Chereads / The Rising Moon / Chapter 2 - Makhluk Aneh

Chapter 2 - Makhluk Aneh

Bukan hal yang mengagetkan melihat pemandangan antar siswa yang saling bertengkar tapi bagi Fred dia cukup terkaget dengan kekuatan para siswa disini sangatlah kuat. Ia menetapkan dirinya untuk berhati-hati pada mereka

"Omong-omong kau sebelumnya bersekolah dimana?" tanya Sena seraya berjalan bersama Fred ke arah gerbang tinggi berwarna emas dengan dekorasi sayap naga

"...kau juga tidak akan tahu kalau ku beri tahu, sekolah lama ku tidak terkenal sama sekali" jawabnya

Sena hanya menatap Fred menginginkan jawaban jelas darinya

Fred menghembuskan nafasnya "Calaosi Academy"

"hm..aku tidak tahu"

"Tentu saja", kekeh Fred

--

Fred menaruh tas diatas kasur putihnya yang tidak terlalu empuk itu, membanting tubuhnya keatasnya

Berulang kali menghembuskan nafasnya dengan kasar. Perlahan mengeluarkan sepucuk kertas dari kantong celananya yang bertuliskan

17.30.20.21.18.40

"Dasar kakek tua sialan, aku bersumpah akan membunuhnya nanti"

Matanya mencari kearah lilin dan membakar sepucuk kertas tersebut. Kemudian menyeret kakinya untuk berjalan kearah kamar mandi membasuh dirinya yang berkeringat itu

Malam berlalu matahari terik menyambut kamar kecil melalui jendela berdebu. Ia meyakini dirinya bahwa ia harus bangun, tetapi badan dan matanya tidak bekerja sama

Lima menit berlalu, sepuluh menit berlalu, kini dua jam sudah berlalu tetapi pemuda tersebut masih saja berada dalam alam mimpi

BRAK! BRAK!

Suara kencang yang menghantam pintu bak meriam yang dihantam ke arah bangunan

"Murid nomor 25 bernama Fredly Ashton"

"Murid nomor 25 bernama Fredly Ashton"

Seseorang terus menggedor dan menyebutkan nama Fred dengan suara yang sangat berat berulang kali yang akhirnya berhasil membuatnya bangun

"Siapa sih pagi-pagi berisik"

Perlahan ia berjalan kearah jendela dan mengintip keberadaan seseorang yang terus saja mendobrak dan memanggil namanya itu

Sesaat ia melihat dibalik tirai matanya membesar dan tubuhnya langsung melompat kearah kasur seperti katak

"Sial apa-apaan itu?!"

"Murid nomor 25 bernama Fredly Ashton"

"Segera keluar. Segera keluar. Segera keluar. Segera keluar"

Tangannya menggapai gagang pintun, dengan hati-hati ia membukanya dan mendapati sesosok makhluk besar berwarna belang abu-abu dan putih

Makhluk tersebut mempunyai muncung kuning yang sangat panjang dengan tangannya yang besar memegang tongkat kayu yang sama besar dengan tubuhnya itu

Fred seketika tidak bisa bergerak melihat mahkluk besar dihadapannya itu, rasanya ingin menutup pintunya dengan cepat tetapi bahkan ujung jarinya tidak bisa ia gerakan

"Halo siswa Fredly Ashton, senang bertemu denganmu!" Tiba-tiba sebuah makhluk kecil berwarna merah muda muncul dari belakang makhluk besar tersebut

"S-siapa?"

"Oh? Kamu tidak tahu aku? itu mengejutkan. Aku Bilala dan ini adalah Bololo" tunjuk makhluk besar yang sedang menggendongnya

"Siswa Fredly Ashton, kamu sudah terlambat selama satu jam. Jadi aku datang kesini, aku tidak harus menjelaskan mengapa aku datang kan?"

Fred mengangguk dengan cepat

"Mana aku tahu aku sial!"

Bilala pun menyuruh Fred untuk cepat-cepat bersiap untuk ke Academy. Dengan cepat Fred menyiapkan dirinya, ia memakai seragam, mengemas tasnya.

Bololo tiba tiba berbalik punggung dan menjongkok, Fred hanya menatap punggung belakang bololo yang berbulu tidak tahu harus apa

"Cepat naik, apa yang kamu tunggu?"

"Naik?"

"Cepatlah aku harus menjemput murid lainnya!"

Ia menaiki Bololo dengan ragu, bulu-bulunya yang gampang rontok itu sangat menganggu hidung Fred

"Pegangan yang erat yah!"

Sebelum Fred menjawab, Bololo berlari dengan kecepatan tinggi kearah Academy dalam 2 menit kini mereka sudah sampai didepan gerbang

Bololo langsung menjatuhkan Fred ke tanah tanpa basa basi dan meninggalkannya begitu saja

Seragam rapih yang Fred kenakan menjadi sia-sia, kini ia terlihat seperti orang yang baru saja keluar dari goa selama seratus tahun. Bukan hanya seragam, rambut dan nyawanya pun jadi berantakan

"Apa..apaan itu?"

"Kenapa kamu berbaring disana?" Terdengar suara perempuan yang halus menyadarkannya dengan sigap ia berdiri tegap melihat ke sumber suara

Mendapati sesosok perempuan berambut panjang berwarna ungu dengan mata yang juga memiliki warna senada

"Runa Le Gane.."

"Iya itu namaku. Jadi kenapa kamu masih disini? Kelas selanjutnya sudah mau mulai"

Fred pun mengikuti Runa kearah kelas dengan langkah besar dan suasana yang canggung

"Terimakasih", ucap Fred memecahkan suasana dingin tersebut

"Untuk?"

"Kemarin kamu sudah membantu meleraikan perkelahian Sena dan Jude, aku tidak bisa melakukan apapun dan Sena teman pertamaku disini jadi yah terimakasih"

Runa memandang lekat laki-laki dihadapannya itu "...bukan apa-apa"

Mereka akhirnya sampai di depan ruangan, dengan pintu berwarna oranye, dan saat membuka pintu tersebut ruangan didalamya sangatlah besar dengan tempat duduk melingkar dan di tengahnya terdapat lapangan bulat

Sena melambaikan tangannya kearah Fred dari jauh memberi tahu keberadaannya, dengan semangat ia berjalan menuju Sena, dan Runa berjalan ke arah yang berlawanan

"Aku sudah menyiapkan tempat untukmu, tuan terlambat" ejeknya

Fred pun menceritakan kejadian apa yang menimpanya mulai dari makhluk besar yang bernama bololo menggedor pintu, dan bilala yang tiba-tiba muncul, serta bagaimana mereka mengantarnya ke sekolah

"Pfft..HAHAHAHA" Sena tertawa kencang sejadi-jadinya sampai Fred harus menutup mulutnya agar tidak kena tegur

"Hahah..maaf maaf, itu sangat lucu. Bisa-bisanya bololo sampai harus datang menjemputmu," ucap Sena seraya mengusap air mata tawanya

"Loh memang biasanya tidak?" 

Sena menggelengkan kepalanya "Tentu saja tidak, nama kami sebagai bangsawan akan tercoreng jika Bololo menjemput, artinya kita tidak disiplin dan tidak menghargai waktu," jelasnya

"...sekolah lamamu sangat miskin sampai tidak punya bololo ya?"

Fred terdiam

"Siswa nomor 10, Senata De Flair dan siswa nomor 25, Fredly Ashton"

Fred dan Sena pun berjalan ke arah tengah lapangan yang disana sudah disambut oleh seorang pria tua berbadan besar dengan kumis klimisnya

"Ayo cepat! jangan buang buang waktuku!" 

Sena kemudian menutup matanya dan mengangkat tangannya, terlihat cahaya berwarna kuning keluar dari telapak tangannya

Cahaya kuning tersebut merupakan partikel mana yang berhasil di kumpulkan dan di padatkan agar individu tersebut bisa menggunakannya, yang kemudian disebut sebagai sihir

"Bagus nona De Flair! Sekarang giliranmu murid terlambat"

Dengan ragu Fred memejamkan matanya, mengangkat tangannya ke depan memperlihatkan telapak tangannya, sepuluh detik berlalu tetapi tidak ada cahaya yang keluar dari tangan Fred

"Anu..saya tidak memiliki sensivitas mana.." ucapnya perlahan 

Semua murid yang mendengarnya terkejut kemudian menertawakan Fred terbahak-bahak

"Astaga! bagaimana bisa murid sihir tidak bisa memiliki sensivitas mana?!" 

Sensivitas mana bisa diartikan juga sebagai perasaan mana, yang dimana seorang individu harus bisa merasakannya agar bisa memadatkan mana

Seperti angin yang tidak bisa terlihat namun bisa di rasakan begitu juga dengan perasaan mana, semakin tinggi sensivitas mananya semakin banyak mana yang bisa dikumpulkan untuk satu individu

Semua masyarakat mempunyai 'perasaan mana' tersebut. Semua orang.

"Coba kau fokuskan lagi inderamu! jangan terpacu dengan apa yang ingin kau rasakan tetapi fokus pada apa yang kau hadapi dan rasakan!"

"Entah itu suara bising, atau tiupan angin yang tipis, rasakan semuanya!" 

Fred memejamkan matanya kembali, ia hanya merasakan kegelapan, dan rasa dingin yang seakan bisa membuat darahnya membeku 

Badannya tiba tiba merasakan panas yang luar biasa, telapak tangannya mulai memancarkan cahaya berwarna

"AAAAKHHH"

Suara teriakan tersebut memecahkan suasana hening yang fokus pada Fred.

Tidak ingin ketinggalan para murid langsung keluar ruangan melihat apa yang menyebabkan teriakan tersebut

para murid yang tadinya bersemangat menuju ke sumber suara kini menjauh dengan cepat

Bau busuk yang tercium pekat dengan badan yang tergeletak yang hanya menyisakan kulit dan tulang, itu adalah mayat

Semua yang berada disana langsung beteriak dengan histeris

Bola mata yang sudah tidak ada, dengan kulit mengering, tidak ada tanda tanda darah sama sekali 

"Di-dia bukannya Ash El Loden?!"