Kupingku berdengung keras, seolah menandakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Detik-detik terasa begitu lambat, sementara rasa sakit semakin tajam. Darah terus menetes dari kepalaku, dan perlahan kesadaranku mulai hilang.
"Ahhh!" Aku terbangun dengan panik, napasku terengah-engah, dan jantungku berdegup kencang. Mimpi itu terasa begitu nyata, seakan bukan sekadar mimpi. Ketakutan akan kematian dan rasa sakit yang kurasakan benar-benar mencekam.
"Anakku, bangunlah! Ayah, cepat kemari!"
Suara seorang wanita paruh baya menggema. Tangannya yang hangat menggenggamku erat. Bahasanya asing, tidak pernah kudengar sebelumnya. Aku ingin bertanya siapa mereka dan apa yang terjadi padaku, tetapi rasa sakit itu semakin menusuk hingga kesadaranku memudar lagi.
---
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Saat membuka mata, aku merasa tubuhku aneh. Aku mengangkat tanganku dengan sulit—itu jauh lebih kecil dari sebelumnya. Begitu tersadar sepenuhnya, aku terkejut melihat Tubuhku seperti anak kecil berusia 2 atau 3 tahun.
Ketika sedang kebingungan, seorang pria berusia sekitar 30 tahun mendekatiku dengan wajah cemas. "Jack? Bagaimana keadaanmu, Nak?" katanya lembut.
Aku ingin menjawab, tetapi hanya suara raungan aneh yang keluar dari mulutku. Pria itu tertawa kecil dan mengelus kepalaku. "Tenang saja, kau pasti masih lemah. Ini, minumlah air ini."
Aku menerima segelas air yang diberikan olehnya, meski tetap bingung. Potongan-potongan ingatan mulai kembali. Aku sedang dalam perjalanan pulang setelah shift malam, mengendarai motor, ketika tiba-tiba penglihatanku kabur. Kecelakaan? Atau mungkin... aku sudah mati?