Cahaya lampu sorot menyilaukan mata. Jantungku berdebar kencang saat tirai itu dibuka. Hai, Namaku William, aku adalah seorang anak SMA di daerah Yogyakarta. Hobiku sejauh ini sih main game dan tidur, tetapi suatu hari ada kejadian yang mengubah hidupku.
"William, fokus!" suara itu menyadarkan ku.
Aku teringat sedang berada di kelas. Arghhh, ternyata pelajaran itu, pelajaran yang selalu kubenci. Fakta menarik tentangku adalah aku sangat membenci pelajaran Bahasa Indonesia. Aku selalu tidak bisa mengerti untuk apa belajar bahasa sebegitu dalamnya, padahal kan bahasa hanya untuk komunikasi? Bukankah bisa berbahasa saja sudah bagus? Itulah yang kupikir saat itu.
Hari ini adalah hari Kesaktian Pancasila. Masing-masing kelas diminta untuk membuat film pendek dengan tema "Aku Manusia Pancasila". Seisi kelasku begitu antusias dan hanya ada satu orang yang tidak memperlihatkan ekspresi bahagia. Ya, itu aku. Aku tidak mengerti kenapa orang-orang disekeliling ku sangat suka diberi tugas yang menurut ku tidak ada gunanya sama sekali.
"Oke-oke, sekarang kita rancang dulu ya!" ucap Cika dengan semangat.
Cika adalah teman dekatku. Perempuan tomboy yang dari dulu selalu mencoba mengusik kehidupanku yang damai. Sebenarnya, aku sedikit menyimpan perasaan kepadanya, namun aku tidak berani mengungkap hal itu karena alasan pribadi. Di sekolah, Cika adalah anggota OSIS dan juga ketua kelas di kelas kami, jadi secara tidak langsung aku (yang notabenenya rakyat jelata) berteman dengan orang paling penting seangkatan.
"Will, lu mau jadi apa?" tanya Cika.
"Gw gausah ikut ya? Lagian gw juga rencananya mau bolos besok." jawabku.
Segala tatapan tajam selintas merujuk pada ku. Aku tahu Cika populer di kalangan laki-laki di kelas ku, tetapi aku tidak menyangka reaksi mereka akan begitu kepadaku. Aku terdiam.
"Yahhh, masa gitu sih. Lu harus ikut pokoknya! Jadi karakter sampingan aja mau?" Cika mencoba untuk kedua kalinya.
"Duhhh, yaudah deh satu kali ini aja ya." Tatapan Cika membuatku tidak bisa mengelak.
***
Keesokan harinya kami sudah harus syuting video untuk menyelesaikan tugas ini. Aku hadir sebagai Pak RT dalam cerita itu. Sebagai Pak RT, aku adalah peran yang memberikan ajaran kepada tokoh-tokoh utama di film tersebut untuk mengamalkan nilai-nilai dasar Pancasila. Tak terasa, kami sudah syuting dari jam 12.00 siang hingga jam 17.00 sore.
"Gimana? Seru kan?" Cika bertanya padaku sambil melihat smartphone nya.
Aku berperan cukup baik dalam film itu. Aku tak bisa bohong bahwa memang aku merasakan ada sensasi mengasyikan saat menjadi orang lain. Rasanya seperti berpindah kepribadian. Aku cukup suka dengan kondisi dimana aku bisa merasakan perasaan karakter yang aku perankan.
"Yaa, gitu deh" jawabku sambil menghela nafas.
***