Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Academy of Elements: Guardians of Fate

FROS_Diamon
--
chs / week
--
NOT RATINGS
141
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - hari yang biasa di arcaea

Matahari pagi bersinar lembut di atas Akademi Sihir Arcaea, sebuah institusi megah yang terletak di puncak bukit berbatu. Bangunan bergaya gothic itu berdiri kokoh dengan menara-menara tinggi yang seolah menjangkau langit. Di dalamnya, para siswa sibuk mempersiapkan diri untuk pelajaran harian mereka—sebuah rutinitas yang tampaknya biasa saja, kecuali jika melibatkan ledakan kecil atau hujan es yang tiba-tiba muncul dari para siswa pemula yang belum bisa mengontrol kekuatannya.

Hiro Akira berjalan menyusuri lorong akademi dengan kepala tertunduk, menghindari tatapan para siswa lain. Dia bukanlah siapa-siapa di tempat ini—seorang anak yatim yang diterima di Arcaea hanya karena belas kasihan seorang guru tua. Tidak seperti siswa lainnya, dia tidak memiliki Core—elemen yang menjadi tanda seorang penyihir berbakat.

"Hei, lihat siapa yang lewat!" seru seorang siswa dari ujung lorong. "Sang anak tanpa elemen! Apa kau akan mempelajari cara menyapu lantai hari ini, Hiro?"

Tawa menghiasi lorong itu, tapi Hiro hanya diam. Dia sudah terbiasa dengan ejekan seperti itu.

"Lebih baik aku cepat sampai ke perpustakaan," gumamnya sambil mempercepat langkah. Tempat itu adalah satu-satunya ruang di mana dia merasa tenang, jauh dari tatapan menghina siswa lain.

Di perpustakaan, suasana sunyi. Tumpukan buku-buku tebal berjejer rapi di rak-rak tinggi, mengeluarkan aroma khas kertas tua yang menenangkan. Hiro mendapati dirinya kembali ke sudut favoritnya, di mana buku-buku kuno yang jarang disentuh berada.

"Baiklah, hari ini aku akan membaca tentang sejarah elemen Bumi," gumamnya sambil menarik sebuah buku besar. Namun, saat dia menariknya, sebuah benda kecil jatuh dari celah di rak.

"Hah? Apa ini?"

Hiro memungut benda itu—sebuah liontin tua dengan batu hitam di tengahnya. Batu itu tampak bersinar lembut, seolah-olah merespons sentuhannya.

"Sepertinya ini sudah lama sekali tersimpan di sini..." bisiknya.

Namun, sebelum dia sempat mempelajari lebih lanjut, sebuah suara lembut namun tegas mengejutkannya.

"Apa yang kau temukan di sana?"

Hiro menoleh dan melihat seorang gadis dengan rambut perak panjang berdiri di depannya. Wajahnya cantik dan tampak dingin, matanya yang biru menatap Hiro dengan penuh rasa ingin tahu.

"Y-Yumi Tsukino...," Hiro tergagap, menyebut nama salah satu siswa terbaik di akademi.

"Aku bertanya, apa itu?" ulang Yumi, kali ini nadanya lebih tajam.

"Uh, aku tidak tahu. Ini jatuh dari rak." Hiro menunjukkan liontin itu.

Yumi menatap liontin tersebut, lalu tiba-tiba wajahnya berubah. "Letakkan itu sekarang juga!"

Hiro terkejut dengan nada paniknya. "Apa? Kenapa?"

"Karena itu bukan benda biasa," jawab Yumi dengan serius. "Itu adalah Liontin Abyss—artefak kuno yang seharusnya tidak ada di sini!"

Belum sempat Hiro memutuskan apa yang harus dilakukan, liontin itu tiba-tiba memancarkan cahaya hitam pekat. Gelombang energi keluar dari batu itu, menyelimuti ruangan dan membuat buku-buku berjatuhan dari rak.

"Apa yang terjadi?!" Hiro berteriak, namun tubuhnya terasa kaku.

Cahaya itu menyelimuti Hiro sepenuhnya, dan dalam sekejap, dia merasakan sesuatu yang asing menyusup ke dalam tubuhnya—sebuah energi dingin dan menekan, namun sekaligus hangat dan familiar.

Ketika cahaya memudar, Hiro terjatuh ke lantai, napasnya terengah-engah. Di telapak tangannya, liontin itu kini bersinar lebih terang dari sebelumnya, seperti telah memilih pemiliknya.

Yumi mundur dengan ekspresi terkejut. "Tidak mungkin... Kau telah menyatu dengan Void!"

Hiro menatapnya dengan bingung. "Void? Apa itu?"

Namun, sebelum Yumi sempat menjawab, suara langkah-langkah berat terdengar dari luar perpustakaan. Pintu terbuka dengan keras, dan seorang pria paruh baya dengan jubah hitam masuk dengan wajah tegang. Itu adalah Kepala Sekolah Arcaea.

"Siapa yang membangkitkan Liontin Abyss?" suaranya menggema di ruangan.

Hiro hanya bisa menatap pria itu dengan kebingungan, sementara Yumi menjawab dengan suara lirih. "H-Hiro Akira... Dia sekarang adalah pemilik Void."