tulis di kolom komentar, ya!" Menteri Keuangan, seorang wanita cerdas berusia 50-an, tampak berusaha keras menyembunyikan senyumnya. "Pak Presiden, mungkin kita bahas dulu prioritas anggaran tahun ini?" "Bener banget! Tapi tunggu sebentar," Doni memotong. Dia mengarahkan kameranya ke Menteri Pertanian. "Pak Menteri, gimana soal harga cabai? Netizen banyak yang curhat tuh." Menteri Pertanian, yang sudah menyiapkan presentasi tentang rencana irigasi, hanya bisa mengangguk kikuk. "Ehm, ya, harga cabai memang sedang naik, Pak Presiden." "Tenang, tenang. Kita atur! Mungkin kita bisa bikin lomba nanam cabai di rumah, ya? Gue bikin tutorial nanam cabai, nanti hadiahnya makan malam bareng presiden!" seru Doni penuh semangat. Beberapa menteri menunduk untuk menahan tawa, sementara yang lain terlihat bingung.

Namun, tidak semua orang menerima gaya Doni dengan tangan terbuka. Beberapa tokoh oposisi mulai melancarkan kritik tajam. "Negara bukan mainan, dan presidennya bukan selebriti!" seru seorang politisi senior dalam wawancara televisi. Tetapi, Doni punya jawaban yang tak terduga. "Bener, negara bukan mainan," katanya dalam vlog balasan. "Makanya kita harus serius, tapi serius nggak berarti harus kaku. Gue mau rakyat ikut terlibat. Kalau ada yang salah, ya tinggal komen. Gue baca, kok." Komentar ini langsung memicu gelombang dukungan dari generasi muda, yang merasa bahwa akhirnya mereka punya pemimpin yang benar-benar mendengarkan mereka.

Konflik dan Kolaborasi

Namun, masalah besar datang ketika Doni menghadapi diplomasi internasional. Sebuah konferensi besar akan diadakan di Nusantara, menghadirkan pemimpin dunia. Pak Jaya, dengan wajah serius, memberi briefing kepada Doni. "Pak Presiden, ini penting. Kita harus menunjukkan bahwa Nusantara bisa memimpin dengan elegan di panggung internasional," katanya. Doni mengangguk sambil membuka kamera ponselnya. "Sip! Gue bikin vlog 'Behind the Scenes Diplomasi Presiden' aja. Kontennya pasti keren!" Ketika hari konferensi tiba, Doni muncul dengan jas yang rapi, tetapi masih membawa kamera vlog-nya. Dia menyapa pemimpin negara lain seperti bertemu teman lama, bahkan mengajak salah satu dari mereka untuk selfie. Media internasional langsung heboh. "Presiden paling santai di dunia!" tulis salah satu headline. Namun, beberapa media lain mengkritik, menyebutnya kurang menghormati protokol. Di akhir konferensi, Doni mengunggah vlognya, yang langsung menjadi viral. Dia menjelaskan diskusi tentang perubahan iklim dan kerja sama perdagangan dengan bahasa sederhana. Rakyat Nusantara merasa bangga karena akhirnya mereka memahami apa yang sebenarnya terjadi di panggung global.

Hari-hari kepemimpinan Doni terus menjadi kombinasi unik antara humor, kebijakan nyata, dan interaksi langsung dengan rakyat. Meski banyak yang meragukan awalnya, satu hal menjadi jelas: Nusantara telah menemukan caranya sendiri untuk memimpin dengan gaya yang sederhana, dekat, dan penuh kejutan. Rakyat tak lagi merasa bahwa istana presiden adalah tempat yang jauh dan tak terjangkau. Melalui layar kecil, mereka merasa ikut serta dalam setiap langkah perjalanan Doni. Dan meski dunia politik berubah, satu hal tetap: Doni adalah presiden mereka, apa adanya.