PEMBERITAHUAN PENTING "NOVEL INI DI BUAT DENGAN BANTUAN AI"
Chapter 2: Langkah Pertama Menuju Kekuasaan
**Persiapan Ronde Kedua**
Sorak-sorai penonton masih menggema di telinga Lavor saat ia berjalan keluar dari arena. Tubuhnya masih terasa pegal, sementara darah Direwolf yang mengering masih menempel di bajunya. Namun, di balik kelelahan itu, ada juga rasa puas karna berhasil bertahan hidup.
Di luar arena, pria yang mendaftarkannya menunggu sambil bersandar di dinding. Pria itu melipat tangan dengan senyum kecil. "Kau ternyata lebih baik dari yang kukira, bocah!," katanya sambil tersenyum lebar dan memberi isyarat agar Lavor mengikutinya.
Lavor hanya mengangguk. "Apa ini berarti aku lolos ke ronde berikutnya?"
"Tentu saja," jawab pria itu. "Tapi jangan berpikir itu akan lebih mudah. Pertarungan berikutnya akan lebih brutal dan juga musuh mu yang akan lebih kuat. Jadi, kau harus bersiap, mengerti bocah?."
Lavor tidak membalas. Dalam hatinya, ia tahu bahwa tidak ada jalan keluar dari tempat ini kecuali ia menjadi lebih kuat.
---
**Tempat Tinggal yang Kumuh**
Pria itu membawanya ke sebuah bangunan kecil di pinggiran kota arena. Bangunan itu tampak tua dan kumuh, dengan dinding kayu yang sudah lapuk dan atap yang berlubang di sana-sini.
"Ini tempatmu," kata pria itu, mendorong pintu yang berderit.
Di dalam, hanya ada sebuah ranjang reyot, meja kecil, dan lilin yang hampir habis. Tidak ada apa pun yang membuat tempat itu terasa nyaman.
"Ini tempat tinggalmu sementara. Kau bisa tinggal di sini selama kau bertarung di arena. Tapi jangan berharap banyak, karna hanya para juara yang mendapatkan kemewahan," tambah pria itu sambil tertawa kecil.
Lavor menatap sekeliling dengan pasrah. "Aku tidak punya pilihan lain, kan?"
Pria itu mengangguk. "Tepat sekali. Beristirahatlah. Kau akan membutuhkannya."
Setelah pria itu pergi, Lavor duduk di ranjang, membiarkan tubuhnya rileks sejenak. Namun, pikirannya tidak tenang. Sistem Gladiator kembali muncul di hadapannya, memberikan pemberitahuan:
**"Misi Baru: Tingkatkan Kekuatan. Latihan Akan Membuka Skill Pertama Anda."**
Melihat itu, Lavor sedikit malas tapi semangat Lavor juga ikut membara lagi. "Jika aku ingin bertahan, aku harus menjadi lebih kuat," gumamnya.
---
**Latihan Intensif**
Tanpa membuang waktu, Lavor keluar dari tempat tinggalnya dan mulai berlatih di lapangan terbuka di dekat pos. Ia mengayunkan pedangnya berkali-kali, melatih serangan dan pertahanannya. Sistem memberikan panduan latihan, mengoreksi setiap gerakannya dengan akurasi luar biasa.
Selama enam jam penuh, ia berlatih tanpa henti mengayunkan pedang, menghindari serangan imajiner, dan melatih ketahanannya. Keringat mengucur deras dari tubuhnya, namun ia tidak peduli.
**"Latihan Selesai. Skill Pertama Terbuka: [Swift Strike]."**
Mata Lavor melebar saat ia membaca deskripsi skill itu:
- **[Swift Strike]: Serangan cepat dengan akurasi tinggi yang dapat menembus pertahanan ringan. Cooldown: 10 detik.**
"Ini... luar biasaa!," teriaknya. Ia merasakan kekuatan baru mengalir dalam tubuhnya, memberinya harapan untuk menghadapi tantangan berikutnya.
---
**Berjalan di Kota**
Setelah latihan, Lavor memutuskan untuk menjelajahi kota terdekat. Kota itu dipenuhi dengan pedagang yang menjual berbagai macam barang: senjata, baju zirah, makanan, dan benda-benda magis. Penduduknya berasal dari berbagai ras, termasuk manusia, elf, dwarf, dan makhluk-makhluk aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Sambil berjalan, Lavor mencoba memahami dunia baru ini. Ia melihat gladiator dengan pakaian mewah yang dikelilingi pengikut, dan juga mereka yang terlihat terluka dan kelelahan. Dunia ini benar-benar keras dan tidak memberi ampun.
Namun, langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara teriakan dari sebuah gang sempit.
"Tolong! Jangan ambil barangku!" suara seorang perempuan bergema.
Lavor menoleh dan melihat seorang perempuan muda dikelilingi oleh tiga pria bersenjata. Perempuan itu tampak ketakutan, memeluk tas kecilnya erat-erat.
Lavor mengepalkan tinjunya. "Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi begitu saja di depanku."
---
**Melawan Perampok**
Lavor berjalan mendekati mereka. Salah satu perampok menoleh dan tertawa sinis. "Hei, bocah, ini bukan urusanmu. Pergi sebelum kau terluka."
Namun, Lavor tidak mundur. Ia mengangkat pedangnya. "Lepaskan dia, atau kalian akan menyesal."
Perampok itu tertawa lebih keras. "HAHAHAHAHA, Kau pikir kau bisa mengalahkan kami, sendiriann???? Jangan buat kami tertawa."
Tanpa peringatan, salah satu dari mereka menyerang Lavor dengan belati. Lavor berhasil menghindar dengan langkah cepat, berkat latihan intensif yang baru saja ia lakukan. Ia mengayunkan pedangnya, namun serangan itu ditangkis oleh perampok lain.
**"Gunakan Swift Strike,"** kata sistem di dalam pikirannya.
Mendengar itu, Lavor memfokuskan energinya dan menyerang dengan kecepatan luar biasa. Pedangnya menembus pertahanan salah satu perampok, membuat pria itu jatuh ke tanah sambil memegangi lengannya yang terluka parah.
Dua perampok lainnya terkejut, namun mereka tidak mundur. Mereka menyerang Lavor secara bersamaan, memaksa Lavor untuk bertahan mati-matian.
Dengan ketahanan dan keberanian, Lavor menghindari serangan demi serangan. Ia menggunakan Swift Strike sekali lagi untuk menjatuhkan perampok kedua, sementara yang terakhir mencoba melarikan diri.
Namun, Lavor melempar pedangnya dengan kekuatan penuh, membuat perampok terakhir terjatuh dan tak berdaya.
---
**Imbalan Sang Dari Gadis**
Sorakan kecil terdengar dari gadis yang diselamatkan. Ia berlari mendekati Lavor dengan wajah penuh rasa terima kasih. "Terima kasih banyak! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak menolongku."
Lavor mengangguk sambil tersenyum tipis. "Aku hanya melakukan apa yang benar."
Gadis itu membuka tasnya dan mengeluarkan sekantong kecil berisi koin emas. "Ambillah ini sebagai tanda terima kasihku. Ini semua yang aku punya, tapi kau pantas mendapatkannya."
Awalnya, Lavor menolak. "Aku tidak melakukannya demi uang."
Namun, gadis itu memaksa, sambil tersenyum lembut. "Tolong terima. Kau menyelamatkanku. Ini hal kecil dibandingkan nyawaku."
Akhirnya, Lavor menerima hadiah itu. "Terima kasih. Aku akan menggunakannya dengan bijak.(terus kenapa dia meminta tolong kalau, akhir akhirnya dia memberikan semua koin nya kepadaku??)"
"Namaku Arlyn," kata gadis itu, sebelum pergi dengan aman.
Lavor berdiri di sana, melihat gadis itu pergi. Dalam hatinya, aku bingung tapi bahagia karna keberuntungan berada di sisiku, inilah saatnya makan!!!.
---
**Akhir Chapter 2**