Saat fajar pertama menyingsing di ufuk timur, Penguasa Puncak Porus menyerahkan kantung batu mana kepada manajer penginapan, gerakannya cepat dan terlatih. Manajer itu mengangguk dengan penghargaan, memasukkan pembayaran itu ke saku seraya membungkuk.
Porus berbalik, jubahnya berkibar di belakangnya saat ia melangkah keluar dari penginapan, diikuti rapat oleh dua muridnya, Kent dan Fatty.
Jalanan masih sunyi, kontras dengan kesibukan yang akan segera menyusul. Trio itu melanjutkan perjalanan mereka menuju Puncak Sembilan Kuali, di mana gerbang teleportasi menunggu.
Saat mereka naik, jalur menjadi semakin ramai, dan pada saat mereka mencapai puncak, barisan orang yang meliuk seperti ular membentang dari atas hingga bawah. Gerbang teleportasi, lengkungan yang megah bersinar dengan ukiran runik, khusus dibuka bagi mereka yang mengunjungi tanah warisan hari itu.