HAPPY READING!
Setelah keributan panjang semalam, kini matahari kembali terbit. pagi hari dengan sinar hangat, angin yang sedikit lembut dan suasana yang terasa nyaman. namun, mungkin mereka tidak merasakan kesegaran pagi.
"s*al, gw ga tidur semalam" tampak yaza sedang merebahkan dirinya di atas kasur, entah sudah berapa lama dia berusaha tidur tapi pikiran konyol itu selalu mengusik nya. yaza melayangkan tangannya, meraba dataran kasurnya untuk mencari keberadaan handphone nya.
setelah meraihnya, matanya terbuka dan menatap pada layar. mata lelah itu tampak sedikit menyipit karena cahaya ponsel yang seperti sedang menusuk matanya. yaza mendengus saat menatap jam yang menunjukkan pukul 08:43.
dirinya menjatuhkan tangan serta ponselnya kembali ke kasur, tangan lainnya ia angkat untuk memijat batang hidung nya dengan halus.
"mikirin ke rumah Kendrick aja buat gw kesel banget, lagi ga mood banget ketemu kael di saat begini"
yaza berdiam diri di kasurnya dengan posisi hampir terlentang, matanya masih memejam dengan desisan kecil dan juga Omelan kecil dari mulutnya. namun itu tidak lama, dia meletakkan handphone nya di meja dan kemudian bangun untuk duduk.
yaza meregangkan tubuhnya yang terasa berat untuk dia angkat sekarang. setelah peregangan kecil itu, yaza menapakkan kakinya di lantai dan dengan malas berjalan menuruni tangga.
penampilannya masih acak acakan, baju tidur yang semrawutan, rambut yang berantakan dan sedikit mengembang, langkah yang di buka dengan sedikit seretan. dirinya berjalan memasuki dapur, tangannya melayang untuk membuka lemari es di depannya.
setelah mengambil sebotol air dingin yaza menutup nya kembali dan berjalan menuju halaman belakang rumah nya. yaza bisa melihat ayah nya yang memotong rumput, ibunya yang duduk sambil membaca majalah, dan adik perempuannya yang bermain dengan puppy kesayangannya.
yaza mengambil langkah dan duduk tidak jauh dari sana, wajah nya sedikit termenung entahlah apa yang dipikirkannya.
menyadari kehadiran seseorang, ibu yaza Megan Yovanka menoleh kebelakang dan tersenyum hangat. "apa itu? pagi pagi sudah termenung"
gurau megan mengembalikan kesadaran yaza, dirinya meneguk air sekali lagi kemudian menutup dan meletakkannya di meja. dirinya beranjak dari tempat nya kemudian duduk di dekat ibunya.
"bunda, yaza mau ngomong..."
melihat tatapan serius dan juga gelisah sang putri, Megan sedikit menyerngit dan menyiapkan dirinya untuk mendengarkan. dirinya terus menunggu, menatap mata yaza yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. yaza tak kunjung bicara, itu membuat Megan mengangkat tangan dan mengelus lengan sang putri.
"ada apa? ceritakan saja pada ibu"
lagi lagi Megan mendapat tatapan tak pasti dari yaza, perkataan itu di balas gelengan olehnya "gak jadi bunda.." yaza menunduk sebentar kemudian menatap ke arah ayahnya dan kemudian pada ibunya. "yaza nanti mau ke temen, jam 10"
yaza berdiri dari duduknya, ibunya mengangkat kepalanya untuk menatap wajah yaza yang tampak sedikit gelisah. dirinya hanya menatap punggung yaza yang pergi hingga menghilang dari pandangan nya.
Megan berdiri dari duduk nya, menghampiri Saka Pandra ayah dari yaza yang kini sedang berjongkok di pinggiran halaman untuk merapikan tanaman. Megan menepuk pundak suaminya yang membuat ia menoleh dan mendongak ke atas.
melihat wajah Megan yang sepertinya akan menanyakan sesuatu saka menjatuhkan gunting dan kantong plastik di tangannya. dirinya berdiri sembari melepas sarung tangannya yang kotor dan penuh dengan tanah.
"ada apa?"
Megan menatap pada pintu dapur kemudian menatap kembali pada saka "aku rasa yaza punya masalah, apa dia pernah cerita padamu?" saka tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menggeleng kecil. mata Megan tampak resah menatap bengong pada tanaman saka, pikiran nya bergulat. ia tak pernah menatap watak sang putri yang seperti itu.
"hah, dia sudah dewasa.. biarkan dia menyelesaikan nya sendiri untuk saat ini. dia pasti akan mengeluh jika sudah tidak bisa menanganinya. ayo, masuk aku akan masakkan sarapan"
setelah mengatakan itu saka berlari kecil ke arah anak perempuannya, dia bermain sebentar dan tertawa sebelum membawa putri manisnya itu ke dalam gendongannya.
10:20
di rumah Kendrick tampak semuanya telah tiba dan kini menunggu kehadiran tuan rumah, Aurora yang tampak duduk di samping Jovita, memainkan ponsel mereka sembari berbagi cerita. kael dan Aaron tampak duduk tidak jauh dari mereka, terlihat dua pria itu sedang bermain game di ponselnya dan sesekali berbicara satu sama lain.
sedangkan yaza, dirinya jauh dari mereka. di samping bunga yang mekar dengan indah, yaza tampak sedikit melamun dan mencabut beberapa daunnya dengan pelan.
"jangan yaz, kalau botak yang di marahin gw"
ucapan itu membuat yaza berhenti kemudian menyadari bahwa dirinya sedari tadi sudah menarik beberapa daun. dia membuang daun di tangan nya kemudian berdehem. "sorry"
"haha santai aja, emang ngelamunin apasih? keliatan berat banget" tanya Kendrick kemudian mendekat, dirinya sedikit membungkuk dan menggapai bunga yang hampir botak tangkainya. Kendrick menyelipkan bunga itu kebelakang, sehingga jika di lihat dari jauh semua nya masih tampak rapih.
"gimana gak berat, kan dia lagi mikir gimana caranya nutupin jejak"
semua yang tadinya sedang asik masing masing tiba tiba saja berhenti sejenak dan kemudian menatap ke arah sumber suara. "udah deh kel, gw lagi gak mau ribut sama lo" ucapan yaza di balas oleh desisan oleh kael.
Aaron menepuk pundak kael, dirinya memberi tanda untuk berhenti melakukan keributan. yaza merasa masih sedikit kantuk, dirinya memilih diam dan tidak memperdulikan perkataan kael barusan.
10:35
"ken, point nya aja. kenapa kita ke seret di sini?" Aaron langsung saja membuka suara, Aurora begitu juga Jovita yang sedari tadi masih menatap ponsel nya kini melepas pandangannya dari sana dan beralih menatap wajah Kendrick.
"simpel aja, banyak cctv warga yang nunjukin kalau dia lari ke kawasan sekolah, seluruh cctv di sekolah udah di cek dan arah lari dia itu ke kelas kita. dari cctv dia keliatan ganti pakaian yang udah dia siapin di salah satu loker. dan yah dia juga ninggalin Hoodie nya di sana. dan lo semua pada mau tau ga loker siapa yang dia pake?" Kendrick menatap satu persatu temannya itu yang tampak penasaran, mereka benar benar saling menatap satu sama lain.
"dari loker lo, Aaron"
sontak semua pandangan menuju pada Aaron, dirinya menyerngit heran. tubuhnya yang dari tadi tampak rilex kini sedikit menegak saat telunjuk Kendrick mengarah padanya, dan mulutnya menyebutkan namanya.
"hah? loker gw?" jawabnya dengan wajah yang benar benar tampak kebingungan "yang bener aja, gw kagak masuk 3 hari belakangan loker nya gw kunci terus kunci nya gw bawa pulang"
"justru itu, lo sengaja ga masuk karna lo takut kan Hoodie nya ketauan ada di loker lo?" dengan cepat, mulut kael melemparkan pertanyaan dan juga tuduhan yang sedikit masuk akal yang membuat semua orang terbawa arah tuduhannya.
"kocak amat pemikiran lo kel, udah ngulang sekolah masih aja ga pinter pinter. atas dasar-"
"Halah, kocak apaan? omongan gw gak ada salahnya. lo mau ngelak apa lagi? itu udah bukti paling jelas" Aaron menyerngit kesal saat kael dengan cepat memotong pembicaraannya yang belum ia selesaikan.
"heh id*ot, coba Lo mikir pakai otak Lo yang kecil itu. pembun*h mana yang dengan konyol nya nyimpen bukti secara terang terangan gitu? gw gatau apa apa kel" setelah kata kata yang Aaron lemparkan sontak semuanya berfikir lagi, apa yang di katakan olehnya benar. bukankah itu sama saja seperti menyerahkan diri? jika itu Aaron, seharusnya dia tau ada cctv di sana, dia bisa saja ganti pakaian di tempat lain.
"haha Kel Kel, lo ngaku aja deh"
serangan yaza yang tiba tiba, membuat kael mendongak dan menatap lurus ke arahnya. tatapan tajam dan meremehkan yang ia lihat beberapa hari ini dari yaza, itu membuatnya mudah kesal. entah kenapa itu tampak sangat menjengkelkan "lah lo apa apaan? bukannya harusnya yang ngaku itu lo ya?"
"kenapa gw? akhir akhir ini lo aneh tau ga? bahkan tanpa mikir aja tadi lo langsung ngebet banget mojokin Aaron. biar apa coba? biar tuduhan fokus ke Aaron terus gw and lo bisa tenang gitu?"
"lah? gw dari awal emang udah tenang, emang gw keliatan ada masalah. yang aneh itu lo yaz, sadar ga sih?" yaza melayangkan pandangannya dengan tawa singkat yang memperlihatkan dirinya tak habis fikir.
"pada kenapa sih? bisa diem dulu ga?"
suara lantang Aurora membuat semuanya berhenti berkata dan melempar pandangan padanya. "berisik lo ra, mending lo jelasin lo ngapain sama Delina pas malam itu. gw liat, gw liat pakai mata kepala gw sendiri lo jalan sama dia padahal setau gw lo kagak dekat ke dia"
sedari tadi tak ada yang meletakkan kecurigaan pada Aurora, tampak wanita manis itu terdiam sebentar setelah mendengar perkataan Aaron. "gw? malam itu gw cuman papasan doang sama dia. gw jalan sama dia karna dia minta temenin sampai depan gang rumah. gw ga sampe ke tempat kejadian" ucapnya menatap bergantian teman temannya, mencoba menjelaskan sebisanya.
"yang harus di curigai tuh harusnya Vita, pas gw pergi belum jauh gw liat Vita masuk gang yang sama" sontak Jovita melempar tatapan kaget pada Aurora, dia tidak habis fikir rora akan tiba tiba menyerangnya seperti ini.
"ra...." panggilnya dengan pelan, menyadari tatapan yang mulai menuju pada dirinya Jovita menatap mereka semua. "bukan gw sumpah, gw masuk gak jauh banget ke dalam gang. bokap gw tiba tiba nelfon dan suruh gw balik"
"klasik banget alasan lo Vita, dari awal gw juga udah bilang gw ada curiga sama lo. soalnya lo kan belum lama ini berantam sama Delina" serang kael pada Jovita secara tiba tiba membuat Jovita membalas dengan gelengan cepat.
"Kel, Lo bisa stop buat manas manasin keadaan ga?" -yaza
"yaza.. iya yaza, dia pernah bilang ke gw kalau dia ga suka banget sama Delina. dia marah ke gw, karna gw malah nemenin Delina ke rumah sakit dari pada ngerayain ulang tahun dia" Jovita melayangkan jarinya, menujuk pada sosok yang terdiam itu. yaza sedikit terbelalak tak percaya, kala begini Vita menyerang nya.
"vit, gw lagi belain lo"
"makin ga habis fikir gw, lo panik banget vit sampai serang sana sini?" Ucapan Aaron membuat Jovita menatap padanya, tak tau apa yang di pikirkan gadis itu. menyadari dirinya yang baru saja menyerang yaza, Vita menutup mulutnya dan menatap yaza dengan kaget.
"mending lo ngaku vit, ga kasian? padahal lo karib banget tampaknya ma Delina. tega teganya"
olokan kael membuat Jovita kehabisan kesabaran "Lo apa apaan si kel, gw bilang bukan gw" dia berdiri dari duduk nya menarik kera baju pria di depannya. itu membuat kael mendecis dengan seringai kecil.
di tengah keributan itu, handphone mereka bergetar secara bersamaan. mereka yang sedari tadi ribut itu berhenti, semua tangan masing masing merogoh handphone. mereka menatap pesan dari nomor yang sama di setiap layar handphone.
"apa apaan ini?"
ucap yaza sembari membuka kunci perangkat nya dan membuka pesan dari nomor itu, tampak nomor itu mengirim satu file membuat yaza amat penasaran. setelah beberapa kali loading, yaza melempar ponsel nya dengan mata terbelalak membuat semua orang terkejut dan menatap padanya.
permisi sebentar.
Saya buat video cuplikan
silahkan tonton bersama.
• tiktok @bettwzeqan
• YouTube @Lyliod https://youtu.be/TjU7whQw8SA?si=IJJeBPV1RsHmUAYT
• Instragram @lyoudrubylod