Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Airin & Assandi

🇮🇩DewiNurma28
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
61
Views
Synopsis
Airin dan Assandi adalah pasangan suami istri yang saling dijodohkan oleh kedua orang tuanya dari kecil. Namun Assandi sangat tidak suka dengan perjodohan ini. Dia bahkan bisa bersikap dingin dan Kasar kepada Airin. Namun Airin tetap sabar dan setia mendampingi Assandi karena dia sudah berjanji kepada orang tuanya untuk menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Akankah Airin sanggup bertahan selamanya? Ataukah Assandi akan luluh bersama Airin?
VIEW MORE

Chapter 1 - 1. Kilasan Masa Lalu

Januari 2000,

Anak perempuan berambut ikal menatap jendela kamarnya. Dia termenung memandang air hujan yang turun begitu deras. Hatinya sedih dan pikirannya dilema dengan hidupnya hari ini.

Dia harus menerima hidup yang pahit dari kecil. Tidak ada kasih sayang dari kedua orang tuanya. Hidupnya sudah diselimuti kesepian setiap harinya.

Airin nama anak perempuan itu yang saat ini duduk di bangku kelas 6 dasar. Sebentar lagi dia akan mengikuti ujian nasional dan lulus sebagai alumni dari sekolah dasarnya.

Keinginannya untuk masuk sekolah menengah pertama sangat tipis. Karena keluarga tantenya tidak bisa membiayai sekolahnya lagi sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Mau tidak mau dia harus bekerja paruh waktu di sebuah warung kopi dekat sekolahnya. Karena usianya yang masih belum cukup umur untuk mencari pekerjaan.

Jadi dia harus menerima pekerjaan apapun itu. Demi mencukupi kebutuhan sekolahnya. Tantenya merasa kasihan melihat keponakan malangnya itu menjalani kehidupan yang berat.

Dia sangat kecewa dengan kedua orang tua Airin yang meninggalkannya begitu saja tidak ada rasa tanggung jawabnya.

Tok... Tok... Tok... Suara pintu terketuk.

Airin menoleh menghampiri pintu kamarnya. Dia memegang handel pintu untuk membukanya. Tantenya tersenyum hangat sambil membawakan teh hangat untuk dirinya.

"Kamu belum tidur nak?" Tanya tantenya dengan suara lembut.

Airin menggeleng pelan, "Belum tante, aku masih belum ngantuk."

Tantenya meletekkan segelas teh di atas meja belajar Airin, "Ini tante buatkan teh manis hangat untuk kamu, supaya hujan - hujan seperti ini kamu tidak sakit."

Airin mengangguk dan mengambil segelas teh itu. Dia meminumnya pelan, "Terima kasih tante."

"Bagaimana sekolah kamu? Sebentar lagi ujian akhir kan."

"Iya tante, aku sudah selesai belajar tadi."

Tantenya mengusap lembut rambutnya, "Maafkan tante ya tidak bisa membiayaimu lagi. Karena keadaan ekonomi tante yang juga mulai memburuk. Dan anak - anak tante juga butuh uang untuk sekolah."

Airin tahu jika anak tantenya begitu banyak, ada tujuh orang dan delapan orang jika ditambah dirinya. Maka dari itu tantenya harus berbagi keuangan keluarganya untuk membiayai hidup anak - anaknya.

"Tidak apa - apa tante, aku tidak memaksakan tante untuk terus membiayaiku. Tante menghidupiku dengan makanan saja aku sudah berterima kasih." Ujarnya pelan.

Tantenya tersenyum lembut dan memeluk Airin, "Andai saja kedua orang tuamu masih disini dan bertanggung jawab atas kehidupanmu."

Airin merasa sedih mendengar ucapan tantenya tentang kedua orang tuanya. Dia juga kecewa dengan kedua orang tuanya. Karena mereka hidupnya kini jadi malang seperti sekarang ini.

"Sudah tante jangan membuat suasana menjadi sedih. Aku tidak apa - apa kok, sekarang aku sudah bahagia." Ujar Airin sambil meminum segelas tehnya.

Tantenya mengangguk paham dan beranjak dari duduknya, "Tante keluar dulu, kalau kamu mau apa - apa tinggal cari di dapur ya."

"Iya tante."

Airin melanjutkan kegiatannya memandangi hujan yang tak kunjung reda. Dia membayangkan jika suatu hari bertemu dengan seorang laki - laki yang sangat mencintainya.

Dan membahagiakan hidupnya bersama keluarga kecilnya. Dia tersenyum kecil membayangkan kehidupan dewasa yang belum saatnya itu.

Pagi harinya Airin berangkat sekolah seperti biasa. Tetapi tantenya menyuruhnya untuk jangan berangkat terlebih dahulu. Katanya ada seseorang yang ingin bertemu dengannya.

Dia menuruti perkataan tantenya, tubuhnya berbalik memasuki rumah untuk menunggu siapa orang yang ingin bertemu dengannya.

Tantenya juga tidak menjelaskan siapa orang itu. Dia hanya berkata bahwa ada orang baik yang ingin menemuinya di pagi ini.

Airin mengikuti saja apa kata tantenya. Siapa tahu itu adalah kerabat kedua orang tuanya yang sudah lama ingin bertemu dengannya.

"Nak, itu dia mereka sudah datang." Ucap tantenya gembira sambil menunjuk mobil mewah berhenti di depan rumah tantenya.

Airin melihat mobil itu dengan heran. Ternyata orang yang ingin menemuinya adalah orang kaya. Dari mobilnya saja sudah terlihat jika itu mobil mahal.

Dia juga bisa melihat seseorang keluar dari mobil. Perempuan cantik dengan usia sekitar tiga puluhan berjalan mendekati mereka.

"Selamat pagi ibu dan Airin." Sapa perempuan itu.

Airin terkejut jika perempuan itu sudah mengetahui namanya. Dia terus memandang paras cantik dari perempuan kaya tersebut.

"Selamat pagi Ibu Rosiana, mari silahkan masuk." Ajak tantenya.

Namun perempuan itu menolak karena dia datang hanya sebentar, "Aku kesini sebentar saja untuk membawa Airin ikut denganku."

Airin dan tantenya terkejut mendengar perkataannya yang tiba - tiba seperti itu, "Maaf bu, apa maksudnya?" Tanya tante Airin yang tidak tahu.

Perempuan itu mengusap rambut Airin lembut, "Aku bilang kepadamu bahwa aku akan kesini kan. Tapi bukan hanya mampir saja, tetapi akan membawa Airin bersamaku untuk tinggal di rumahku." Jelasnya.

Airin mengeryit bingung kenapa dia harus mengikuti perempuan kaya ini. Dia jadi takut apakah akan terjadi penjualan anak yang tanpa dia ketahui.

Tapi pikiran buruk tentang itu dia singkirkan seketika. Karena dia tahu bahwa tantenya tidak mungkin akan melakukan hal yang buruk kepadanya.

"Maaf ibu Rosiana, saya tidak tahu jika anda akan membawa Airin pulang. Tapi saya akan serahkan ke Airin biarkan dia yang menentukan." Ucap tantenya.

"Bagaimana Airin?" Lanjut tantenya memberi pilihan kepada Airin.

Airin gugup tidak tahu harus bilang apa, karena dia sama sekali tidak mengenal perempuan ini.

"Saya bingung, karena saya tidak mengenal anda." Ucap Airin sedikit bergetar.

Perempuan cantik itu menunduk menatap mata Airin. Dia tersenyum lembut kepadanya, "Jangan takut, saya bukan orang jahat. Kamu ikut saya nanti akan saya sekolahkan sampai ke jenjang yang lebih tinggi."

"Kalau kamu mau kuliah di luar negeri pun saya bisa mengabulkannya." Lanjutnya yang membuat Airin tergiur dengan tawaran itu.

Karena mimpinya adalah ingin sekolah lebih tinggi sampai sarjana. Apalagi jika itu di perguruan tinggi luar negeri. Airin sangat menginginkannya.

Dia mengangguk dan mengikuti perempuan kaya bernama Rosiana memasuki mobil. Tantenya tersenyum melambaikan tangan melihat keponakan tersayangnya pergi mengikuti orang lain.

Tapi di balik itu dia merasa lega karena keponakannya bisa hidup nyaman bersama keluarga dengan ekonomi berkecukupan. Dia tahu jika Rosiana adalah sahabat baik dari ibu kandung Airin.

"Semoga kamu bahagia bersama keluarga barumu Airin." Gumamnya yang kemudian berbalik badan memasuki rumahnya.

Di mobil Airin hanya diam memandangi pemandangan kota selama perjalanan. Dia meremas kedua tangannya karena gugup tidak tahu harus bersikap bagaimana dengan perempuan kaya yang duduk di sampingnya.

Sedangkan Rosiana tersenyum lembut menatap gadis cantik di sampingnya. Dia sangat beruntung bisa bertemu dengan Airin. Karena dia dan ibu kandung Airin sudah bersepakat untuk menjodohkan anak - anak mereka.

Jadi lebih awal dia akan membawa Airin untuk di didik menjadi perempuan berkelas mendampingi anaknya saat dewasa nanti.

"Jangan gugup sayang, kita sudah sampai di rumah saya." Ucap Rosiana sambil membuka pintu mobil.

"Ayo nak keluar, kita masuk." Ajaknya kepada Airin.

Gadis itu menuruti perintah Rosiana sambil tangannya digenggam erat. Rosiana menggandengnya menuju ke pintu utama rumahnya.

Saat pintu terbuka Airin bisa melihat sorot mata tajam yang mengarah kepadanya. Mata itu mengintimidasi dirinya yang baru saja memasuki rumah.

"Assandi, perkenalkan dia Airin yang akan menjadi anggota keluarga kita." Ucap Rosiana yang tidak dibalas oleh putranya.

Anak laki - laki bernama Assandi itu tetap diam menatap tajam mata Airin. Sehingga membuat jiwa Airin menjadi takut untuk tinggal bersama keluarga ini.

"Assandi jangan menatap seperti itu, kamu membuat takut Airin." Rosiana menegaskan kepada putranya, namun putranya berbalik badan dan berlari meninggalkan mereka berdua.

Rosiana menghela napas pelan, "Maafkan anak saya ya Airin. Dia memang begitu jika bertemu orang baru. Tapi lama kelamaan dia akan luluh dan bisa menerima kamu."

"Maaf bu, sebaiknya saya kembali pulang saja ke rumah tante saya. Karena saya tidak enak sama keluarga ibu yang lainnya." Ucap Airin kemudian.

Rosiana berjongkok menatap wajah Airin, "Jangan begitu, kamu sekarang adalah keluarga kami. Sampai kapanpun kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami."

Airin menatap sedih wajah Rosiana. Karena dia bertemu dengan orang yang sangat baik dengannya. Bahkan orang itu bisa menerima dirinya apa adanya.

Januari 2024,

Airin menyenderkan kepalanya pada kaca jendela kamarnya. Kilasan masa lalunya kembali membuatnya sedih. Kilasan masa lalu itu adalah pertemuan pertamanya dengan keluarga suaminya.

Ya, Assandi akhirnya menjadi pasangan hidupnya yang sudah berjalan dua tahun ini. Tetapi pernikahan selama dua tahun itu tidak berjalan harmonis seperti pasangan pada umumnya.

Airin selalu kesepian meski sudah mendapatkan teman di hidupnya. Dia tidak pernah bertegur sapa dengan suaminya dari pertama bertemu sampai saat ini sudah menjadi pasangan suami istri.

Dirinya hanya berbicara seadanya dengan suaminya dan selalu mendapat jawaban tidak mengenakkan hati. Airin tetap bertahan karena kedua orang tua Assandi sangat baik kepadanya.

Hingga dia benar di sekolahkan di luar negeri sesuai keinginannya. Tetapi sebagai gantinya dia harus menikah dengan putranya dan menjaga putranya yang tidak memiliki saudara kandung satupun.

Karena Assandi adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya di negaranya.

"Kalau dulu aku tau ini adalah perjodohan mungkin aku akan menolaknya. Tapi jika dulu aku menolaknya, mungkin aku tidak akan seperti sekarang ini." Gumamnya yang kemudian dia berbalik menuju tempat tidur.

Drrrt... Drrttt.. drrttt... Ponselnya tiba - tiba berdering menampilkan nama sahabatnya di kantor.

Airin mengangkat panggilan dari sahabatnya itu, "Ya halo Ra, ada apa?"

"Kamu dimana?" Balik tanya Rara nama sahabat Airin.

"Ya aku di rumah Ra." Jawab Airin sambil meluruskan kakinya di atas tempat tidur.

Suara kekehan Rara dari seberang, "Ckck mentang - mentang bos jam segini nggak ke kantor?"

Airin memutar malas bola matanya, "Astaga, aku kan sudah pengajuan cuti istirahat dua hari karena sakit Ra." Jelas Airin karena dirinya hampir tidak sadarkan diri saat berada di perusahaannya.

"Iya iya aku hanya bercanda, kamu istirahat saja ya aku nanti sepulang kerja mau kesana bersama Rian." Ucap Rara antusias.

Dia bersama suaminya yang bernama Rian adalah teman dekat Airin. Mereka berdua tahu bagaimana lika - liku hidup sahabat baiknya itu dalam menghadapi rumah tangganya.

"Iya, aku tunggu deh." Jawab Airin yang kemudian mereka saling mematikan panggilannya.