Takahashi Ryuji,seorang anak culun,lemah,dan bodoh berkeinginan ingin menjadi pedekar pedang terkuat didunia.Karena ia terkagum kagum dengan foto seorang samurai di kamar yang dimana itu adalah foto ayahnya yang ia tidak ketahui bahwa itu adalah ayahnya yang sudah meninggalkannya sejak lahir,dia tinggal sebatang kara sedari kecil,dia belum pernah melihat ayah atau pun ibunya.
dirumahnya ada pedang yang belum pernah ia sentuh,karena ia tidak peduli dengan pedang itu yang dikiranya hanya pedang biasa yang tidak spesial.padahal,pedang itu adalah pedang ayahnya di masa dulu,pedang itu adalah pedang terkuat,Jigoku No Hono Ken.Pedang peninggalan ayahnya saat meninggalkan Ryuji dari kecil.
Dia memutuskan dengan matang ia akan belajar di Kawaguchi Village tempat terkenal dimana para samurai hebat lahir.Dia rela berangkat sendiri dengan hanya berjalan kaki dari rumahnya yang berjarak 300km dari Kawaguchi Village.
Dia berjalan selama 1 bulan lebih 2 minggu.Dia berjalan karena uang yang dia miliki tidak cukup untuk menaiki alat transportasi,uangnya hanya cukup untuk ia makan dan minum saja.Di hari pertama perjalanannya ia sudah lelah berjalan saat berjalan 15 menit dari rumahnya,ia sudah lelah karena ia memang tidak pernah olahraga selama hidupnya.
Tapi,dia memaksakan dirinya untuk terus berjalan,untungnya,hari itu sedang cuaca cerah jadi tidak ada kendala saat perjalanan hari pertamanya.ketika malam,ia hanya tidur di kursi jalan.Kesulitan yang ia alami mulai ada saat 1 minggu setelah ia berjalan,kaki dia mulai sakit,dan hujan mulai sering turun.Ketika hujan dia berteduh di teras minimarket.Orang orang hanya mengabaikan karena orang orang mengira Ryuji hanya ingin berjalan dekat yang sedang menunggu hujan.
Ia hampir sangat putus asa di hari ke 10 nya.Mentalnya sudah sangat turun dengan kaki yang semakin sakit,hujan yang semakin sering dan deras,dan juga uang yang semakin habis.Untungnya dia membawa foto seorang samurai yang berada di kamarnya sebagai penyemangatnya dalam perjalanan.
Suatu ketika ia berjalan,tepatnya di hari ke-12,ia dihadang oleh beberapa anggota geng motor yang merampas uangnya,dia tidak bisa melawan karena faktor jumlah,kakinya dan fisiknya yang memang dari awal lemah.Ia semakin putus asa dan merenung di taman sembari beristirahat.Yang dipikiran Ryuji hanyalah "Lanjut" atau "Berhenti".
Ia melihat lagi foto samurai itu(ayahnya) dan ia mulai menangis karena dia yang begitu lemah,dia yakin bahwa samurai itu (ayahnya) berlatih lebih keras dari yang ia hadapi sekarang.
Ia meneruskan tekadnya dan berjanji untuk tidak mengeluh lagi,dia menampar keras dirinya agar dirinya sadar bahwa ini bukanlah akhir.
Ia melanjutkan lagi perjalanannya,betapa beruntungnya dia,ada sebuah mobil yang ingin memberikan tumpangan padanya.Ia langsung menangis dan bersyukur atas bantuan dari pembawa mobil tersebut.Untungnya pembawa mobil itu sangat baik kepada Ryuji dia bahkan memberi makanan kepada Ryuji walau hanya Mie instan.Tapi,Ryuji terus bilang terima kasih sambil menahan air matanya kepada pembawa mobil,dia makan mie instan itu didalam mobil sambil melihat jalan dari jendela sambil tersenyum menahan air matanya karena keputusan yang ia ambil tidaklah sia sia.
setelah beberapa hari,Ryuji akhirnya diturunkan dari mobil karena ke desa Kawaguchi village hanya beberapa kilometer lagi,saat ia turun ia terus menerus bilang terima kasih kepada pembawa mobil,ia tidak akan melupakan jasa pembawa mobil tersebut sampai ia mati.
Setelah pembawa mobil itu berangkat ke tujuannya sendiri,Ryuji hanya perlu berjalan 5 km saja,di setiap langkah perjalanannya ia terus merinding karena perjuangan yang ia hadapi tidaklah sia sia.
Perasaannya campur aduk.bahagia,karena dia hampir berhasil mencapai tujuannya,sedih karena ia mengingat semua perjuangannya dengan berjalan dari rumah,dan kesal,karena ia tidak sepenuhnya ke Kawaguchi village dengan berjalan kaki sesuai janjinya dan karena ia juga menganggap dirinya masihlah lemah karena ia harus melihat foto samurai itu (ayahnya) jika ingin bersemangat lagi.ia merasa semangatnya bergantung pada foto itu.