Suasana ballroom semakin meriah. Para tamu undangan berbincang dengan hangat, dan panggung besar yang dihiasi dengan lampu kristal terlihat megah menampilkan pidato dari tokoh-tokoh penting di dunia medis. Elan duduk dengan gugup di samping Dean sambil melihat ke sekeliling dengan takjub.
"Tidak bisakah kamu tenang?" tanya Solomon yang mulai terganggu karena Elan terus melihat ke segala arah.
"Ah, maaf! Aku hanya terlalu bersemangat. Ini pertama kalinya aku di tempat semegah ini!" bisik Elan pada Solomon.
"Hahahaha, santai saja! Kamu akan terbiasa nantinya!" ujar Solomon sambil tertawa.
Pembawa acara naik ke atas panggung, dia adalah seorang wanita muda dengan gaun berwarna hitam yang elegan, rambutnya terurai dan sebuah hiasan berkilau tersemat di sisi kepalanya, "Selamat malam pada hadirin yang kami hormati! Perkenalkan saya Irene Estelle, malam hari ini saya akan berperan sebagai pembawa acara penganugerahan Penghargaan Medis oleh GHO: Global Health Oversight!"
Suara riuh tepuk tangan kembali memenuhi ruangan besar itu bersama dengan iringan musik nan megah. Irene sendiri adalah seorang artis yang cukup terkenal dan juga aktivis untuk kegiatan-kegiatan kesehatan mulai dari kampanye kebersihan kota, pemerataan gizi, gerakan anti kanker, dan lain sebagainya, jadi kehadirannya di sini tidaklah aneh.
"Sebelum kita masuk ke acara utama kita, saya akan mempersilahkan kepada tuan Eden Lockhart selaku ketua GHO untuk memberikan sambutan! Silahkan tuan Lockhart!" Irene mundur dan mempersilahkan seorang pria paruh baya berbadan kekar dengan rambut putih dan wajah brewok, melangkah ke podium dengan penuh wibawa. Tepuk tangan para hadirin menyambutnya dengan hangat, namun ada beberapa orang yang terlihat bertepuk tangan dengan enggan.
Eden berdiri di podium dan memandang hadirin dengan tenang, suara tepuk tangan perlahan mereda dan ia mulai berbicara. "Terima kasih, Anda sekalian adalah para pelopor dan para pejuang yang telah bahu membahu untuk mewujudkan dunia yang lebih baik dan sehat. Saya berbicara di sini sebagai perwakilan dari GHO dan atas nama dunia medis, saya ingin mengucapkan selamat kepada para inovator yang telah membawa harapan baru bagi pengobatan herbal. Inovasi yang lahir dari alam, seperti 'Tears of Life' dari Maceline Biotech, adalah contoh yang sempurna bagaimana kita dapat merangkul solusi yang lebih aman dan berkelanjutan untuk semua orang tanpa memberikan resiko yang besar bagi pasien," katanya penuh keyakinan.
"Bahkan saya dengar produk ini bisa tercipta berkat inovasi dari seorang generasi muda yang menjanjikan! Saya percaya ini adalah saatnya pada generasi muda diberi kesempatan untuk berkontribusi lebih banyak di dunia medis!" Eden terlihat sangat bersemangat sambil sesekali melirik ke arah Elan dan tersenyum.
"Saya mendorong kita semua untuk terus berkembang demi kesehatan dan keselamatan, demi kelangsungan hidup umat manusia dan anak cucu kita kelak. Terima kasih!" kata Eden, Irene segera maju setelah Eden berjalan keluar dari area panggung dan turun kembali ke tempat duduknya. Semua orang bangkit berdiri dan bertepuk tangan.
"Dia cukup berkarisma," gumam Solomon.
Irene menunduk memberi salam pada Eden yang berjalan menuruni podium dan segera kembali ke posisinya.
"Baiklah, sekarang saatnya bagi kita untuk menyambut tamu kehormatan dari Umbra Corp Pharmaceuticals! Tuan Ares Saboro, silakan!"
Tepuk tangan kembali memenuhi ruangan besar itu. Seorang pria berusia empat puluhan berjalan menuju podium dengan gagah, ia mengenakan setelan hitam yang tampak elegan.
"Para hadirin yang terhormat, malam ini kita merayakan masa depan. Inovasi seperti Tears of Life menunjukkan bahwa pengobatan alami memiliki masa depan yang cerah di dunia medis. Namun, saya percaya ini hanyalah awal dari perjalanan panjang. Dunia medis masih dipenuhi misteri, dan kami di Umbra Corp akan terus memberi dukungan demi pengembangan ilmu medis yang lebih baik…."
Ares masih terus berbicara namun tiba-tiba Solomon berbisik pada Elan.
"Elan, pria itu…"
"Ada apa Solomon?" Elan menjawab sambil terus berpura-pura fokus pada Ares yang ada di podium.
"Dia penuh dengan energi demonic!" ucapan Solomon ini membuat Elan kehilangan ketenangan sesaat sehingga membuat Dean meliriknya, Elan hanya tersenyum canggung lalu kembali menatap ke arah Ares sambil menelan ludah.
"Kau yakin?" tanyanya pada Solomon.
"Meski aku tak tahu dia yang mana, tapi sangat jelas bahwa dia salah satu dari 72 iblis yang pernah ku segel!" ujar Solomon dengan yakin.
Elan tercekat, jantungnya berdegup lebih cepat dan secara reflek menatap Ares dengan sedikit membelalak.
"Kau harus tetap tenang. Dia belum menyadari kehadiran kita, tapi kita harus waspada," lanjut Solomon.
Elan mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan kegelisahannya sementara Ares masih melanjutkan pidatonya tanpa menyadari bahwa ada yang memperhatikan dirinya.
Setelah pidato dari Eden dan Ares selesai, tibalah saatnya bagi Dean dan Elan untuk menerima penghargaan.
"Kini tiba saatnya acara utama yang kita nantikan pada malam hari ini! Penganugerahan penghargaan medis internasional GHO!" Irene dengan penuh semangat membuka sesi penganugerahan yang disambut dengan tepuk tangan meriah para hadirin.
"Baiklah, yang pertama! Untuk kontribusinya dan keberhasilannya dalam mengembangkan obat herbal dengan kualitas terbaik! 'Herbal Medicine Innovation Award' dipersembahkan kepada Maceline Biotech! Kita sambut, tuan Dean Maceline! CEO sekaligus pendiri Maceline Biotech!" Irene memberi tanda pada Dean untuk naik ke panggung. Dean maju diiringi tepuk tangan dari para hadirin.
Eden menyerahkan sebuah piagam kepada Dean dan menjabat tangannya dengan penuh rasa bangga.
"Selamat tuan Maceline!" kata Eden dengan suaranya yang penuh wibawa.
"Terima kasih tuan Lockhart! Tapi bintang sebenarnya adalah anak yang akan naik setelah ini," ujar Dean sambil tersenyum penuh arti.
"Hahaha, benar sekali! Kita harus mengobrol setelah acara ini selesai, ok?" kata Eden terlihat senang. Dean mengangguk dan setelah berfoto bersama ia memberi pidato singkat.
Dalam pidato singkatnya, Dean memuji seluruh tim di Maceline Biotech dan memberikan apresiasi khusus kepada Elan atas kontribusi revolusionernya. "Penghargaan ini adalah hasil kerja keras semua orang di perusahaan kami, terutama pemuda yang telah memberikan bantuan besar disaat kami semua hampir menyerah, yang dengan inovasinya membawa perubahan besar di industri ini." Dean turun diiringi suara tepung tangan yang meriah.
"Hadirin sekalian pasti penasaran dengan identitas dari pemuda yang disebutkan oleh tuan Maceline. Karena itu, tanpa berlama-lama lagi! Mari kita sambut penerima 'Natural Medicine Manufacturing Excellence Award' termuda dalam sejarah, Elan Aldridge!" seru Irene.
Dominic yang duduk di belakang Elan langsung menjatuhkan rahangnya dengan tangan gemetar. "E–e–lan…??!"
Elan sangat gugup, dia menarik nafas dalam-dalam dan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke panggug. Saat melihat Elan benar-benar naik ke panggung, Dominic langsung pingsan di tempat duduknya.
Di saat yang sama, anak-anak di rumah sedang menonton Elan dari TV.
"Kak Maria! Lihat itu kak Elan!" seru Ayla saat Elan dipanggil maju ke panggung. Maria yang sedang mencuci piring langsung berlari ke ruang tamu tempat mereka menonton TV.
"Wah! Ganteng banget!" serunya saat melihat Elan berdiri dengan gagah di atas panggung, meski wajahnya terlihat gugup.
"Hihihi, kak Elan keliatan grogi tuh," Arden cekikikan melihat ekspresi Elan yang kaku.
"Hehehe, ini pertama kalinya kak Elan datang di acara sebesar ini kan? Jadi wajar kalau grogi, yang penting kalian bisa bangga sekarang karena kak Elan akan jadi orang terkenal secara internasional!" ujar Maria dengan semangat.
"Kami selalu bangga kok dengan kak Elan" ujar Nina, Maria langsung tersenyum terharu mendengar kalimat itu.
"Betul, kakak juga selalu bangga dengan kak Elan," ucap Maria sambil memeluk Nina, kini mereka semua fokus menatap ke layar TV.
Eden menyerahkan piagam dan menjabat tangan Elan dengan senyum bangga, tangan Elan terlihat begitu kecil di tangan Eden yang kekar.
"Kerja bagus nak! Aku nantikan kejutan berikutnya darimu!" ujar Eden.
"T-terima kasih pak!" jawab Elan gugup. Eden mengangguk dan mempersilakan Elan untuk maju ke podium. Elan maju dan berdiri di podium dengan keringat dingin, namun ia menarik nafas dan menenangkan diri.
"Saya merasa sangat terhormat bisa berada di sini, jika saat ini saya tidak berdiri di sini dan mendapatkan penghargaan ini mungkin orang-orang takkan mengenal saya atau hanya akan mengenal saya sebagai seorang bocah amatir….seorang bocah yang entah berasal dari mana dengan ide acak yang entah apa dasarnya…," ucap Elan, mencoba menahan rasa gugupnya. "Namun, berkat orang-orang yang menaruh kepercayaan pada saya dan tanpa ragu-ragu memberi saya kesempatan. Mereka menerima saran dari bocah amatir ini dan memberikan kesempatan pada ide yang mungkin menurut sebagian orang terlihat tak berdasar. Dan berkat merekalah 'Tears of Life' lahir! Dean Maceline, tim di Maceline Biotech, dan juga adik-adik tercintaku yang kini menunggu di rumah, berkat orang-orang luar biasa inilah 'Tears of life' dapat tercipta dan menjadi inovasi medis herbal terbaik."
"Terima kasih, saya tak bisa menjanjikan banyak hal. Tapi, saya berjanji ini bukan yang terakhir." Elan mengakhiri pidato singkatnya dan turun dari panggung diiringi tepuk tangan. Sekilas ia melihat Dominic yang pingsan di kursinya tanpa ada yang peduli, tapi Elan hanya mengerutkan kening lalu menggeleng dan mengabaikannya.
"Ada apa?" tanya Dean yang melihat sikap aneh Elan.
"Ah, tidak… hanya sedikit gugup," jawab Elan.
"Hahaha, tenang saja! Kamu sudah tampil dengan hebat!" sahut Dean.
"Terima kasih pak!" kata Elan sambil menggangguk.
Setelah Elan duduk Solomon berbisik lagi. "Kita perlu memantau Ares dengan lebih cermat. Dia sepertinya cukup berpengaruh, aku yakin dia sedang merencanakan sesuatu yang besar."
Elan hanya mengangguk sambil melirik ke arah Ares yang duduk di kejauhan.
—----------------------------------
Acara berjalan dengan cepat setelah sesi utama penyerahan penghargaan berakhir. Elan dan Dean tengah menikmati cemilan dan minuman di ballroom utama, dari kejauhan Eden berjalan mendekat dan menyapa mereka.
"Selamat malam tuan-tuan!"
"Ah, tuan Lockhart! Selamat malam!" sapa Dean.
"Selamat malam tuan Lockhart!" sapa Elan dengan sungkan.
"Hahaha, santai saja! Tuan Maceline, apakah Anda punya waktu sebentar?" tanya Eden pada Dean.
"Saat ini? Tentu, saya tidak ada agenda apapun hari ini," jawab Dean.
"Bagus! Elan, saya minta maaf tapi saya harus meminjam tuan Maceline sebentar," ujar Eden pada Elan.
"Tentu, saya akan menunggu di sini," jawab Elan.
"Hahaha, terima kasih. Kami takkan lama, kamu nikmatilah pestanya!" ujar Eden.
Kedua orang dewasa itu pergi menuju keluar dari ballroom meninggalkan Elan yang kini duduk sendirian.
"Apakah aku boleh duduk disini?" seorang pria tiba-tiba menghampiri Elan.
"Ah, tentu sa—ja!" Elan terkejut karena pria itu adalah Ares. Ares mengabaikan ekspresi terkejutnya dan duduk dengan santai di seberang Elan.
"Perkenalkan, saya Ares Saboro. Mungkin kamu sudah tahu," katanya sambil mengulurkan tangannya. Elan sedikit tertegun tapi kemudian segera menjabat tangannya.
"Elan Aldridge!" katanya.
"Yah, aku juga sudah tau itu," jawabnya datar. Elan tak bisa tenang karena tahu orang di depannya bukanlah manusia, ia masih terbayang-bayang bagaimana Purson berubah dari wujud manusia ke wujud iblis yang mengerikan jadi ia penasaran apakah Ares akan berubah juga.
-Bersambung-