Wanita Kedua Datang, Takdir Semakin Menggila
Darian merasa seperti sedang terjebak dalam mimpi buruk yang tak kunjung berakhir. Setelah pertemuannya dengan Elara yang tiba-tiba mengklaim dirinya bagian dari harem Darian, dia mencoba untuk berusaha tetap tenang. Namun, dunia yang penuh dengan sistem aneh ini tampaknya tidak memberi ruang untuk itu.
[Tugas Baru: Temui Wanita Kedua dari Haremmu!]
Layar sistem muncul di depan wajah Darian lagi, mengingatkannya akan kenyataan pahit yang tak bisa dia hindari. Wanita kedua? Apa-apaan ini? Bukankah satu sudah cukup untuk membuatnya gila?
"Kenapa sih, harus ada dua?" gumam Darian dengan frustrasi, menatap Elara yang tampak tersenyum tulus di sampingnya.
"Pahlawan," kata Elara dengan suara lembut. "Ini adalah bagian dari takdirmu. Kamu harus menerima jika ingin menjadi kuat. Aku akan menunggu perintahmu."
Darian ingin berteriak. "Tidak ada yang menginginkan ini! Aku tidak butuh takdir atau sistem ini!"
Namun, suara yang muncul dari dalam kepalanya semakin mengganggu. [Tugas Baru: Temui Wanita Kedua! Tingkatkan Kekuatanmu dengan Berinteraksi!]
Darian merasa seperti ada suara lain yang menyenggolnya, membuatnya semakin kesal. Tidak ada ruang untuk melawan.
"Apa lagi sekarang?" Darian memutar matanya, dan dalam sekejap, muncul seorang wanita lain di hadapannya.
Dia adalah seorang gadis muda dengan rambut hitam panjang yang tergerai dan wajah cantik yang tampak begitu serius. Pakaian yang dikenakannya berwarna ungu gelap, penuh dengan simbol-simbol sihir yang menyala samar di bawah cahaya matahari.
"Salam, Pahlawan," kata wanita itu, sambil menundukkan kepalanya. "Aku adalah Aeliana, seorang penyihir dari desa terdekat. Aku datang untuk membantumu."
Darian langsung merasakan dorongan kepala yang keras. Penyihir? Kenapa selalu penyihir? Apa lagi ini, pengorbanan dari sistem ini?
"Dengar, aku benar-benar nggak butuh bantuanmu," kata Darian dengan suara rendah, namun jelas. "Aku nggak ingin terjebak dalam sistem ini!"
Aeliana hanya tersenyum, dan Darian merasa semakin kesal. "Ini takdirmu, Pahlawan. Kamu tak bisa menghindarinya."
[Tugas Baru: Dapatkan Kepercayaan Wanita Kedua! Kumpulkan Poin Harem! Tingkatkan Kekuatanmu!]
Layar sistem kembali muncul dengan pesan yang makin membuat Darian ingin muntah. Poin harem? Sungguh bodoh. Semakin lama, dia merasa seperti buronan dalam hidupnya sendiri, hanya ada satu hal yang dipikirkan oleh dunia ini: wanita, wanita, dan lebih banyak wanita.
"Kenapa kamu harus datang?" Darian berkata dengan suara sengau. "Kenapa tidak ada pilihan lain selain membangun harem?"
Aeliana mengangkat bahu. "Kamu mungkin tidak menyadarinya, tetapi ini adalah cara untuk bertahan hidup di dunia ini. Hanya dengan mengumpulkan harem, kamu bisa mendapatkan kekuatan yang cukup untuk bertahan."
"Lalu, apa?" Darian memukul tanah dengan frustrasi. "Aku cuma jadi alat untuk sistem yang bodoh ini? Semua ini cuma untuk kekuatan, huh?"
Elara yang berdiri di sampingnya mencoba menenangkan. "Tenang, Pahlawan. Semua ini adalah bagian dari takdirmu. Semua akan baik-baik saja."
Darian menatap mereka dengan tatapan kosong. Bagaimana bisa mereka begitu tenang? Bukankah ini gila? Ditarik ke dalam dunia ini, dipaksa untuk membangun harem, dan harus berurusan dengan wanita yang muncul dengan alasan yang semakin absurd.
"Bagaimana aku bisa keluar dari sini?" tanya Darian dengan suara yang hampir terdengar putus asa. "Kenapa aku harus terjebak dalam dunia seperti ini?"
Namun, hanya ada satu jawaban yang datang dari sistem itu: [Takdir adalah Takdir.]
[Tugas Baru: Kumpulkan lebih banyak wanita untuk membentuk harem yang lebih besar! Pahlawan akan lebih kuat dengan setiap wanita yang bergabung!]
Darian menatap layar sistem yang terus muncul tanpa henti. "Aku nggak percaya ini."
Aeliana dan Elara saling bertukar pandang, dan mereka menatap Darian dengan rasa simpati yang aneh. Seolah mereka merasa bahwa dia akan segera memahami takdirnya.
"Pahlawan," Aeliana berkata lembut. "Jangan khawatir. Ini adalah takdirmu. Setiap wanita yang datang akan memperkuatmu. Dan semakin kuat kamu, semakin banyak lagi yang akan datang."
Darian hanya bisa menatap kosong ke depan. Ini lebih buruk dari yang ia kira. Dunia ini, dengan segala sistem yang membelenggu, tampaknya akan membuatnya terjebak selamanya.