Chereads / PEMANGSA / Chapter 4 - kehidupan di kamp lumania

Chapter 4 - kehidupan di kamp lumania

Setelah melalui ujian pertama yang mengerikan, Toru akhirnya tiba di Kamp Lumina—tempat yang sepertinya menjadi oasis di tengah kekacauan menara. Sebuah desa kecil yang tampaknya dibangun oleh para pendaki yang terjebak di dalam menara. Api unggun menyala di beberapa sudut, memberikan sedikit kehangatan di tengah dinginnya udara yang seakan menyelimuti menara ini.

Toru terengah-engah setelah pertempuran sengit yang baru saja ia lalui. Meski tubuhnya penuh dengan luka-luka kecil, ia merasakan sedikit ketenangan begitu tiba di kamp. Pemandangannya terasa jauh lebih damai dibandingkan dengan ruangan yang penuh dengan bayangan dan kegelapan tadi.

Di sekitar kamp, ia melihat berbagai NPC—beberapa tampak seperti manusia biasa, sementara yang lainnya lebih aneh, seperti manusia transparan dengan aura mistis, atau memiliki tanduk-tanduk kecil di kepala. Semua mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing, dan Toru bisa merasakan ada sesuatu yang aneh di balik kehidupan yang tampaknya biasa ini.

Toru disambut oleh seorang pria paruh baya, seorang NPC yang mengenakan pakaian sederhana dengan jubah panjang berwarna gelap. "Selamat datang, Pendaki," katanya dengan suara tenang, tetapi ada kesan tajam di balik kata-katanya. "Kau baru saja melewati ujian pertama. Namun, itu hanyalah permulaan. Kamp ini bukanlah tempat permanen, dan jika kau ingin bertahan, kau harus terus maju."

Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Elios, pemimpin di Kamp Lumina. "Di sini, kau bisa beristirahat, berdagang, dan mendapatkan informasi. Tapi kau harus tahu bahwa kekuatanmu akan diuji setiap saat. Setiap lantai yang kau lewati akan semakin berat."

Toru mengangguk pelan. Ia tahu, ini hanya jeda sementara sebelum tantangan berikutnya datang. Ia memutuskan untuk memanfaatkan waktu yang ada untuk beristirahat dan mempersiapkan diri dengan lebih baik. Meski rasa lelah masih menghantui tubuhnya, Toru tahu ia tak bisa lengah.

Setiap NPC di kamp ini memiliki cerita mereka sendiri. Beberapa di antaranya memberikan informasi tentang menara, bahkan ada yang menawarkan misi sampingan. Toru memutuskan untuk berbicara dengan beberapa dari mereka, mencari tahu lebih banyak tentang apa yang menantinya di lantai-lantai berikutnya.

Di sana, ia mengetahui tentang sistem kasta yang ada di Kamp Lumina. Setiap pendaki yang berhasil melewati ujian di menara mendapat peringkat yang berbeda-beda. Mereka yang lebih kuat diberi hak istimewa, seperti akses ke barang-barang langka, senjata yang lebih baik, dan bahkan informasi lebih lengkap tentang rute yang akan mereka hadapi.

Toru merasakan dorongan kuat untuk menjadi lebih kuat. Ia sadar bahwa di dunia ini, hanya mereka yang terus berkembang yang bisa bertahan. Ia mulai berbincang dengan beberapa pedagang, membeli beberapa ramuan pemulihan dan senjata yang lebih kuat, meski terbatas oleh uang yang ia miliki.

Namun, di balik semua kehangatan dan kedamaian di Kamp Lumina, Toru merasakan ketegangan yang tersembunyi. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa tempat ini hanyalah titik istirahat sementara. Setiap NPC yang ia temui seolah-olah menyembunyikan sesuatu, dan banyak yang memberikan peringatan bahwa perjalanan sesungguhnya dimulai setelah meninggalkan kamp ini.

Elios mendekatinya lagi, kali ini dengan ekspresi lebih serius. "Kau telah mendapatkan sedikit kekuatan, Pendaki. Tapi perjalananmu tidak akan mudah. Lantai berikutnya penuh dengan tantangan baru. Mereka yang ingin melanjutkan harus lebih kuat, lebih bijaksana, dan siap untuk apa pun yang datang. Hanya mereka yang melampaui batasnya yang dapat bertahan."

Toru mengangguk dan mulai berjalan menuju area persiapan. Kamp Lumina memang terasa aman, tapi ia tahu satu hal—hanya dengan kekuatan dan tekad yang lebih besar, ia akan bisa melanjutkan perjalanan ini.

Namun, sebelum ia melangkah lebih jauh, ia memutuskan untuk menjelajahi lebih dalam tentang kekuatan Devour yang baru saja ia pelajari. Toru merasa bahwa dengan menguasai kekuatan itu, ia bisa mempercepat proses pelatihannya dan menambah kekuatan lebih banyak lagi, membuatnya lebih siap untuk bertarung melawan apa pun yang datang di lantai berikutnya.

Saat berlatih, Toru mengingat kembali kejadian sebelumnya—bagaimana ia menelan sebagian dari prajurit bayangan dan memperoleh kemampuan untuk menyatu dengan bayangan. Ia memutuskan untuk menggali lebih dalam lagi kekuatan itu, berlatih dengan keras di belakang kamp, jauh dari pandangan orang.

---

Tantangan Baru:

Beberapa hari berlalu, dan Toru merasa bahwa ia sudah cukup mempersiapkan dirinya. Namun, keheningan yang menyelubungi kamp mulai terasa semakin menyesakkan. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi setelah mereka meninggalkan zona aman ini.

Toru tahu satu hal: waktu untuk beristirahat telah habis.

Dengan langkah pasti, ia menuju pintu besar yang mengarah ke lantai berikutnya, tempat di mana ujian yang lebih berat menanti. Ketika ia melewati pintu tersebut, udara yang dingin menyambutnya, dan torches di dinding menyala dengan cahaya redup. Di depan, lorong yang panjang menanti—begitu banyak hal yang belum ia ketahui, namun ia tahu bahwa ia harus terus maju.

To be continued...